"Bu, ibu muda..!" tegur Ulfah kepada Arum. Karena Arum yang terkejut tidak menanggapi uluran tangannya Dimas.
"Haaahh.. Ap, Apa... Dok?" Sahut Arum tergagap.
"Itu, Dimas tangannya!" Dokter Ulfah menunjukkan tangannya Dimas yang mengatung di udara.
"Oohh. !" Dengan gugup nya Arum menyambut uluran tangannya Dimas. "Tes, terima kasih ya Di, nak, Eehh.. Nak Dimas!" ujar Arum tergagap, ia tidak tahu harus bagaimana cara bertutur kata pada Dimas, sang anak tiri.
Dimas dengan wajah datar, menyudahi acara salamannya. Ia putar badannya, hendak meninggalkan pelaminan.
"Dimas, kamu jangan pergi dulu!'
Dimas menghentikan langkahnya, saat sang ayah memanggil nya. Ia pun memutar tubuh nya. " Ya ayah!" Sahutnya sopan.
"Sini dulu!" sang ayah menarik lengannya Dimas dengan sedikit kuat, hingga tubuhnya Dimas menyentuh kaki sang ayah.
"Ayah mau sholat!"
"Iya ayah!"
Dimas membantu sang ayah untuk duduk di kursi roda yang memang ada di sebelah pelaminan. Setelah sang ayah bangkit dari pelaminan.
"Dapot, sini kamu!" Pak Subroto memanggil salah satu pelayannya.
Pria yang bernama Dapot berjalan ke arah pelaminan.
"Dapot, bawa aku ke dalam!" titah Pak Subroto pada pelayannya.
"Baik tuan!" Dapot mengambil alih kursi roda dari tangannya Dimas.
"Dimas, temani ibumu Arum disini!" pak Subroto memegang tangannya Dimas, dan mendudukkan Dimas di kursi pelaminan.
Hal itu tentu saja membuat Arum terkejut. Saking terkejutnya, ia sampai bangkit dari duduknya
"Ayo duduk lagi Arum!" Titah Pak Subroto menatap wanita yang baru ia nikahi itu.
Dengan berat, Arum akhirnya mendudukkan bokongnya kembali di kursi pelaminan. Tubuhnya menegang karena bersanding dengan Dimas.
"Dewi, ayo kita ke dalam. Ada hal penting yang Ingin ku kata kan padamu!" ujar Pak Subroto Ke pada istri tertuanya.
"Iya Pak." Sahutnya dengan tidak semangatnya
Ia pun ikut mendorong kursi roda Pak Subroto.
Sepeninggalannya Pak Subroto dan Bu Dewi. Dimas yang tidak sudih duduk di pelaminan, bangkit dengan cepat dari kursi pelaminan. Arum yang tegang diam saja, melihat Dimas hendak meninggalkan pelaminan.
"Selamat..... Selamat ya Dimas!" Dimas pun tidak jadi turun dari pelaminan, karena teman ayahnya menghampiri mereka. Sangat tidak sopan sekali, jika tamu yang datang kita cueki.
"Iya Pak Donald!" Dimas menyambut uluran tangan pak Donald. Kedua pria itu pun berjabat tangan kemudian berpelukan.
"Selamat ya, Akhirnya naik pelaminan juga. Tadinya aku bingung lihat kalian di pelaminan. Karena di undangan, mempelai pria nya ayahmu. Tapi nyatanya kamu yang menikah.
"Iya pak, aku memang sedang naik pelaminan?" Jawab Dimas malas. Ia lirik Arum yang tegang berdiri di sebelahnya. Dan, Arum yang takut akan tatapan tajamnya Dimas, dengan cepat membuang pandangan.
"Semoga Samawa! Ayo kita foto dulu!" Pinta Pak Donald.
Kameramen pun mengarahkan kedua pengantin dan Pak Donald agar berfose dengan bagus.
"Ya, Pak lebih dekat lagi!" ujar si kamera men kepada Dimas. Kameramen menggerakkan tangannya, sebagai arahan fose yang pas untuk berfoto.
"No..!" Dimas menjulurkan tangannya. Kode tidak suka akan arahan sang kameramen.
"Baiklah, 1, 2, 3!"
Jepret
Satu foto berhasil diabadikan. Tepatnya foto kaku.
"Selamat, selamat ya Dimas!" kembali Pak Donal memeluk Dimas, sebelum turun dari pelaminan.
"Iya pak, terima kasih!' sahut Dimas ramah. Ia balas tepuk an pelan Pak Donald di punggungnya.
Setelah Pak Donald meninggalkan pelaminan. Arum yang tegang, kembali duduk dan tidak sanggup menatap Dimas. Sedangkan Dimas kini menatap tajam Arum.
"Uang bisa membeli harga diri orang ya!" Ujarnya tanpa ekspresi.
Arum yang terkejut mendengar ucapan Dimas, mengangkat wajahnya agar bisa menatap wajah Dimas yang baru saja bicara pedas itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Aisyah Khumairah
lanjut author
2023-05-18
0