Forbidden Love

Forbidden Love

Pelunasan Hutang

Jaman sudah modern. Kehidupan semakin maju. Manusia lebih memiliki banyak pilihan. Memiliki lebih banyak kebebasan. Tidak ada paksaan.

Sayangnya, hal itu hanya berlaku bagi mereka yang memiliki keadaan yang mendukung. Yang memang memberikan banyak kebebasan.

Tetapi tidak berlaku untuk mereka yang kerap terbentur keterbatasan.

Keluarga Sekar kerap meminjam kepada Bakhtiar untuk menutupi semua kebutuhan hidup mereka.

Mulai makanan, pakaian, tempat tinggal. Saat ada anggota keluarga yang sakit. Penghasilan ayah Sekar tidak memadai. Sehingga terpaksa mereka selalu meminjam kepada Bakhtiar.

Hutang yang semakin menumpuk membuat semua hutang tersebut mustahil untuk dibayar.

Bakhtiar sendiri memendam rasa kagum dan suka akan kecantikan dan kebeliaan Sekar.

Ketika hutang tersebut semakin menggunung. Satu sisi merupakan tekanan bagi keluarga Sekar. Tapi sisi lain merupakan keuntungan bagi Bakhtiar.

Sekar terpaksa menikahi Bakhtiar untuk melunasi hutang keluarganya. Awalnya, istri Bakhtiar menolak keras. Tetapi ketika mengetahui suaminya menderita sakit parah yang menyebabkannya tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai suami. Akhirnya menyetujui dengan pertimbangan, akan memanfaatkan Sekar untuk mengurusi suami dengan penyakitnya

Dokter memvonisnya menderita komplikasi. Jantung, hipertensi dan diabetes.

“Kau lebih membutuhkan seorang perawat daripada istri.” Sahut istrinya ketus mendengar permintaan Bakhtiar ingin menikahi Sekar.”

“Aku bosan kau omeli terus. Tubuhmu juga semakin besar. Kau semakin galak.”

“Siapa yang tidak mengomel melihat suaminya ingin menikah lagi? Belum lagi mengurusi mu yang sangat menuntut perhatian.”

“Aku tahu kalau aku sudah membebani mu. Justru itu, ijinkan aku menikahi Sekar. Sekalian membantunya dan keluarganya untuk melunasi hutang mereka pada kita.”

“Kau jangan gila! Sudah bau tanah masih saja bernafsu dengan anak gadis belia!”

“Apalah artinya nafsu? Kau tahu sendiri aku sudah tidak bisa menjalankan kewajibanku sebagai seorang suami.”

“Apa mungkin karena kau sudah tidak bernafsu padaku? Kau berpura-pura?”

Bakhtiar menatap wajah istrinya dengan putus asa.

“Mengapa kau tidak tanyakan kepada dokter? Sehingga kau bisa mengetahui apakah aku berpura-pura atau tidak?”

Ningsih terdiam mendengar perkataan suaminya. Memikirkan perkataan suaminya. Memeriksakan suaminya lebih intensif.

Hasil pemeriksaan memang menunjukkan bahwa Bakhtiar menderita impotensi. Akibat komplikasi penyakit yang dideritanya.

“Baiklah, pemeriksaan dokter mengatakan bahwa kau memang mengalami impotensi. Untuk apa kau ingin menikahi Sekar?”

“Membayar hutang keluarganya pada kita. Aku juga terhibur jika dia mengurus dan merawat ku . Dia tidak galak sepertimu. Wajahnya juga enak dilihat.”

Ningsih memandang suaminya dengan pandangan menyelidik.

“Laki-laki banyak akal bulusnya. Banyak tipuannya.”

“Buat apa aku menipumu? Kalau aku masih sehat dan mampu. Kunikahi saja dia tanpa sepengetahuan mu. Beres kan?”

“Entahlah, semua terasa seperti retorika untukku. Tidak bisa jadi alasan menikah dengan atau tanpa sepengetahuanku. Itu tidak bisa jadi ukuran sama sekali.”

“Aku kehabisan kata dan juga cara untuk menjelaskan kepadamu.”

“Aku memerlukan waktu untuk berpikir. Apa untungnya aku menyetujui pernikahanmu dengan Sekar?”

Ningsih kembali mengomeli suaminya. Menjadi rutinitasnya setiap hari. Suasana menjadi panas. Tidak ada ketenangan apalagi ketentraman.

Dengan putus asa Bakhtiar berkata pada istrinya, “Mungkin kau memang harus mengijinkan aku menikahi Sekar. Dia tidak akan mengomeli ku seperti ini.”

“Kau tahu darimana? Bisa saja dia lebih cerewet dariku.”

“Semua tahu bagaimana Sekar dan dirimu.”

“Entahlah. Aku harus berpikir berulang kali mengenai hal ini.”

“Kau tidak perlu repot mengurusku. Aku bisa menghadapi masa akhir hidupku dengan lebih tenang. Penyakitku tidak ada harapan sembuh.”

“Kau lebih membutuhkan perawat dari pada istri.”

“Perawat hanya mengurusku karena pekerjaan. Aku juga membutuhkan orang yang mau menyayangi dan memperhatikanku.”

“Kurang apa aku memperhatikanmu?”

“Kurang galak. Kau memarahi dan mengomeli ku setiap hari.”

“Bagaimana aku tidak memarahi mu. Kau merepotkan aku hampir setiap hari.”

“Mengapa kau sangat egois? Kau tidak bisa mengurusku. Dan kau juga tidak membiarkan orang lain mengurusku, menggantikan mu.”

“Tidak ada istri yang mau dimadu. Kau harus mengerti itu.”

“Tapi kau merasa terbebani mengurusku. Kau tahu aku impoten. Jika aku menikah lagi. Sama saja aku menikahi perawat. Mirip tapi mungkin aku akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian seorang istri.”

Ningsih akhirnya menyetujui keinginan Bakhtiar untuk menikah lagi.

Bakhtiar setuju untuk menganggap lunas hutang Sekar dan keluarganya. Selama Sekar mau menikah dengannya.

Pernikahan dilangsungkan secara sederhana. Dilangsungkan secara resmi dan dicatatkan ke negara.

Sekar mengenakan kebaya putih dengan kain jarik loreng-loreng coklat. Sedangkan Bakhtiar mengenakan jas hitam.

Pasangan tersebut sangat mencolok karena perbedaan usia di antara mereka yang begitu jauh. Sekar lebih cocok menjadi anak dari pada istrinya.

Apalagi Bakhtiar memiliki seorang putra yang hanya terpaut dua tahun lebih tua dari Sekar.

Putranya hadir dengan sorot mata kebencian memandang Sekar dan ayahnya.

Ibunya menyetujui sekaligus mengeluhkan pernikahan ayahnya. Membuat Baskara merasa benci kepada keduanya terutama Sekar.

Baskara mendekati Sekar yang sedang menunggu seorang diri di dalam kamarnya.

Sorot matanya memandang tajam membuat Sekar merasa ketakutan.

“Usiamu masih begitu muda tetapi sudah menjadi pelakor.”

Sekar mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Tubuhnya menggigil mendengar perkataan Baskara.

“Aku tidak akan melepaskan mu. Aku akan memastikan kau akan membayar sakit hati ibuku!”

Mata Sekar memanas. Bening air mata meleleh di kedua pipinya. Make up yang digunakannya water proof sehingga tidak sampai membuat make up menjadi berantakan.

“Cengeng!” Ejeknya.

Sekar menghapus air matanya menggunakan tissue.

“Dasar matre!” Makinya.

Baskara meninggalkan Sekar begitu melihat perias mendekat. Bermaksud memeriksa make up Sekar.

Akad nikah dimulai. Bakhtiar mengucapkan ijab kabul dengan memegang tangan ayah Sekar serta menyebutkan maharnya sejumlah uang yang merupakan jumlah utang keluarga Sekar kepadanya.

“Bagaimana sah?”

“Sah.” Sahut yang hadir sambil mendoakan keduanya.

Pernikahan tersebut sekaligus sebagai tanda pelunasan pembayaran hutang ayah Sekar kepada Bakhtiar.

Bakhtiar tersenyum bahagia. Memiliki istri selain muda, cantik dan juga lembut. Wajah Sekar yang menyerupai artis Kristin Kreuk.  Membuat Bakhtiar merasa sangat bangga memilikinya.

Ningsih yang bertubuh gempal. Merasa kesal melihat senyum yang terukir di bibir suaminya. Hatinya dongkol. Alasan dia mengijinkan suaminya menikahi Sekar. Agar ada yang mengurus dan merawat suaminya yang sakit parah. Komplikasi.

Baskara memegang tangan ibunya berusaha menghibur dan membesarkan hati ibunya.

Wajahnya memandang ayah dan ibu tiri yang lebih pantas menjadi adik atau kekasihnya dengan pandangan benci.

Ayahnya sudah tua dan sakit-sakitan masih ingin menikahi gadis belia. Sedangkan ibu tirinya yang masih belia menikahi ayahnya karena materi. Materialis!

Para tamu bersalaman dengan kedua mempelai sebelum menikmati hidangan yang disediakan.

Makanan dihidangkan secara prasmanan. Nasi putih, sapi lada hitam, udang tempura, cap cay, mie goreng bakso udang, kerupuk.

Terdapat saung-saung yang berisi makanan berupa bakso, siomay, dimsum, empek-empek dan es puter.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Terpopuler

Comments

R.F

R.F

semangat vote mawar hadir

2024-01-22

0

Aerik_chan

Aerik_chan

To the poin banget nih...astaga...
halo kak yuk kita saling dukung #by side you

2023-05-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!