Rasa benci yang dirasakan Bakhtiar mengakar di dalam hati dan dasar jiwa.
Memandang benci pada wanita muda yang semenjak seminggu yang lalu resmi menjadi istri ayahnya.
Sekar baru saja selesai memandikan ayahnya. Membersihkan tempat tidur suaminya. Menuju dapur menyiapkan sarapan suaminya.
Memasak bubur dengan suwiran ayam. Ditambah potongan wortel, buncis dan jagung manis pipil.
Menyiapkan segelas susu dan jus buah. Meletakkan semuanya ke atas meja makan.
Baskara memandang dengan wajah mencelos. Pasangan pengantin baru yang ada di hadapannya sungguh membuatnya muak.
Ibunya, Ningsih berjalan menuju ruang makan. Memandang ke arah madunya dengan wajah kesal.
“Kau hanya membuat bubur buat bapak saja?”
“Aku membuat nasi goreng buat ibu. Sebentar aku ambilkan.” Sekar menjawab lirih. Berjalan menuju dapur menyendok nasi goreng dari wajan. Menaburkan bawang goreng dan kerupuk di atasnya.
Ibu tiriku lebih mirip pembantu dari pada istri.
Baskara membatin. Semenjak menikah semua tugas merawat dan menjaga ayahnya menjadi tugas ibu tirinya. Menyerupai pembantu dan perawat.
“Kau mau nasi goreng atau bubur?” Tanya ibu tirinya dengan suara halus.
“Aku bisa mengambil sendiri.” Sahutnya dengan wajah tidak ramah.
Sekar melanjutkan mengurus Bakhtiar. Membawa Bakhtiar berjalan-jalan menghirup udara pagi. Membawa botol air minum.
Sekar mendorong kursi roda suaminya. Berjalan menyusuri jalan. Membawanya ke taman dekat pemukiman mereka.
Anak-anak berlarian di taman tersebut. Bermain ayunan. Jungkat jungkit.
Bakhtiar menggenggam tangan Sekar ketika mereka duduk di taman. Matahari bersinar sangat cerah.
Bakhtiar memandangi wajah istri barunya yang sangat manis. Wajahnya seperti Kristin Kreuk. Suaranya yang lembut membuat hatinya merindu. Ingin selalu dekat dengan istri barunya.
Bakhtiar mengelus wajah istrinya yang halus. Menelusuri bibirnya dengan jemarinya.
“Kau sangat ayu. Seperti Kristin Kreuk.”
“Kristin Kreuk?”
“Kau tidak tahu siapa dia?”
Sekar menggelengkan kepalanya.
“Artis terkenal dan sangat cantik juga anggun sepertimu.” Sahutnya berdecak kagum melihat kecantikan istrinya.
Mata yang berbentuk kacang almond dengan manik mata yang hitam. Alis seperti semut beriring seperti milik Kristin Kreuk. Wajah berbentuk berlian. Hanya saja rambut Sekar bergelombang indah.
Bakhtiar sangat suka melihat istrinya mengurai rambutnya. Walaupun lebih sering menggelung rambut panjangnya. Memberikan tusuk konde. Di kedua telinganya ada anak-anak rambut yang menambah keayuan wajah istrinya.
“Aku seperti mendapatkan durian runtuh.” Sahut Bakhtiar mengelus tangan istrinya yang putih bersih. Kukunya berwarna kemerahan.
Sekar tidak menjawab apa pun. Hanya terdiam. Setelah puas berada di taman. Mereka kembali lagi ke rumah.
Sekar membawa suaminya ke ruang keluarga. Menonton televisi. Sekar menemaninya sambil merajut.
Semenjak suaminya menikah. Bu Ningsih mengisi waktunya dengan berbelanja, berkebun, ikut kegiatan sosial, silaturahim dengan saudara dan teman.
Tanpa terasa enam bulan berlalu. Sekar sangat telaten merawat Bakhtiar. Bahkan kerap menemaninya pergi ke mall dan menonton.
Bakhtiar sangat suka melihat-lihat pakaian, kaca mata dan buku. Dengan sabar Sekar menemaninya.
Mereka juga kerap menonton bersama. Bakhtiar akan menceritakan kembali film yang mereka tonton. Mereka akan terlibat diskusi ringan.
Baskara sendiri tidak mau ambil pusing. Selama kedua orang tuanya baik-baik saja.
Walaupun diam-diam memperhatikan keseharian Sekar yang mulai mencuri hatinya.
Tanpa sengaja tatapan matanya bersibobrok. Wajah Sekar memerah. Dengan malu dia menundukkan wajahnya.
Baskara merasa jantungnya berdegup sangat cepat. Seperti air terjun. Apa yang terjadi padaku?
Malam itu Baskara tanpa sengaja melewati kamar ayahnya. Pintu agak terbuka. Baskara mengintip ke dalam. Ingin melihat apa yang dilakukan keduanya.
Sekar sedang berada di belakang tubuh ayahnya yang sedang tengkurap.
Mengoleskan minyak di tangannya. Mengusapnya dan mulai memijat punggung ayahnya dengan halus.
“Hum, enak sekali pijatanmu, sayang....”
Sekar menekan tangannya ke punggung suaminya. Mulai memijat-mijat dengan lembut.
Baskara tertegun melihat betapa telatennya Sekar memijat ayahnya. Sesuatu yang hangat mengaliri tubuhnya. Tiba-tiba hatinya terasa nyeri dan perih. Oh Tuhan, aku cemburu. Apakah aku mencemburui ibu tiriku yang cantik?Wajah Baskara memanas. Membuang wajahnya dan berlalu.
Benar adanya pepatah. Cinta dari mata turun ke hati. Semenjak tatapan mata mereka bertumbukan. Sesuatu terjadi pada dirinya.
Tatapan mata mereka berdua seperti menjembatani dua jiwa. Saling bertautan satu sama lain.
Keesokan harinya, Minggu pagi yang cerah. Baskara menghabiskan sarapannya seorang diri.
Ibunya sudah pergi pagi-pagi ikut senam bersama dengan ibu-ibu di pemukiman mereka. Acara yang dilanjutkan dengan bazar dan aneka hiburan. Dalam rangka perayaan tujuh belas Agustus.
Baskara memilih bersantai di rumah. Karena kemarin seharian dia menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya.
Dirinya kembali melintasi kamar ayahnya. Pintu agak terbuka. Baskara kembali mengintip ke dalam kamar.
Ayahnya tertidur terlentang sambil dipijat kepalanya. Sembari diolesi cream. Apakah Sekar sedang mengcreambath ayahnya?
Sekarang Sekar tampak seperti seorang kapster. Terlihat ayahnya tertidur menikmati pijatan Sekar di sekitar area kepalanya.
Sekar juga memijat area leher, dada dan punggung. Rambut Sekar yang bergelombang tampak terurai. Baskara tertegun memandang kecantikan alamiah ibu tirinya. Bibirnya ranum berwarna merah muda tanpa polesan lipstik.
Hmm, kau cantik sekali....
Bisiknya memuji dalam hati. Penilaiannya dari hari ke hari berubah. Sekar tidak hanya memancarkan kecantikan ragawi tetapi juga jiwa dan hati.
Baskara memang agak siang bangun dan melewatkan sarapannya. Memasuki brunch time.
Menikmati lontong dengan soto kudus buatan Sekar. Terasa sangat segar. Apalagi dengan taburan bawang goreng dan perasan jeruk nipis.
Ayahnya tertidur lelap saat Sekar selesai mengcreambath. Sekar bermaksud keluar kamar sambil menutup pintu perlahan.
Berjalan menuju dapur menaruh peralatan yang digunakan untuk mengcreambath. Bermaksud meletakkan bekas handuk yang digunakan untuk membungkus kepala Bakhtiar.
Baskara menarik tangan Sekar. Membuat Sekar membalikkan tubuhnya. Pandangan mata mereka saling bertaut.
Wajah Sekar memerah. Memanas. Aliran tubuhnya seperti dialiri listrik.
Baskara mendekatkan wajahnya pada Sekar. Berbisik lirih, “Kau cantik sekali...” Sahutnya sambil membungkam mulut Sekar yang ranum berwarna merah muda. Menyesapnya lembut.
Sekar merasa gelagapan. Jantungnya berdebar keras. Ciuman pertamanya dan sungguh tidak terduga. Terjadi begitu saja.
Suara mobil ibunya memasuki garasi. Baskara melepaskan pagutannya. Meletakkan jarinya di bibir Sekar yang terasa hangat. Menggaris bibirnya sendiri dan membentuk tanda kunci.
Sekar membatin dalam hati. Aku harus merahasiakan ini?
Kepalanya mengangguk tanda mengerti. Baskara membalikkan badannya. Berlalu.
Mereka makan malam bersama di meja makan.
Bu Ningsih membuka suara, “Minggu depan, ada pernikahan di kampungku. Syafei mengajak kita pulang bersama. Kau mau kan ikut?” Tanya Ningsih pada suaminya.
“Aku juga ikut?” Tanya Bakhtiar.
“Tentu, kau kan kakak ipar mereka. Keponakanku akan menikah.”
“Baiklah. Sekar ikut?”
“Mobilnya tidak muat. Biarkan saja Sekar di sini. Syafei akan membantuku menjaga dan merawat mu selama disana.”
Syafei adalah adik bu Ningsih. Mereka akan menghadiri keponakan perempuan mereka yang menikah, anak dari adik bu Ningsih, kakak Syafei.
“Baiklah, kalau begitu.”
“Baskara, kau jaga Sekar selama bapak dan ibu pergi.”
“Baik bu. Berapa lama kalian akan pergi?”
“Satu minggu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nilaaa🍒
waduh, nggak bahaya kah?
2023-08-13
1
Nilaaa🍒
Dan mungkin nanti dapat berubah menjadi cinta karna cinta dan benci itu jaraknya sangat tipis
2023-08-13
0
Aerik_chan
Gpp sekar, lu ada temennya...aku juga gak tahu dan baru saja cari tahu
By Your Side, mampir
2023-05-28
0