Cinta Boleh, Tapi Jangan Bodoh...
"Sayang, jadikan kamu ke rumahku sore ini? Kata Mama ada yang mau beliau sampaikan sama kamu, dan itu penting," kata Arya calon suami Nissa.
Nissa yang baru saja mengecek berkas laporan keuangan yang ada di mejanya menatap Arya yang saat ini duduk di depannya.
Mereka berdua memang satu kantor, akan tetapi jabatan Nissa jauh lebih tinggi dari Arya. Karena Nissa anak pemilik perusahaan yang bergerak di bidang property, sedangkan Arya supervisor di perusahaan itu.
"Memangnya ada apa sih, Mama kamu nyuruh aku datang? Kan aku sudah pernah datang kesana waktu awal perkenalan dulu, dan lagi saat kemaren kamu lamaran ke rumah kenapa nggak diomongin sekalian?" tanya Nissa sambil menatap Arya.
"Ya, inikan bentuknya lebih ke privasi saja sayang, kan nggak enak kalau di dengar banyak orang. Ini urusan kamu sama keluargaku saja."
Nissa mengetuk-ngetukan jarinya di dagu karena dia ragu akan menerima ajakan Arya atau tidak. Entah kenapa, feeling-nya mengatakan kalau akan ada sesuatu yang di minta keluarga Arya darinya. Namun, Nissa berusaha menepis perasaan itu karena bagaimanapun Arya adalah calon suaminya. Yah, mungkin saja memang ada hal penting yang akan disampaikan oleh calon mertuanya. Wejangan untuk anak yang mau berumah tangga misalnya.
"Ayolah Sayang, inikan week end. Hari ini kamu pulang cepat, begitu juga aku. Jadi sekalian kita ke rumahku, habis itu kita jalan bareng. Gimana? Anggap aja kencan terakhir kita, sebelum kita benar-benar resmi menikah."
"Baiklah, tapi aku nggak bisa lama-lama. Kamu tahu sendiri gimana Mama aku. Kalau Mama tahu bisa kena omel aku, kan aku harusnya dipingit, tapi karena pekerjaan ini harus aku sendiri yang handle makanya aku nggak bisa absen hari ini."
"Baiklah, aku mau."
"Terimakasih, Sayang! Kalau gitu, aku balik dulu ke ruanganku dulu ya," Arya mengusap lembut pucuk kepala Nissa dan wanita cantik itu hanya mengulas senyum kepadanya.
Nissa menghembuskan nafas, entah kenapa perasaan nya jadi tidak enak. Kalau kata Helma sahabatnya, dia sedang nervous karena pernikahannya yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Dan hal itu wajar terjadi untuk seorang calon pengantin baru seperti dirinya.
Karena tidak mau terlarut dalam pikiran yang tidak berujung, Nissa memutuskan untuk kembali fokus pada pekerjaannya yang kembali tertunda karena kehadiran Arya.
...#####...
"Ayo, jadi gak?" tanya Arya setelah Nissa mematikan laptopnya.
"Iya, tunggu sebentar. Aku bereskan ini dulu."
Nissa segera membereskan meja kerjanya dan memasukan semua peralatan penting seperti laptop dan ponsel khusus kerja ke tas kerja. Sedangkan ponsel untuk pribadi, dia masukkan ke tas lainnya.
Setelah semua dirasa rapi, Nissa dan Arya berjalan bersisian menuju lift karena ruangan Nissa berada di lantai 5. Para karyawan dan karyawati yang berpapasan dengan mereka menundukkan kepala tanda hormat. Nissa pun hanya membalas dengan senyuman. Nissa memang tidak membedakan lift untuk karyawan dan untuknya.
Setelah berada di lobby kantor, mereka berdua berjalan menuju parkiran dimana mobil Nissa berada. Ya, selama ini mereka memang menggunakan mobil Nissa karena Arya belum punya.
...#####...
"Assalamualaikum," ucap Nissa saat kakinya berada di depan pintu rumah Arya. Rumah sederhana yang hanya punya 1 lantai, 3 kamar tidur, dapur, ruang tamu dan ruang makan.
Namun, Nissa tidak memandang semua itu karena selama menjalin hubungan dengan Arya, keluarganya selalu baik.
"Waalaikumsalam,....eh ya ampun! Calon mantuku datang. Sini nak, duduk dulu sini. Duh, senangnya di datangi calon mantu kesayangan." Mama dari Arya duduk di samping Nissa. Bahkan, ia juga memijat bahu Nissa tanpa diminta.
Nissa yang merasa risih memintanya untuk menurunkan tangannya karena rasanya tidak etis beliau yang jauh lebih tua memijat bahunya begitu.
"Oh, iya! Ini kue untuk Mama. Semoga Mama suka ya,"
Mama Amel menerimanya dengan sumringah. Nissa pun senang bisa membuat calon mertua tersenyum.
"Wah, terimakasih ya. Kamu memang perhatian sekali. Sampai hanya datang untuk silaturahmi pun kamu repot-repot membeli kue."
"Ah, gak ada yang direpotkan kok, Ma. Hanya kue saja."
"Silahkan diminum Nissa." Tiba-tiba kakak ipar Arya yang bernama Vina menyodorkan tiga cangkir teh hangat di atas meja.
"Terimakasih Mbak, maaf merepotkan."
"Ah, nggak merepotkan kok. Memang sudah tugas dia untuk menyuguhkan itu. Dan kamu memang yang terbaik, nggak kayak dia itu yang kerjaannya selalu saja jadi beban." jawab Mama Amel.
Nissa menatap wajah Mbak Vina yang menatap sendu. Nissa sendiri merasa tidak enak karena ucapan Mama Amel yang tiba-tiba seperti menjelek-jelekkan Mbak Vina di depannya. Harusnya Mama Amel tidak boleh seperti itu.
"Oh iya, kata Arya Mama mengundangku ke sini karena ada yang mau dibicarakan. Kalau boleh tahu, apa itu?" tanya Nissa langsung. Jujur, Nissa merasa tidak enak berada disitu karena omongan Mama Amel pada Mbak Vina.
"Ehm, itu...jadi kalian kan mau menikah nih, nah Arya itu kan anak Mama yang bungsu. Kedua kakaknya sudah menikah semua. Dan kedua pasangan kakaknya itu dulunya juga memberikan Mama uang ganti selama merawat anak-anak Mama. Contoh kayak si Akbar, dia memberikan sesuatu yang Mama minta. Kalau si Vina mah jangan ditanya! Karena bisanya dari awal cuma nyusahin aja. Yaaa, ibarat nya kan kalian ketemu anak-anak Mama setelah sukses, jadi boleh dong kalau Mama minta sesuatu yang sedikit berharga untuk mengganti biaya Mama selama merawat anak-anak Mama. Begitu juga dengan Arya, kan Arya juga sudah Mama rawat dengan penuh kasih sayang hingga ia besar dan sukses seperti sekarang ini. Dan lihat, dia juga tampan kan?"
"Lalu maksud Mama? Maaf, aku kurang faham soalnya. Bisa to the point aja gak, Ma?"
"Eemmm, jadi maksud Mama. Mama mau minta kamu membelikan Arya mobil. Ah, lebih tepatnya untuk Mama pakai. Anggap saja sebagai balas jasa untuk Mama yang sudah merawat Arya selama ini. Pasti nggak susah dong ya buat kamu yang seorang pemilik perusahaan buat belikan Mama mobil sebagai balas jasa Mama yang sudah merawat Arya?"
(Asli aku pusing bikin kalimat muter-muter nya🤭🤭🤭)
Seketika itu juga Nissa melongo dengan ucapan sang mertua yang tak masuk akal dan panjangnya macam ustadz lagi tausiyah.
"Kalau misalnya aku keberatan, gimana Ma?"
Seketika itu juga raut wajah Mama Amel yang tadinya sumringah berubah menatap tajam pada Nissa. Tidak hanya Mama Amel, Arya pun menatap tajam pada Nissa.
"Yaa, kalau kamu keberatan terpaksa kita membatalkan pernikahan ini..."
Nissa kembali menatap tak percaya pada wanita yang sebentar lagi berubah status menjadi mertuanya. Bagaimana bisa dia berkata begitu? Bukankah merawat dan membiayai semua keperluan anak sudah menjadi kewajiban orang tuanya? Kalau memang tidak mau dibebankan segala ***** bengkel soal anak, ya tidak usah punya anak. Toh, anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan, melainkan orang tualah yang ingin hadirnya anak dalam kehidupan mereka.
"Bagaimana Nissa? Kamu tidak keberatan kan? Ayolah, hanya mobil saja kok. Pasti tidak susah kan buat kamu dan keluarga kamu yang kaya raya itu. Paling, berapa sih harga mobil."
Nissa menarik nafas lalu melepaskannya. Ia harus memutuskan saat itu juga. Ia tidak mau berlama-lama mengambil keputusan karena dia sudah tahu jawaban atas pertanyaan Mama Amel.
"Maaf Ma, Nissa tidak bisa memenuhi keinginan Mama yang menurut Nissa tidak masuk akal. Seharusnya Arya yang memberikan sesuatu yang aku inginkan sebagai mahar. Bukan malah sebaliknya. Jika Mama dan Arya ingin membatalkan pernikahan ini Nissa terima. Silahkan kalian datang ke rumah Nissa untuk mengambil barang-barang yang sudah kalian bawa Kemaren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Lanjut dan semangat, mbak!?!!
2023-10-04
0
@train
baru baca seteleh dikumpulin
2023-08-14
0
syahdewi diana
beneren tuh calon mertua ga tahu malu...seperti menjual anak
2023-07-25
2