"Dibatalkan?" Bram beralih menatap putrinya, sorot mata pria itu meminta sebuah penjelasan.
Pagi itu setelah sarapan, keluarga Nissa memang biasa menghabiskan waktu di akhir pekan berkumpul bersama di ruang keluarga yang ada di belakang rumah. Ruangan itu sengaja di desain terbuka dan menghadap taman agar udara segar bisa masuk.
Nissa mengangguk sebagai jawaban untuk Papanya. Dia lalu memutar tubuhnya agar bisa menghadap kedua orang tua. Mereka sedang duduk santai lesehan di bawah sambil senderan pada sofa yang ada di ruangan itu ditemani potongan buah segar sebagai camilan mereka.
"Alasannya?" tanya Bram dengan mata memicing. Pria itu ingin tahu alasan kenapa tiba-tiba putrinya itu ingin membatalkan rencana pernikahan yang sudah direncanakan matang. Sedangkan sebelumnya, Nissa terlihat sangat antusias dengan pernikahannya. Bahkan setelah Bram dan Imelda bertanya beberapa kali pun, Nissa menjawab dengan yakin atas keputusannya tersebut.
"Ya, nggak cocok aja Pa. Kayaknya kemaren aku terlalu cepat ambil keputusan." jawab Nissa meyakinkan kedua orang tuanya. Seulas senyum terbit di bibir wanita itu, meyakinkan kedua orang tuanya berharap jika mereka percaya dia baik-baik saja. Dia bahkan mengerjapkan matanya seperti anak kecil.
Bram terdiam dan menatap istrinya. Pasangan itu saling pandang dan hanya mereka berdua yang bisa mengartikan. Mereka yakin ada sebab lain yang putrinya itu sembunyikan.
"Sini sayang!" Imelda merentangkan tangan nya dan disambut oleh Nissa. Wanita dengan surai panjang yang dibiarkan tergerai itu menghambur dalam pelukan sang mama.
"Apapun keputusan kamu, kami percaya itu semua sudah kamu pikirkan dengan matang." Imelda membelai lembut kepala anaknya yang bersandar bahunya.
"Terimakasih, Ma."
Imelda mengangguk dan tersenyum hangat.
Itulah yang Nissa syukuri, memilik orang tua seperti Bram dan Imelda. Mereka tidak pernah memaksakan kehendak pada Nissa. Mereka percaya pada Nissa atas keputusan yang dia ambil. Dan juga, tidak pernah menyalahkan jika keputusan yang diambil ternyata mengecewakan. Mereka tetap memberikan dukungan pada Nissa.
Bram dan Imelda memutuskan untuk diam, tidak bertanya lebih dalam lagi mengenai keputusan pembatalan pernikahan putrinya itu. Mereka akan memberikan waktu sampai Nissa siap menceritakan semuanya.
Nissa juga tidak ada keinginan menceritakan kejadian sebenarnya pada kedua orang tuanya. Biarlah keburukan Arya dan Mama nya menjadi rahasianya. Menurutnya tidak baik menceritakan hal itu pada kedua orang tuanya. Lagipula, Arya pernah menjadi pria yang membuatnya bahagia, walaupun lebih banyak pusingnya.
Keputusan Nissa membatalkan pernikahan bagai angin segar untuk Bram dan Imelda, pasalnya mereka tidak seberapa setuju dengan lelaki pilihan putrinya itu. Feeling orang tua terkadang tidak pernah meleset, apalagi sang Ibu yang memiliki ikatan batin kuat dengan anaknya.
Bram dan Imelda merasa, Arya hanya memanfaatkan Nissa. Apalagi Bram yang seorang pengusaha, dia sering bertemu denah orang asing dan sedikit banyak dia sudah memahami mimik wajah seseorang ketika sedang bicara. Dan dia tak menemukan ketulusan dari Arya dan mamanya ketika datang melamar Nissa.
Namun, mereka tidak bisa memaksa dan menghancurkan kebahagiaan putri mereka begitu saja. Dan akhirnya, Tuhan menjawab doa mereka selama ini. Bram dan Imelda yakin, Nissa sudah mengetahui sesuatu tentang keluarga tersebut.
"Gimana kalau kita ke Bali aja? Udah lama kita nggak pergi bareng-bareng?" usul Imelda tiba-tiba.
"Gimana kalau ke Raja Ampat aja? Kebetulan Pak Willy kemaren malam membahas anaknya yang buka resort di sana. Sepertinya seru kalau kita liburan ke sana?" Bram memberikan saran.
Imelda setuju, karena Raja Ampat terkenal dengan keindahan pulau-pulaunya.
"Kalau kamu, gimana nak?" tanya Imelda pada Nissa.
"Kemanapun liburannya, Nissa ikut aja Ma! Yang penting jauh dari keramaian," Nissa terkekeh. "Tapi habis Nissa selesaikan proyek ya?"
Kedua orangtuanya ikut terkekeh, mereka paham seberapa pusingnya Nissa yang disuguhkan pekerjaan tiap hari. Dan menghadapi ramainya kota.
Keputusan sudah di ambil dan Imelda akan menyiapkan semuanya.
...*****...
Kicau burung yang bertengger di dahan pohon terdengar menyambut wanita itu pagi ini. Cahaya mentari belum terlalu terlihat, tapi Nissa dan kedua orangtuanya sudah terlihat sarapan di ruang makan.
Nasi goreng seafood hasil masakan sang mama menjadi menu sarapan mereka pagi ini. Tidak lupa telur mata sapi dan acarnya. Meskipun ada pelayan di rumah itu, tetapi Imelda selalu menyempatkan untuk membuat masakan untuk suami dan putrinya.
Pagi ini Nissa sedang tidak terburu-buru, jadi dia bisa menikmati sarapan dengan santai. Berbeda dengan Bram, ayahnya pagi ini ada meeting penting jadi harus pergi lebih awal, pria paruh baya itu hanya sarapan roti lapis.
...*****....
Suara ketukan heels yang beradu dengan lantai mendominasi saat Nissa sampai di lobby. Sapaan mulai dari security yang berjaga dan beberapa karyawan yang datang menyambut wanita cantik dengan setelan kerja itu.
Sementara seorang pria yang mengenakan kemeja biru muda terlihat mengembangkan senyumnya saat melihat kedatangan Nissa. Dia beranjak dari duduknya, sedetik kemudian senyum itu pudar berganti dengan wajah masam dan rahang yang mengeras serta tangan yang terkepal. Ya, pria itu adalah Arya. Dia geram karena Nissa mengabaikannya. Arya pikir, Nissa akan menghampiri dan menyapanya seperti biasanya. Namun berbeda dengan hari ini.
Tentu saja hal itu membuat Arya geram. Arya yang diabaikan merasa harga dirinya telah dijatuhkan. Sepertinya Nissa benar-benar serius dengan keputusan pembatalan pernikahan kemaren. Tidak tahu diri memang jika Arya masih menginginkan Nissa masih mau menerimanua setelah apa yang dikatakan mamanya. Benar yang mamanya katakan, Nissa bukanlah wanita yang bodoh dan bisa diperbudak cinta.
Namun, Arya tidak menyerah. Dia akan berusaha membujuk Nissa. Tidak apa harga dirinya jatuh saat ini, karena jika dia berhasil membujuk wanita itu maka Nissa akan patuh padanya. Begitulah yang ada dalam pikiran Arya.
Nissa langsung masuk keruangan nya diikuti asisten pribadinya. Wanita yang terpaut usia dua tahun lebih muda dari Nissa itu segera menyampaikan jadwal sang atasan hari ini.
"Satu jam lagi, Anda akan ada pertemuan dengan Pak Anton dari Indrajaya grup Bu. Terkait kerjasama pembangunan apartemen yang belum disepakati." wanita bernama Sisil itu menjelaskan sambil menatap iPad yang ada ditangannya. Dia juga menjelaskan apa saja yang akan dibahas nanti, dan Nissa mendengarkan dengan seksama.
"Tolong katakan pada Indah untuk tidak menerima tamu atau membiarkan siapapun masuk ke dalam ruangan saya ketika pertemuan berlangsung nanti. Saya ingin pertemuan nanti tidak ada gangguan apapun. Kita tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan bukan?"
Nissa membuka satu dokumen yang tadi diberikan oleh Sisil.
Sisil menyampaikan titah atasannya tadi pada Indah. Nissa memang sengaja memilih sekretaris yang berbeda dengan asisten pribadinya, walaupun Nissa tahu Sisil sanggup mengerjakan tugas keduanya.
Indah yang duduk di meja kerjanya mengangguk paham saat Sisil menyampaikan titah atasannya.
Tiga puluh menit kemudian semua sudah selesai disiapkan, biasanya tamu Nissa akan datang 10 menit sebelum pertemuan.
Dan benar saja 10 menit menjelang pertemuan
penting itu, satpam di lobby sudah menyambut kedatangan seorang pria tampan bertubuh tegap dan bermata biru. Stelan jas tapi membungkus tubuh tegapnya. Diikuti seorang pria muda yang tak kalah tapi di belakangnya.
Sisil menyambut kedua tamu itu di lobby, kemudian dia memimpin keduanya menuju lift yang akan mengantar mereka ke ruangan Nissa.
Kedatangan kedua pria itu tak lepas dari pengamatan Arya. Pria itu memicingkan mata, dia sudah bisa menebak dengan pasti siapa kedua pria itu tadi. Arya menatap tidak suka pada kedua nya.
"Kenapa Nissa tidak cerita kalau hari ini doa ada tamu pria itu?" gumam aryabdengan tidak tahu dirinya. Wajahnya jelas menampakkan kekesalan.
Arya menunggu dengan cemas di meja kerjanya. Pria itu mondar mandir memastikan apakah Nissa sudah selesai dengan tamunya.
Dua jam berlalu sangat lambat bagi Arya. Dianjuga tidak fokus dengan pekerjaannya karena terus memikirkan Nissa dengan kedua tamu tersebut.
"Bu Nissa sedang ada tamu Pak, Anda tidak bisa masuk!" Indah berdiri di depan pintu ruangan Nissa saat Arya memaksa untuk masuk. Ini ketiga kali pria itu datang dan menanyakan perihal atasannya itu.
"Kamu jangan kurang ajar ya!! Kamu tidak tahu siapa aku?" bentak Arya sambil menatap kesal wanita di depannya itu.
"Maaf Pak, tapi Bu Nissa sudah berpesan untuk melarang siapa saja masuk ketika beliau sedang ada tamu!" ini ketiga kalinya Indah mengulangi ucapannya.
"Kurang ajar! Aku akan memecatmu setelah aku dan Nissa menikah nanti! Lancang sekali kamu melarangku masuk dan bertemu dengan calon istriku!" bentak Arya tak kalah kencang. Mata pria itu sudah memerah karena marah.
"Maaf, Pak! Tapi ini adalah pesan dari Bu Nissa." ucap Indah sambil menunduk takut melihat bagaimana murkanya pria itu.
"Minggir! Aku mau masuk!" Arya mendorong kadar tubuh Indah hingga wanita itu terhuyung ke meja nya yang berdekatan dengan pintu ruangan Nissa.
Tatapan keempat orang itu teralihkan pada Arya yang tiba-tiba masuk.
"Maaf Bu! Pak Arya memaksa masuk dan saya juga sudah menyampaikan pesan Ibu tadi." Indah menunduk takut di sebelah Arya.
Nissa menghela nafas kasar dan menatap tajam mantan calon suaminya itu.
"Mohon maaf atas ketidak nyamanan ini, Pak Anton. Sepertinya saya harus bicara sebentar dengan karyawan saya." Nissa memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya, membuat wajah Arya memerah karena geram.
Arya berjalan ke arah Nissa dan tamunya, dengan percaya diri tinggi.
"Maaf, jika saya mengganggu pertemuan kalian! Tapi ada yang harus saya bicarakan dengan calon istri saya," ucap Arya.
"Calon istri?" tanya Anton sambil menatap Arya dan Nissa bergantian.
"Kenalkan! Saya Arya, calon suami Nissa!" ucap Arya sambil mengulurkan tangan dengan percaya diri. Anton menyambut uluran tangan pria yang sudah berdiri di depannya itu.
Sedangkan Nissa menatap Arya dengan murka. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan pria itu. Kurang ajar sekali.
"Sepertinya, pertemuan kita cukup sampai disini untuk hari ini ya Bu Nissa. Saya harap kita bisa kerja sama dan Bu Nissa bisa kembali mempertimbangkan kerja sama kita." ucap Anton pada Nissa setelah ukuran tangannya dan Arya terlepas. " kami permisi," Anton beralih mengalami Nissa dan diterima oleh wanita itu.
"Sekali lagi, saya minta maaf atas ketidak nyamanan ini Pak Anton. Asisten saya akan kembali mengatur jadwal pertemuan kita."
Nissa mengantar tamunya hingga depan pintu ruangannya, dan meminta Sisil untuk mengantar hingga lobby.
Setelah mamastikan kedua tamunya masuk lift,
Nissa kembali masuk ke ruangannya. Sebelumnya dia berpesan pada Indah, agar ketika Sisil sudah kembali segera menemuinya di dalam.
"Kamu sudah gila Mas! Apa kamu tidak punya tatakrama dan sopan santun? Bukankah indah sudah bilang kalau sedang ada tamu?" geram Nissa.
"Tapi aku sudah menunggu selama dua jam Nissa. Dan kamu juga nggak bilang sama aku kalau ada tanu pria itu hari ini. Aku tidak suka dengan pria itu, sepertinya dia suka sama kamu!" Arya mendekat ke arah Nissa. " Aku tidak suka kamu bekerja sama dengan pria itu!"
"Gila!!! Kamu pikir, kamu siapa berani mengaturku seperti itu, hah?" bentak Nissa dengan tatapan nyalang.
"Aku calon suamimu Nissa!" balas Arya dengan percaya diri.
"MANTAN! Apa kamu lupa? Kita sudah membatalkan pernikahan itu! Apa kalimatkh kurang jelas? Atau kamu sedang pura-pura lupa ingatan?"
"Tapi aku tidak setuju, Lita masih bisa bicarakan baik-baik, bukan?"
"Tidak! Bukankah aku ini wanita yang tidak tahu diri? Kamu bisa cari perempuan lain yang bisa kamu bodohi. Carilah perempuan kata raya yang bisa jadi budak cinta buat kamu, dan memenuhi ambisi Mamamu yang harus materi!"
Cukup jelas dan lantang kalimat itu Nissa ucapkan.
"Berhenti menghina Mamaku Nissa. Kamu tidak pantas melakukannya. Mamaku tidak seburuk itu! Dia hanya ingin yang terbaik untuk putranya!" Arya menggeram membela sang Mama.
Nissa tertawa mendengar pembelaan Arya. " Menurutmu, bagaimana reaksi kedua orang tuaku saat tahu jika putrinya diperlakukan tidak baik oleh orang lain? Apa menurutmu mereka kan memaafkan kalian?"
Suara pintubyang terbuka mengalihkan perhatian Nissa. "Sisil, minta pihak HRD UNTUK MEMECAT ORANG INI!"
Tegas dan jelas! Nissa meninggalkan rumahan itu. Dia sudah benar-benar muak melihat Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Rumini Parto Sentono
keputusan yang betul Nissa, lebih baik dibatalkan dari pada diporotin sama suami dan mertua.
2023-08-26
0
Windarti08
nah loh... udahlah batal nikah sama wanita kaya raya, sekarang malah dipecat dari kerjaannya.
mau kaya dan hidup enak tuh kerja keras Arya... bukan numpang hidup sama calon istri
2023-08-03
0