Arya segera menjalankan mobilnya kembali dan ia ingin kembali mendatangi rumah Nissa sebelum jam sewa mobilnya habis. Namun sebelumnya dia mau pamitan pada sang Mama dulu.
Braak!
Arya menutup pintu mobil cukup kuat. Ia pun berjalan menuju Mama Amel yang tampak sedang duduk di ruang tamu dan melihat-lihat barang seserahan Nissa.
"Mama lagi ngapain? Itu kenapa barang seserahan dibuka satu-satu?" tanya Arya.
"Kamu ini ngagetin Mama aja sih, Ar! Ini lho, Mama lagi liatin isi seserahan."
"Ngapain liatin isi seserahan? Isinya gak akan berubah kali Ma!"
"Ya, bukan gitu juga kali, Ar!"
"Teruuus?"
"Yaa, siapa tahu kan ada yang kurang. Kan kalau ada yang kurang kesempatan buat kita minta ganti rugi dua kali lipat karena udah buang waktu kita buat bolak balik kesana."
"Ya kali Ma ada yang rusak! Itu barang-barang masih segel semua! Lagian minta ganti dua kali lipat juga berapa sih Ma duitnya, orang itu kita belinya juga cuma di pasar!"
"Arya, yang namanya memanfaatkan kesempatan biar kecil itu harus. Gak akan Mama lewatkan sedikitpun."
"Ya udahlah, terserah Mama! Aku cuma mau pamitan sama Mama!"
Mama Amel mendongak dan menatap Arya dengan kening berkerut.
"Mau kemana? Waktu ngembalikan kan masih besok sore? Kita sewanya seharian!"
"Mau nemuin Nissa lagi, Ma!"
"Mau ngapain? Gak usah! Kayak gak ada harga diri aja kamu itu!"
"Ma, mau cari dimana lagi sih perempuan cantik dan kaya kayak Nissa? Seandainya kita nurunin sedikit saja ego kita biar rencana kita berhasil, pasti sekarang kita nggak perlu kayak gini!"
"Oh, jadi kamu masih salahin Mama soal pernikahan kamu yang batal?"
"Ya, emang kenyataannya gitu kan, Ma? Udah ah, aku males debat sama Mama. Aku tuh masih mau sama Nissa, Ma! Padahal, karir AU bentar lagi bakal jadi direktur di sana, gara-gara Mama yang ga sabaran semua jadi kacau begini!" Arya pun meninggalkan sang Mama dengan perasaan kesal. Ia tak peduli pada Mama Amel yang terus memanggilnya.
"Arya! Dasar anak kurang ajar!"
...*****...
Tin, tin, tin!
Arya mengklakson mobilnya begitu sampai di depan gerbang rumah megah milik Nissa. Namun, satpam rumah mantan calon istrinya itu tak kunjung membukakan pintu gerbang.
"CK, nih para jongos kenapa ga ada yang bukain pintu sih? Gak tahu apa majikannya datang!" Gerutu Arya sambil membuka safety belt dari tubuhnya, setelah itu dia membuka pintu mobil dan menuju pos satpam yang ada di balik besi warna putih gold.
"Heh, Kamu!" panggil Arya pada seorang satpam yang memiliki tubuh kurus tinggi. Satpam itupun mendekat ke tempat arya berdiri walau masih di balik pagar.
"Ya Pak! Ada apa?"
"Ada apa...ada apa...? Kenapa kamu gak bukain gerbang? Gak denger aku klaksoni mobil dari tadi?"
"Maaf Pak, saya denger kok."
"Terus? Kenapa gak kamu bukain? Kamu mau saya pecat nanti setelah saya menikah dengan majikan kamu?"
"Maaf, Pak! Tapi ini semua juga perintah dari Mbak Nissa."
"Perintah Nissa? Jangan ngadi-ngadi kamu!"
"Benar Pak! Non Nissa sendiri yang memerintahkan agar jangan membuka gerbang jika Pak Arya yang datang. Karena tadi saya pas pertama datang saya lihat Bapak pake mobil putih, jadi saya tahu kalau Bapak datang lagi.
Makanya saya nggak bukain pintu gerbang daripada Non Nissa marah dan saya dipecat.
"Cepat buka pagarnya! Saya ini calon majikan kamu!"
"Baru calon kan, Pak? Belum jadi beneran! Lagian Non Nissa sendiri yang kasik perintah buat nggak ngasih Bapak masuk.".
Tangan Arya mengepal erat, ucapan satpam tadi merupakan penghinaan baginya.
"Dasar jongos sialan! Kalau aku beneran jadi nikah sama Nissa aku pecat kamu! Dan aku pastikan, kamu nggak akan dapat pekerjaan dimanapun." Arya pun beranjak meninggalkan rumah Nissa.
"Huuh, lagaknya udah kayak bos aja! Padahal sama juga miskin!" satpam itu menggerutu sambil kembali ke pos jaga.
"Aaarggh! Kenapa sih kamu sulit banget buat di bujuk, Nis? Padahal kan, aku sama Mama cuma minta mobil aja. Itupun juga yang cuma harga 500 jutaan aja. Uang segitu mah kecil buat kamu dan keluarga kamu! Kenapa kamu keras kepala gitu sih Nis? Aarggh!!! Pokoknya aku nggakau kehilangan tambang uang ku! Aku harus bisa menikah dengan Nissa! Ya, harus! Lihat aja apa yang besok aku lakukan di kantor!!"
Arya pun kembali pulang ke rumah.
...*****...
Saat Arya sampai di rumahnya, dia langsung masuk kamar tanpa menyapa Mamanya karena masih merasa kesal dengan wanita yang sudah melahirkannya beberapa puluh tahun silam.
"Dasar anak gak ada akhlak! Untung menghasilkan, coba kalau enggak! Udah males aku baik-baikin dia, huh!" Gerutu Mama Amel yang juga didengar Fina, sang menantu yang tidak diharapkan. Fina hanya bisa mengelus dada dan menggelengkan kepala melihat tingkah mertuanya itu.
Keesokan harinya, Arya sudah rapi dan wangi. Dia siap untuk berangkat ke kantornya Nissa. Arya pun berjalan menuju ke ruang makan lalu duduk di salah satu kursi kosong. Dahi Mama Amel berkerut.
"Mau kemana kamu, Ar?"
"Mau kerja lah ma, emang mau kemana lagi? Gak liat aku udah rapi begini?" Arya masih bersikap ketus pada Mamanya, karena mengingat masalahnya saat ini berawal dari ulah Mamanya.
"Iya, Mama tahu kalau udah rapi begitu artinya mau kerja. Cuma masalah nya, kamubkan sudah dipecat dari kantornya Nissa. Uang pesangon nya juga sudah kamu terima! Jadi mau kerja dimana? Apa kamu sudah dapat pekerjaan baru lagi?"
"Belum!"
"Terus?"
"Ya mau datang aja ke kantornya Nissa. Soalnya semalem gak berhasil nemuin dia. Kenapa? Ada yang salah, Ma?"
"Kamu ngapain sih masih ngejar-ngejar dia? Move on dong! Buktikan sama dia kalau kamu bisa dapatkan yang lebih baik dari Nissa. Kamu itu tampan dan mapan, siapa sih perempuan yang nggak mau sama kamu? Masih banyak kok yang lebih kaya darinya!"
"Terus, apa Mama sudah tahu siapa target selanjutnya untuk dikenalkan sama Arya yang tentunya kata Mama lebih baik dari Nissa?"
Mama Amel terdiam.
""Gak bisa jawab kan? Kalau gak bisa mending diam. Aku yang berhak menentukan masa depanku, aku sangat tahu Nissa itu gimana Ma! Dia itu cinta mati sama aku Ma! Akan sangat mudah merayunya untuk tidak membatalkan pernikahanku dengannya. Udah ya Ma, aku berangkat dulu, tugas Mama doain aku biar berhasil bujuk Nissa!"
Arya segera melangkah pergi, tidak dipedulikannya Mama Amel yang memintanya berhenti.
Arya segera menurunkan kendaraan matic yang diparkir di teras rumah. Dan tak menunggu lama hingga akhirnya suara deru motor terdengar tengah melaju keluar dari halaman rumah yang tak seberapa luas.
Di sepanjang perjalanan Arya terus meyakinkan diri bahwa usahanya pastinya akan berhasil.
"Aku yakin, Nissa bakal luluh. Tinggal pasang wajah memelas dan bersimpuh di depannya, dia pasti akan kembali menerimaku dan percaya jika aku benar-benar menyesal," batin Arya. Kepala nya tampak mengangguk lalu tersenyum samar.
Arya menarik gas kendaraan roda dua itu lebih kuat lagi agar cepat sampai di kantor Nissa. Dan tak butuh waktu lama, akhirnya Arya pun sampai. Pagi ini, Arya masih leluasa masuk sebab Nissa belum mengatakan apapun pada satpam kantor yang bertugas mengenai pemecatan Arya. Bahkan dua satpam itu menunduk hormat ketika Arya melewati mereka.
Semua pegawai di kantor memang tahu jika Nissa dan Arya adalah sepasang kekasih yang akan segera menikah. Namun, berita putusnya hubungan mereka belum diketahui semua karyawan meski gosip kandasnya hubungan mereka sudah terdengar karena Nissa yang memecat Arya tiba-tiba.
Arya melangkah dengan pasti dan tanpa keraguan. Bahkan, masih seperti sebelumnya, kepalanya terangkat menunjukan kesombongan dan pongah yang amat sangat luar biasa.
Begitu sampai di depan ruangan Nissa, sejenak Arya berdiri menghela nafas dalam lalu dikeluarkan perlahan. Lelaki itu membenarkan penampilannya yang agak berantakan sambil berlatih menunjukkan mimik wajah sedih.
Arya menarik nafas berat, lalu mengulurkan tangan untuk menggenggam handle pintu dan membukanya. Dan Arya pun lalu melangkah masuk tanpa mengetuk pintu.
Nissa yang suka fokus ke layar laptop, menyadari ada orang yang masuk ke ruangan nya segera mengalihkan pandangan. Nissa terkejut ketika melihat mantan kekasihnya itu sudah berdiri tak jauh darinya. Namun ekspresi terkejut itu tak lama dan berganti biasa lagi.
"Siapa yang menyuruh Anda masuk bahkan tanpa mengetuk pintu sekalipun? Terlebih Anda adalah orang asing di kantor ini!" Nada suara Nissa pelan namun tegas.
Ada yang bergemuruh dalam dada Arya ketika sambutan Nissa tidak mengenakkan. Emosinya tiba-tiba mencuat namun berusaha dia redam, mengingat tujuannya saat ini mendapatkan hari Nissa.
"Sayang, ada yang ingin aku bicarakan dan ini sangat penting."
"Aku sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Dan satu lagi, stop memanggilku dengan sebutan yang menjijikan itu!" pandangan Nissa kembali ke arah laptop.
"10 menit saja.....aku mohon," pinta Arya mengiba. Nissa hanya berdecak sebal.
Diam berarti setuju, itulah yang ada di otak Arya. Oleh sebab itu, lelaki itu langsung duduk di depan Nissa tanpa meminta izin ataupun persetujuan. Arya meraih tangan Nissa yang ada di atas meja, namun secepat kilat Nissa langsung melepaskan tangannya dari genggaman tangan Arya.
"Sepertinya tidak perlu ada sentuhan! Kalau memang penting silahkan segera katakan! aku tidak punya banyak waktu!!"
"Sayang, bisakah kita tetap melanjutkan rencana pernikahan itu? Aku benar-benar mencintaimu, aku bisa gila kalau berpisah denganmu," ucap Arya dengan nada sedih, namun Nissa bukan sosok wanita bodoh. Ia tahu Arya tengah bersandiwara untuk mengambil hati dan mendapatkan kepercayaan nya lagi.
"Tentu saja gila! Bagaimana tidak gila kalau sebelumnya sudah berkhayal akan jadi orang kaya raya dan pimpinan perusahaan tapi tiba-tiba saja musnah karena sebuah permintaan konyol yang tidak masuk akal!" Nissa hanya berucap dalam hatinya.
Nissa berusaha sebisa mungkin untuk tidak menghina dan menyinggung hati Arya. Bukan karena masih cinta, tapi Nissa ingin hidup tenang tanpa memiliki seorang musuh. Dan Nissa tak ingin menciptakan dendam di hari orang lain.
"Sayang, aku mohon...." Arya tiba-tiba bersimpuh di sebelah kanan dengan kedua tangan menangkup dan kepala mendongak.
"Tidak perlu seperti ini, Mas! Percuma, usahamu tidak akan berhasil. Daripada kamu buang-buang tenaga seperti ini lebih baik kamu segera mencari pekerjaan, atau kalau tidak mangsa baru yang kurang pintar,"
Ada yang menghentak di dalam dada Arya, tangan yang tadinya menangkup perlahan turun lalu mengepal.
"Kita memang tidak ditakdirkan berjodoh, Mas! Apa jawabanku kurang jelas? Urusan kita sudah selesai, silahkan keluar dari ruangan ini sekarang juga," titah Nissa.
Pandangan Nissa yang kembali ke arah layar laptop membuat dia tidak bisa melihat ekspresi Arya yang berubah.
"Aku sudah berbaik hati menurunkan harga diri dihadapanmu. Tapi kamu terus mementingkan egomu. Kalau dengan cara itu gagal, maka jangan salahkan aku kalau aku nekat!!"
Bersamaan dengan Nissa yang menoleh Arya sudah berdiri dengan cepat dan mendekap tubuh Nissa.
"Tol...."
Teriakan Nissa berhenti karena mulutnya dibekap tangan Arya. Tak kurang akal, Nissa menggigit tangan Arya yang membekap mulutnya.
"Ugh! Lepaskan!!" Dengan sekali kibas dekapan Arya terlepas hingga lelaki itu hampir terjengkang.
Nissa segera berdiri dan meraih vas bunga yang ada di atas meja. Wanita itu segera berlari menuju pintu. Namun, saat tangannya hampir memegang gagang pintu Arya kembali mendekap tubuhnya. Semakin kuat Nissa meronta, semakin kuat Arya mendekap tubuhnya. Tak kurang akal, Nissa mengangkat salah satu kakinya yang memakai high heels tinggi dan lancip lalu menjejakkan tepat mengenai tukang kaki Arya bagian depan. Begitu dekapan mengendur Nissa segara memutar tubuhnya lalu....
PRAANG
Sebuah vas bunga mendarat di kepala Arya, seketika cairan pekat keluar dari pelipis lelaki itu, dan detik kemudian serpihan kaca memenuhi lantai ruangan.
"Aarggh!" Pekik Arya kesakitan karena rasa nyeri di kepala. Melihat lawan lengah dan terlihat masih kuat, Nissa menjejakkan kakinya tepat di perut Arya hingga membuat lelaki itu terjengkang lalu terjatuh di ruangan Nissa. Melihat Arya yang sudah terkapar belum membuat Nissa puas, ia mendekat ke arah Arya lalu mengangkat kakinya tepat di atas perut Arya.
"Ja-jangan...."
"Ini untukmu yang berusaha melecehkan ku!"
BUUGH!!!
Kaku kanan Nissa menghantam perut Arya, membuat lelaki itu semakin tak berdaya.
"Satu kata buatmu bajin9an! Mamvus!!! Cuuuih!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Rumini Parto Sentono
sungguh laki-laki yang gak tahu diri, mau kaya tapi gak mau berusaha mau nebeng sama istri hehehe...
2023-08-26
0