NovelToon NovelToon

Cinta Boleh, Tapi Jangan Bodoh...

Mahar

"Sayang, jadikan kamu ke rumahku sore ini? Kata Mama ada yang mau beliau sampaikan sama kamu, dan itu penting," kata Arya calon suami Nissa.

Nissa yang baru saja mengecek berkas laporan keuangan yang ada di mejanya menatap Arya yang saat ini duduk di depannya.

Mereka berdua memang satu kantor, akan tetapi jabatan Nissa jauh lebih tinggi dari Arya. Karena Nissa anak pemilik perusahaan yang bergerak di bidang property, sedangkan Arya supervisor di perusahaan itu.

"Memangnya ada apa sih, Mama kamu nyuruh aku datang? Kan aku sudah pernah datang kesana waktu awal perkenalan dulu, dan lagi saat kemaren kamu lamaran ke rumah kenapa nggak diomongin sekalian?" tanya Nissa sambil menatap Arya.

"Ya, inikan bentuknya lebih ke privasi saja sayang, kan nggak enak kalau di dengar banyak orang. Ini urusan kamu sama keluargaku saja."

Nissa mengetuk-ngetukan jarinya di dagu karena dia ragu akan menerima ajakan Arya atau tidak. Entah kenapa, feeling-nya mengatakan kalau akan ada sesuatu yang di minta keluarga Arya darinya. Namun, Nissa berusaha menepis perasaan itu karena bagaimanapun Arya adalah calon suaminya. Yah, mungkin saja memang ada hal penting yang akan disampaikan oleh calon mertuanya. Wejangan untuk anak yang mau berumah tangga misalnya.

"Ayolah Sayang, inikan week end. Hari ini kamu pulang cepat, begitu juga aku. Jadi sekalian kita ke rumahku, habis itu kita jalan bareng. Gimana? Anggap aja kencan terakhir kita, sebelum kita benar-benar resmi menikah."

"Baiklah, tapi aku nggak bisa lama-lama. Kamu tahu sendiri gimana Mama aku. Kalau Mama tahu bisa kena omel aku, kan aku harusnya dipingit, tapi karena pekerjaan ini harus aku sendiri yang handle makanya aku nggak bisa absen hari ini."

"Baiklah, aku mau."

"Terimakasih, Sayang! Kalau gitu, aku balik dulu ke ruanganku dulu ya," Arya mengusap lembut pucuk kepala Nissa dan wanita cantik itu hanya mengulas senyum kepadanya.

Nissa menghembuskan nafas, entah kenapa perasaan nya jadi tidak enak. Kalau kata Helma sahabatnya, dia sedang nervous karena pernikahannya yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Dan hal itu wajar terjadi untuk seorang calon pengantin baru seperti dirinya.

Karena tidak mau terlarut dalam pikiran yang tidak berujung, Nissa memutuskan untuk kembali fokus pada pekerjaannya yang kembali tertunda karena kehadiran Arya.

...#####...

"Ayo, jadi gak?" tanya Arya setelah Nissa mematikan laptopnya.

"Iya, tunggu sebentar. Aku bereskan ini dulu."

Nissa segera membereskan meja kerjanya dan memasukan semua peralatan penting seperti laptop dan ponsel khusus kerja ke tas kerja. Sedangkan ponsel untuk pribadi, dia masukkan ke tas lainnya.

Setelah semua dirasa rapi, Nissa dan Arya berjalan bersisian menuju lift karena ruangan Nissa berada di lantai 5. Para karyawan dan karyawati yang berpapasan dengan mereka menundukkan kepala tanda hormat. Nissa pun hanya membalas dengan senyuman. Nissa memang tidak membedakan lift untuk karyawan dan untuknya.

Setelah berada di lobby kantor, mereka berdua berjalan menuju parkiran dimana mobil Nissa berada. Ya, selama ini mereka memang menggunakan mobil Nissa karena Arya belum punya.

...#####...

"Assalamualaikum," ucap Nissa saat kakinya berada di depan pintu rumah Arya. Rumah sederhana yang hanya punya 1 lantai, 3 kamar tidur, dapur, ruang tamu dan ruang makan.

Namun, Nissa tidak memandang semua itu karena selama menjalin hubungan dengan Arya, keluarganya selalu baik.

"Waalaikumsalam,....eh ya ampun! Calon mantuku datang. Sini nak, duduk dulu sini. Duh, senangnya di datangi calon mantu kesayangan." Mama dari Arya duduk di samping Nissa. Bahkan, ia juga memijat bahu Nissa tanpa diminta.

Nissa yang merasa risih memintanya untuk menurunkan tangannya karena rasanya tidak etis beliau yang jauh lebih tua memijat bahunya begitu.

"Oh, iya! Ini kue untuk Mama. Semoga Mama suka ya,"

Mama Amel menerimanya dengan sumringah. Nissa pun senang bisa membuat calon mertua tersenyum.

"Wah, terimakasih ya. Kamu memang perhatian sekali. Sampai hanya datang untuk silaturahmi pun kamu repot-repot membeli kue."

"Ah, gak ada yang direpotkan kok, Ma. Hanya kue saja."

"Silahkan diminum Nissa." Tiba-tiba kakak ipar Arya yang bernama Vina menyodorkan tiga cangkir teh hangat di atas meja.

"Terimakasih Mbak, maaf merepotkan."

"Ah, nggak merepotkan kok. Memang sudah tugas dia untuk menyuguhkan itu. Dan kamu memang yang terbaik, nggak kayak dia itu yang kerjaannya selalu saja jadi beban." jawab Mama Amel.

Nissa menatap wajah Mbak Vina yang menatap sendu. Nissa sendiri merasa tidak enak karena ucapan Mama Amel yang tiba-tiba seperti menjelek-jelekkan Mbak Vina di depannya. Harusnya Mama Amel tidak boleh seperti itu.

"Oh iya, kata Arya Mama mengundangku ke sini karena ada yang mau dibicarakan. Kalau boleh tahu, apa itu?" tanya Nissa langsung. Jujur, Nissa merasa tidak enak berada disitu karena omongan Mama Amel pada Mbak Vina.

"Ehm, itu...jadi kalian kan mau menikah nih, nah Arya itu kan anak Mama yang bungsu. Kedua kakaknya sudah menikah semua. Dan kedua pasangan kakaknya itu dulunya juga memberikan Mama uang ganti selama merawat anak-anak Mama. Contoh kayak si Akbar, dia memberikan sesuatu yang Mama minta. Kalau si Vina mah jangan ditanya! Karena bisanya dari awal cuma nyusahin aja. Yaaa, ibarat nya kan kalian ketemu anak-anak Mama setelah sukses, jadi boleh dong kalau Mama minta sesuatu yang sedikit berharga untuk mengganti biaya Mama selama merawat anak-anak Mama. Begitu juga dengan Arya, kan Arya juga sudah Mama rawat dengan penuh kasih sayang hingga ia besar dan sukses seperti sekarang ini. Dan lihat, dia juga tampan kan?"

"Lalu maksud Mama? Maaf, aku kurang faham soalnya. Bisa to the point aja gak, Ma?"

"Eemmm, jadi maksud Mama. Mama mau minta kamu membelikan Arya mobil. Ah, lebih tepatnya untuk Mama pakai. Anggap saja sebagai balas jasa untuk Mama yang sudah merawat Arya selama ini. Pasti nggak susah dong ya buat kamu yang seorang pemilik perusahaan buat belikan Mama mobil sebagai balas jasa Mama yang sudah merawat Arya?"

(Asli aku pusing bikin kalimat muter-muter nya🤭🤭🤭)

Seketika itu juga Nissa melongo dengan ucapan sang mertua yang tak masuk akal dan panjangnya macam ustadz lagi tausiyah.

"Kalau misalnya aku keberatan, gimana Ma?"

Seketika itu juga raut wajah Mama Amel yang tadinya sumringah berubah menatap tajam pada Nissa. Tidak hanya Mama Amel, Arya pun menatap tajam pada Nissa.

"Yaa, kalau kamu keberatan terpaksa kita membatalkan pernikahan ini..."

Nissa kembali menatap tak percaya pada wanita yang sebentar lagi berubah status menjadi mertuanya. Bagaimana bisa dia berkata begitu? Bukankah merawat dan membiayai semua keperluan anak sudah menjadi kewajiban orang tuanya? Kalau memang tidak mau dibebankan segala ***** bengkel soal anak, ya tidak usah punya anak. Toh, anak tidak pernah meminta untuk dilahirkan, melainkan orang tualah yang ingin hadirnya anak dalam kehidupan mereka.

"Bagaimana Nissa? Kamu tidak keberatan kan? Ayolah, hanya mobil saja kok. Pasti tidak susah kan buat kamu dan keluarga kamu yang kaya raya itu. Paling, berapa sih harga mobil."

Nissa menarik nafas lalu melepaskannya. Ia harus memutuskan saat itu juga. Ia tidak mau berlama-lama mengambil keputusan karena dia sudah tahu jawaban atas pertanyaan Mama Amel.

"Maaf Ma, Nissa tidak bisa memenuhi keinginan Mama yang menurut Nissa tidak masuk akal. Seharusnya Arya yang memberikan sesuatu yang aku inginkan sebagai mahar. Bukan malah sebaliknya. Jika Mama dan Arya ingin membatalkan pernikahan ini Nissa terima. Silahkan kalian datang ke rumah Nissa untuk mengambil barang-barang yang sudah kalian bawa Kemaren.

Batalkan Saja

Mata Mama Amel membelalak, dia tidak percaya dengan jawaban yang Nissa berikan. Bagaimanapun dia sangat berharap besar pada pernikahan putra bungsunya tersebut. Nissa bagai tangkapan besar baginya. Bagaimana tidak, Nissa seorang pemilik perusahaan warisan dari orang tuanya.

Namun ternyata, Nissa tidak sebodoh dan se-bucin yang ia sangka. Nyatanya, Nissa menolak keras keinginannya yang hanya sebuah mobil. Itu bukanlah hal besar menurutnya untuk seorang Nissa.

"Mas, maaf! Aku nggak bisa meneruskan hubungan ini. Ini cincin dari kamu, aku kembalikan. Dan untuk barang-barang yang kemarin kalian bawa ke rumah bisa segera kalian ambil sekalian membicarakan pembatalan pernikahan. Semuanya masih utuh dan belum dibongkar sama sekali. Nanti bis kalian cek sendiri. Maaf Mas, aku pulang. Sudah mau malam, permisi."

Nissa pun bangkit dari duduknya, belum sempat melangkah, tangannya sudah di cekal Arya.

"Nissa, kamu nggak bisa gini dong! Kenapa kamu memutuskan semua secara sepihak? Apa kita nggak bicara baik-baik masalah ini?"

Nissa menatap lekat wajah Arya, lelaki yang akan jadi suaminya itu. Entah kenapa hingga saat ini dia belum bisa memberikan hati seutuhnya pada Arya.

Yaa, Nissa memang selalu mensugesti dirinya agar boleh jatuh cinta, tapi tidak boleh bodoh karena cinta. Pendidikan tinggi yang dia tempuh membuat dia berfikir kalau cinta itu tetap harus pakai logika. Jangan karena cinta harus membuat si pemilik rasa jadi bodoh secara tiba-tiba.

"Siapa yang memutuskan secara sepihak, Mas? Bukankah Mama Amel yang lebih dulu mengatakan jika aku tidak memenuhi permintaannya maka pernikahan kita batal?" Nissa melirik Mama Amel dengan tatapan tidak suka, setelah itu dia kembali menatap Arya.

"Yaa kan, hanya sebuah mobil Nis, masa kamu tidak setuju? Paling berapa sih, harga cash mobil hanya sekitar 500 jutaan. Uang segitu pasti kecil lah buat kamu."

Nissa terperangah, dia menatap tidak percaya karena mendengar perkataan pria itu.

"Hanya kamu bilang? Mas, 509 juta itu bukan uang yang kecil. Bukan hal mudah untuk menghasilkan uang segitu, harus ada kerja keras untuk mendapatkannya. Bahkan, kamu saja yang juga bekerja tidak sanggup untuk membelinya kan?"

Tangan Arya mengepal erat, baginya ucapan Nissa sudah mencabik-cabik harga dirinya sebagai lelaki.

"Tutup mulutmu Nissa! Aku bisa saja membelinya dengan uangku, tapi kalau seperti itu untuk apa aku punya calon istri pengusaha?

Bukankah itu hal yang sia-sia? Sedangkan uang kamu aja banyak! Toh nanti setelah menikah, apa yang kamu punya juga akan jadi milik aku juga kan? Jadi, gak ada salahnya kan, kalau aku atau mamaku sedikit meminta sesuatu darimu! Aku juga sudah memberikan barang-barang berharga waktu lamaran kemaren. Bukan gratis aku membawanya, Nis!"

Nissa menghela nafas berat, senyum getir terulas di bibir wanita cantik itu.

"Sekarang aku semakin yakin dengan keputusanku." ucap Nissa sambilelihat calon ibu mertua dan juga calon suami yang ada di hadapannya.

"Apa maksudmu?" tanya Mama Amel.

"Sebaiknya memang lebih baik kita batalkan Saja pernikahan ini. Atau begini saja...."

Nissa menjeda kalimatnya dan menatap dua orang di depannya. wajah penasaran keduanya terlihat jelas. "Aku akan memberikan mobil yang kalian mau, tapi dengan satu syarat...."

Bak sebuah angin segar, ibu dan anak itu kembali tersenyum sumringah.

"Tapi aku ingin mas Arya memberikan aku rumah sebagai mahar pernikahan kami. Karena setelah menikah, aku ingin kami tinggal di rumah hasil pemberian Mas Arya. Bagaimana?"

Nissa tersenyum puas. Apalagi saat melihat ekspresi wajah Arya dan Mama Amel berubah memerah.

"Kamu sudah gila? Bagaimana bisa kamu meminta sesuatu yang mahal? Itu sama saja kamu memberatkan Arya dalam pernikahan ini!

Bukankah seorang wanita tidak boleh memberatkan calon suaminya dalam meminta mahar?" ucap Mama Amel dengan wajah memerah menahan geram.

"Lalu apa bedanya dengan kalian? Bukankah itu sama saja kalian memberatkan aku dan keluargaku? Kalian yang memaksa aku untuk meminta hal itu!" Nissa berucap dengan santai, sebenarnya dia hanya mengetes dua manusia di depannya itu.

"Tapi keadaan kita berbeda Nissa. Kamu bisa dengan mudah membeli mobil. Sedangkan aku? Bukankah setelah menikah kita bisa saja tinggal di salah satu rumah orang tua kamu? Atau di apartemen milik kamu? Aku rasa kamu tidak akan butuh rumah pemberian dariku!" Arya masih memberikan pembelaan.

Nissa terkekeh pelan, dia tidak habis pikir dengan Arya dan Ibunya.

"Sepertinya tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan, kalian bisa mengambil barang-barang yang kemarin kalian berikan di rumahku kapanpun kalian mau. Tenang saja, semua masih utuh tersegel tapi karena aku belum menyentuhnya sama sekali.

"Tunggu Nissa, kamu bisa pikirkan lagi permintaan Mama. Apa kamu yakin akan membatalkan pernikahan ini?" Mama Amel menatap Nissa dengan angkuhnya.

"Saya rasa tidak ada yang perlu dipikirkan lagi Ma! Saya tidak bisa memenuhi keinginan Mama, dan bukankah mama yang mengatakan kalau tidak bisa maka semuanya batal." kembali Nissa mengingatkan Mama Amel akan ucapannya sendiri.

"Harusnya kamu bersyukur Nissa. Arya adalah anak Mama yang paling mapan dan sukses ditambah paling tampan pula. Seharusnya kamu juga bersyukur karena Arya mau menerima kamu apa adanya.Coba kamu piki, berapa usiamu sekarang. Disaat wanita seusia mu sudah memiliki dua anak, tapi kamu baru memutuskan untuk menikah. Bukankah beruntung sekali arya mau nikahin kamu!"

Mama Amel berucap dengan bangga dan menatap remeh pada Nissa. Mencoba menyudutkan dan memberikan pembenaran bahwa Nissa adalah pihak yang paling dirugikan dengan pembatalan pernikahan ini.

Rasanya seperti di tikam belati saat mendengar ucapan wanita paruh baya itu. Namun Nissa masih berusaha tenang. Dia masih tersenyum manis dengan tangan terkepal menahan geram. Jika saja dia tidak ingat dengan adab dan sopan santun yang diajarkan orang tuanya, mungkin sudah dari tadi air teh yang ada di hadapannya dia siramkan ke calon mertuanya itu.

"Mendengar pujian Mama membuat saya semakin yakin dengan keputusan saya. Oh ya, mungkin setelah ini saya akan mencari anak jalanan atau fakir miskin untuk bersedekah sebagai ucapan syukur karena Tuhan sudah menunjukan pada saya seperti apa sebenarnya keluarga calon suami saya, sehingga saya tidak terjerumus masuk dalam lingkaran keluarga toxic seperti kalian. Terimakasih sudah mengundang saya sore ini dan menunjukkan wajah asli kalian. Permisi!"

Nissa berdirinya dan menyampaikan. tasnya di pundak. Dia berjalan dengan anggun meninggalkan ruangan sederhana itu. Namun belum sempat dia melangkah keluar pintu, dia berhenti sejenak.

"Oh ya, satu lagi! Tolong segera ambil barang-barang itu supaya tidak membuat sempit rumah mewah saya. Sepertinya guci pajangan Mama saya lebih menarik diletakkan di sana daripada barang murahan kalian." ucap Nissa tanpa menoleh pada dua orang yang masih duduk di tempatnya. Nissa kemudian langkahnya.

"Dasar perawan tua tidak tahu diri!" umpat Mama Amel. "Masih untung putraku mau menikah dengan perawan tua sepertimu!" dia masih saja terus mengumpat. Tidak peduli Nissa bisa mendengar atau tidak.

Orang tua memang terkadang seperti itu. Suka meluapkan amarah dengan mengumpat dan cacian. Mungkin Mama amel sedang masuk pada fase lucu dan menggemaskan.

"Mama gimana sih? Kok nggak bisa ngendalikan diri, sih? Kalau Nissa sampai beneran batalin pernikahan itu gimana coba?" protes Arya. "Kita bisa kehilangan tangkapan besar, Ma." pria itu mengusap wajahnya kasar.

"Biarkan saja!"

"Mama ... aarrgghhh!" Arya terlihat sangat frustasi.

"Mau kemana kamu?" Mama Amel mencekal tangan Arya.

"Ngejar Nissa lah Ma, mau kemana lagi?" jawab Arya kesal.

"Duduk!'" titah Mama Amel sambil menatap Arya.

"Mama gimana sih? Tinggal sedikit lagi Nissa masuk dalam tangkapan kita. Kenapa mama lepasin begitu saja?" Arya melayangkan protes dan bertambah kesal ketika melihat Mamanya malah meneguk teh dengan santai.

"Apa yang kamu khawatirkan? Kamu tampan dan juga menarik. Kamu bisa dapatkan wanita yang lebih kaya dari Nissa. Ingat! Kamu bisa dapat tangkapan yang lebih besar!' Amel tersenyum miring menatap putranya.

"Tapi itu butuh proses Ma! Ini tinggal sedikit lagi!" Arya menatap kesal sang Mama. "Kenapa mama nggak sabaran sih? Coba kalau Mama mau sabar sebentar lagi. Pasti kita berhasil!" Arya kembali melayangkan protes.

Bagaimana tidak kesal, dia gagal jadi orang kaya. Dia pikir setelah menikah dengan Nissa maka jabatannya akan naik. Tidak mungkin bukan Nissa membiarkan Arya terus-menerus jadi bawahannya di kantor. Ya, stidaknya dia akan menggantikan posisi Nissa di sana. Itulah yang ada dalam khayalan Arya, namun semua gagal karena ulah sang Mama.

"Kenapa kamu jadi nyalahin Mama? Seharusnya kamu cari wanita kaya yang bodoh. Nissa itu terlalu pintar untuk kita bodohi Arya."

Amel menatap nyalang pada putranya. Tentu saja dia tidak terima jika disalahkan oleh putranya. Dia melakukan itu semata juga untuk putranya juga agar bisa hidup mewah dan enak

"Sana! Kejar saja kalau kamu mau kehilangan harga diri kamu sebagai laki-laki!" Amel beranjak meninggalkan putranya yang masih kesal.

"Aargghh..." Arya berteriak frustasi.

...#####...

Nissa melajukan mobilnya membelah kemacetan. Padatnya arus lalulintas kota cukup panjang dan menguras kesabaran apalagi sekarang malam Minggu.

Wanita itu tersenyum getir saat kembali teringat pada mantan calon suaminya. Nissa bukan marah karena gagal menikah dengan pria itu. Toh, dirinya tidak se-bucin itu pada Arya. Dia kesal dan kecewa dengan ucapan Mama Amel yang menyakiti hatinya. Namun Nissa bersyukur karena semua belum terlambat dan dia bisa terlepas dari keluarga toxic itu.

Setalah berpacu dengan macet dan padatnya jalanan akhirnya dia tiba di kediaman mewah keluarganya. Gerbang besi yang menjulang tinggi terbuka saat mobilny tiba. Seorang satpam yang berjaga mengangguk hormat ketika mobilnya melewati gerbang itu.

Helaan nafas terdengar berat dari wanita itu sesaat setelah dia turun dan menutup pintu mobil. Nissa masih harus menjelaskan pada Mamanya tentang rencana pernikahannya yang batal. Beruntung Mama nya sore ini tidak ada di rumah karena menemani Papanya menemui klien dari Singapura dan kemungkinan nanti malam baru pulang.

Nissa menghela nafas lega, paling tidak dia punya sedikit waktu untuk menenangkan pikiran dan menyusun kata yang tepat untuk memberitahu kedua orang tuanya tentang batalnya rencana pernikahannya. Mungkin besok waktu yang tepat untuk menjelaskan, karena di hari Minggu kedua orang tuanya biasa berkumpul menghabiskan waktu bersama.

Tidak Tahu Malu

"Dibatalkan?" Bram beralih menatap putrinya, sorot mata pria itu meminta sebuah penjelasan.

Pagi itu setelah sarapan, keluarga Nissa memang biasa menghabiskan waktu di akhir pekan berkumpul bersama di ruang keluarga yang ada di belakang rumah. Ruangan itu sengaja di desain terbuka dan menghadap taman agar udara segar bisa masuk.

Nissa mengangguk sebagai jawaban untuk Papanya. Dia lalu memutar tubuhnya agar bisa menghadap kedua orang tua. Mereka sedang duduk santai lesehan di bawah sambil senderan pada sofa yang ada di ruangan itu ditemani potongan buah segar sebagai camilan mereka.

"Alasannya?" tanya Bram dengan mata memicing. Pria itu ingin tahu alasan kenapa tiba-tiba putrinya itu ingin membatalkan rencana pernikahan yang sudah direncanakan matang. Sedangkan sebelumnya, Nissa terlihat sangat antusias dengan pernikahannya. Bahkan setelah Bram dan Imelda bertanya beberapa kali pun, Nissa menjawab dengan yakin atas keputusannya tersebut.

"Ya, nggak cocok aja Pa. Kayaknya kemaren aku terlalu cepat ambil keputusan." jawab Nissa meyakinkan kedua orang tuanya. Seulas senyum terbit di bibir wanita itu, meyakinkan kedua orang tuanya berharap jika mereka percaya dia baik-baik saja. Dia bahkan mengerjapkan matanya seperti anak kecil.

Bram terdiam dan menatap istrinya. Pasangan itu saling pandang dan hanya mereka berdua yang bisa mengartikan. Mereka yakin ada sebab lain yang putrinya itu sembunyikan.

"Sini sayang!" Imelda merentangkan tangan nya dan disambut oleh Nissa. Wanita dengan surai panjang yang dibiarkan tergerai itu menghambur dalam pelukan sang mama.

"Apapun keputusan kamu, kami percaya itu semua sudah kamu pikirkan dengan matang." Imelda membelai lembut kepala anaknya yang bersandar bahunya.

"Terimakasih, Ma."

Imelda mengangguk dan tersenyum hangat.

Itulah yang Nissa syukuri, memilik orang tua seperti Bram dan Imelda. Mereka tidak pernah memaksakan kehendak pada Nissa. Mereka percaya pada Nissa atas keputusan yang dia ambil. Dan juga, tidak pernah menyalahkan jika keputusan yang diambil ternyata mengecewakan. Mereka tetap memberikan dukungan pada Nissa.

Bram dan Imelda memutuskan untuk diam, tidak bertanya lebih dalam lagi mengenai keputusan pembatalan pernikahan putrinya itu. Mereka akan memberikan waktu sampai Nissa siap menceritakan semuanya.

Nissa juga tidak ada keinginan menceritakan kejadian sebenarnya pada kedua orang tuanya. Biarlah keburukan Arya dan Mama nya menjadi rahasianya. Menurutnya tidak baik menceritakan hal itu pada kedua orang tuanya. Lagipula, Arya pernah menjadi pria yang membuatnya bahagia, walaupun lebih banyak pusingnya.

Keputusan Nissa membatalkan pernikahan bagai angin segar untuk Bram dan Imelda, pasalnya mereka tidak seberapa setuju dengan lelaki pilihan putrinya itu. Feeling orang tua terkadang tidak pernah meleset, apalagi sang Ibu yang memiliki ikatan batin kuat dengan anaknya.

Bram dan Imelda merasa, Arya hanya memanfaatkan Nissa. Apalagi Bram yang seorang pengusaha, dia sering bertemu denah orang asing dan sedikit banyak dia sudah memahami mimik wajah seseorang ketika sedang bicara. Dan dia tak menemukan ketulusan dari Arya dan mamanya ketika datang melamar Nissa.

Namun, mereka tidak bisa memaksa dan menghancurkan kebahagiaan putri mereka begitu saja. Dan akhirnya, Tuhan menjawab doa mereka selama ini. Bram dan Imelda yakin, Nissa sudah mengetahui sesuatu tentang keluarga tersebut.

"Gimana kalau kita ke Bali aja? Udah lama kita nggak pergi bareng-bareng?" usul Imelda tiba-tiba.

"Gimana kalau ke Raja Ampat aja? Kebetulan Pak Willy kemaren malam membahas anaknya yang buka resort di sana. Sepertinya seru kalau kita liburan ke sana?" Bram memberikan saran.

Imelda setuju, karena Raja Ampat terkenal dengan keindahan pulau-pulaunya.

"Kalau kamu, gimana nak?" tanya Imelda pada Nissa.

"Kemanapun liburannya, Nissa ikut aja Ma! Yang penting jauh dari keramaian," Nissa terkekeh. "Tapi habis Nissa selesaikan proyek ya?"

Kedua orangtuanya ikut terkekeh, mereka paham seberapa pusingnya Nissa yang disuguhkan pekerjaan tiap hari. Dan menghadapi ramainya kota.

Keputusan sudah di ambil dan Imelda akan menyiapkan semuanya.

...*****...

Kicau burung yang bertengger di dahan pohon terdengar menyambut wanita itu pagi ini. Cahaya mentari belum terlalu terlihat, tapi Nissa dan kedua orangtuanya sudah terlihat sarapan di ruang makan.

Nasi goreng seafood hasil masakan sang mama menjadi menu sarapan mereka pagi ini. Tidak lupa telur mata sapi dan acarnya. Meskipun ada pelayan di rumah itu, tetapi Imelda selalu menyempatkan untuk membuat masakan untuk suami dan putrinya.

Pagi ini Nissa sedang tidak terburu-buru, jadi dia bisa menikmati sarapan dengan santai. Berbeda dengan Bram, ayahnya pagi ini ada meeting penting jadi harus pergi lebih awal, pria paruh baya itu hanya sarapan roti lapis.

...*****....

Suara ketukan heels yang beradu dengan lantai mendominasi saat Nissa sampai di lobby. Sapaan mulai dari security yang berjaga dan beberapa karyawan yang datang menyambut wanita cantik dengan setelan kerja itu.

Sementara seorang pria yang mengenakan kemeja biru muda terlihat mengembangkan senyumnya saat melihat kedatangan Nissa. Dia beranjak dari duduknya, sedetik kemudian senyum itu pudar berganti dengan wajah masam dan rahang yang mengeras serta tangan yang terkepal. Ya, pria itu adalah Arya. Dia geram karena Nissa mengabaikannya. Arya pikir, Nissa akan menghampiri dan menyapanya seperti biasanya. Namun berbeda dengan hari ini.

Tentu saja hal itu membuat Arya geram. Arya yang diabaikan merasa harga dirinya telah dijatuhkan. Sepertinya Nissa benar-benar serius dengan keputusan pembatalan pernikahan kemaren. Tidak tahu diri memang jika Arya masih menginginkan Nissa masih mau menerimanua setelah apa yang dikatakan mamanya. Benar yang mamanya katakan, Nissa bukanlah wanita yang bodoh dan bisa diperbudak cinta.

Namun, Arya tidak menyerah. Dia akan berusaha membujuk Nissa. Tidak apa harga dirinya jatuh saat ini, karena jika dia berhasil membujuk wanita itu maka Nissa akan patuh padanya. Begitulah yang ada dalam pikiran Arya.

Nissa langsung masuk keruangan nya diikuti asisten pribadinya. Wanita yang terpaut usia dua tahun lebih muda dari Nissa itu segera menyampaikan jadwal sang atasan hari ini.

"Satu jam lagi, Anda akan ada pertemuan dengan Pak Anton dari Indrajaya grup Bu. Terkait kerjasama pembangunan apartemen yang belum disepakati." wanita bernama Sisil itu menjelaskan sambil menatap iPad yang ada ditangannya. Dia juga menjelaskan apa saja yang akan dibahas nanti, dan Nissa mendengarkan dengan seksama.

"Tolong katakan pada Indah untuk tidak menerima tamu atau membiarkan siapapun masuk ke dalam ruangan saya ketika pertemuan berlangsung nanti. Saya ingin pertemuan nanti tidak ada gangguan apapun. Kita tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan bukan?"

Nissa membuka satu dokumen yang tadi diberikan oleh Sisil.

Sisil menyampaikan titah atasannya tadi pada Indah. Nissa memang sengaja memilih sekretaris yang berbeda dengan asisten pribadinya, walaupun Nissa tahu Sisil sanggup mengerjakan tugas keduanya.

Indah yang duduk di meja kerjanya mengangguk paham saat Sisil menyampaikan titah atasannya.

Tiga puluh menit kemudian semua sudah selesai disiapkan, biasanya tamu Nissa akan datang 10 menit sebelum pertemuan.

Dan benar saja 10 menit menjelang pertemuan

penting itu, satpam di lobby sudah menyambut kedatangan seorang pria tampan bertubuh tegap dan bermata biru. Stelan jas tapi membungkus tubuh tegapnya. Diikuti seorang pria muda yang tak kalah tapi di belakangnya.

Sisil menyambut kedua tamu itu di lobby, kemudian dia memimpin keduanya menuju lift yang akan mengantar mereka ke ruangan Nissa.

Kedatangan kedua pria itu tak lepas dari pengamatan Arya. Pria itu memicingkan mata, dia sudah bisa menebak dengan pasti siapa kedua pria itu tadi. Arya menatap tidak suka pada kedua nya.

"Kenapa Nissa tidak cerita kalau hari ini doa ada tamu pria itu?" gumam aryabdengan tidak tahu dirinya. Wajahnya jelas menampakkan kekesalan.

Arya menunggu dengan cemas di meja kerjanya. Pria itu mondar mandir memastikan apakah Nissa sudah selesai dengan tamunya.

Dua jam berlalu sangat lambat bagi Arya. Dianjuga tidak fokus dengan pekerjaannya karena terus memikirkan Nissa dengan kedua tamu tersebut.

"Bu Nissa sedang ada tamu Pak, Anda tidak bisa masuk!" Indah berdiri di depan pintu ruangan Nissa saat Arya memaksa untuk masuk. Ini ketiga kali pria itu datang dan menanyakan perihal atasannya itu.

"Kamu jangan kurang ajar ya!! Kamu tidak tahu siapa aku?" bentak Arya sambil menatap kesal wanita di depannya itu.

"Maaf Pak, tapi Bu Nissa sudah berpesan untuk melarang siapa saja masuk ketika beliau sedang ada tamu!" ini ketiga kalinya Indah mengulangi ucapannya.

"Kurang ajar! Aku akan memecatmu setelah aku dan Nissa menikah nanti! Lancang sekali kamu melarangku masuk dan bertemu dengan calon istriku!" bentak Arya tak kalah kencang. Mata pria itu sudah memerah karena marah.

"Maaf, Pak! Tapi ini adalah pesan dari Bu Nissa." ucap Indah sambil menunduk takut melihat bagaimana murkanya pria itu.

"Minggir! Aku mau masuk!" Arya mendorong kadar tubuh Indah hingga wanita itu terhuyung ke meja nya yang berdekatan dengan pintu ruangan Nissa.

Tatapan keempat orang itu teralihkan pada Arya yang tiba-tiba masuk.

"Maaf Bu! Pak Arya memaksa masuk dan saya juga sudah menyampaikan pesan Ibu tadi." Indah menunduk takut di sebelah Arya.

Nissa menghela nafas kasar dan menatap tajam mantan calon suaminya itu.

"Mohon maaf atas ketidak nyamanan ini, Pak Anton. Sepertinya saya harus bicara sebentar dengan karyawan saya." Nissa memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya, membuat wajah Arya memerah karena geram.

Arya berjalan ke arah Nissa dan tamunya, dengan percaya diri tinggi.

"Maaf, jika saya mengganggu pertemuan kalian! Tapi ada yang harus saya bicarakan dengan calon istri saya," ucap Arya.

"Calon istri?" tanya Anton sambil menatap Arya dan Nissa bergantian.

"Kenalkan! Saya Arya, calon suami Nissa!" ucap Arya sambil mengulurkan tangan dengan percaya diri. Anton menyambut uluran tangan pria yang sudah berdiri di depannya itu.

Sedangkan Nissa menatap Arya dengan murka. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan pria itu. Kurang ajar sekali.

"Sepertinya, pertemuan kita cukup sampai disini untuk hari ini ya Bu Nissa. Saya harap kita bisa kerja sama dan Bu Nissa bisa kembali mempertimbangkan kerja sama kita." ucap Anton pada Nissa setelah ukuran tangannya dan Arya terlepas. " kami permisi," Anton beralih mengalami Nissa dan diterima oleh wanita itu.

"Sekali lagi, saya minta maaf atas ketidak nyamanan ini Pak Anton. Asisten saya akan kembali mengatur jadwal pertemuan kita."

Nissa mengantar tamunya hingga depan pintu ruangannya, dan meminta Sisil untuk mengantar hingga lobby.

Setelah mamastikan kedua tamunya masuk lift,

Nissa kembali masuk ke ruangannya. Sebelumnya dia berpesan pada Indah, agar ketika Sisil sudah kembali segera menemuinya di dalam.

"Kamu sudah gila Mas! Apa kamu tidak punya tatakrama dan sopan santun? Bukankah indah sudah bilang kalau sedang ada tamu?" geram Nissa.

"Tapi aku sudah menunggu selama dua jam Nissa. Dan kamu juga nggak bilang sama aku kalau ada tanu pria itu hari ini. Aku tidak suka dengan pria itu, sepertinya dia suka sama kamu!" Arya mendekat ke arah Nissa. " Aku tidak suka kamu bekerja sama dengan pria itu!"

"Gila!!! Kamu pikir, kamu siapa berani mengaturku seperti itu, hah?" bentak Nissa dengan tatapan nyalang.

"Aku calon suamimu Nissa!" balas Arya dengan percaya diri.

"MANTAN! Apa kamu lupa? Kita sudah membatalkan pernikahan itu! Apa kalimatkh kurang jelas? Atau kamu sedang pura-pura lupa ingatan?"

"Tapi aku tidak setuju, Lita masih bisa bicarakan baik-baik, bukan?"

"Tidak! Bukankah aku ini wanita yang tidak tahu diri? Kamu bisa cari perempuan lain yang bisa kamu bodohi. Carilah perempuan kata raya yang bisa jadi budak cinta buat kamu, dan memenuhi ambisi Mamamu yang harus materi!"

Cukup jelas dan lantang kalimat itu Nissa ucapkan.

"Berhenti menghina Mamaku Nissa. Kamu tidak pantas melakukannya. Mamaku tidak seburuk itu! Dia hanya ingin yang terbaik untuk putranya!" Arya menggeram membela sang Mama.

Nissa tertawa mendengar pembelaan Arya. " Menurutmu, bagaimana reaksi kedua orang tuaku saat tahu jika putrinya diperlakukan tidak baik oleh orang lain? Apa menurutmu mereka kan memaafkan kalian?"

Suara pintubyang terbuka mengalihkan perhatian Nissa. "Sisil, minta pihak HRD UNTUK MEMECAT ORANG INI!"

Tegas dan jelas! Nissa meninggalkan rumahan itu. Dia sudah benar-benar muak melihat Arya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!