Mantan Yang Tak Usai

Mantan Yang Tak Usai

Diary Lama

Senin sore, 2 September 2020

Balada Rindu

Cinta.

Aku larut dalam samudra mu.

Tenggelam hingga ke dasarnya,

Tanpa keyakinan untuk bisa kembali ke tempatku semula.

Bagaimana bisa?

....

Berawal dari percikan, aku gamang dalam harapan lama

Merindui nya,

Mendambanya,

Pun mencintai waktu saat bersama dengannya.

Harapanku sederhana saja,

Bisa melihat senyum cemerlang di bawah dua gemintang cokelat miliknya.

Sederhana sekali, bukan?

....

Dan waktu terus berlalu

Menyeret langkahku untuk terus mengikuti ke mana tawa dan senyumnya pergi

Apa dayaku?

Senyumnya begitu memikat hati ini

Kesediaan ku untuk melakukan apa pun demi melihat senyumnya begitu merajai ku

Pun ketika harus ku lukai diri ini demi kebahagiaannya,

Aku memenuhinya.

Kubiarkan senyumnya dimiliki bidadari lain,

Sementara aku bertahan dalam topeng ketegaran.

Itu kulakukan, cinta.

Demi dia.

Demi dia.

....

Cinta.

Aku terluka.

Bilangan tahun telah menyeret ku jauh.

Membuatku kehilangan arah menuju mimpi-mimpiku lainnya

Sementara aku bersembunyi di balik bayang senyumnya,

Ia kian cemerlang dalam rangkulan bidadari jelitanya.

Sakit.

Rasanya terlampau sakit, cinta.

....

Dan tibalah waktu henti itu.

Ku putuskan untuk berhenti melihatnya

Berpaling dari cemerlangnya binar senyum miliknya

Membutakan diri dari segala hal tentangnya

Ku tulikan pendengaran ku dari suara dan nama miliknya

Ku tutup hatiku rapat-rapat dari berkemungkinan menyadari keberadaan mu, cinta.

Maaf..

Aku hanya terlampau lemah untuk bertahan dalam rasa pedih ini.

Maafkan aku, cinta..

....

Cinta.

Aku pun berada dalam zona kebimbangan,

Usai lama tak ku singgung jalur langkahku dengan langkah miliknya.

Duniaku kebas saat itu.

Bagiku setiap waktu adalah malam

Sayangnya malamnya duniaku tak memiliki rembulan,

Ataupun sepercik saja bintang sebagai penerang.

Aku gagap dalam gulita ini, cinta.

Tolong aku.

Selintas kabar tentangnya datang padaku

Bahwa dia hendak pergi menuju keabadian surga milik-Nya

Bersama sang bidadari...

....

....

Cinta.

Aku kembali.

Kutemukan jalur awal ku menuju mimpi-mimpi yang sempat terabaikan

Dan kami bertemu lagi, cinta.

Ia menjadi satu dari sedikit malaikat yang membantuku menemukan jalurku

Aku berterima kasih kepadanya juga kepada malaikat-malaikat lainnya.

Terima kasih..

....

Dan kali ini, hatiku bisa bersanding dengan sang ikhlas.

Kabar tentang perpisahannya dengan sang bidadari tak membuatku lantas

Berbahagia di atas derita yang tengah dihadapinya.

Aku tak lagi memandangnya sebagai harapan yang bisa kumiliki

Karena bagiku kini,

Ia adalah malaikat yang terlampau cemerlang meski hanya untuk memenuhi mimpiku saja.

Satu harap ku tentangnya adalah,

Ia bisa menemukan bidadari lainnya yang secemerlang dirinya.

Amiin..

...

***

"Abi! Ngapain sih! Sini! sini! Itu punya Umi!"

Maya, wanita berusia sekitar dua puluh tiga tahun itu langsung saja mengambil buku diary lama miliknya yang ada di tangan sang suami, Suhan.

Paras Maya yang cantik bak barbie doll langsung berubah jadi merah padam. Antara merasa kesal sekaligus juga menahan malu.

Dalam hatinya Maya menyesalkan karena telah meminta tolong bantuan suami nya itu untuk mengangkat kardus berisi buku lama jaman ia masih kuliah dulu.

Acara bersih-bersih menyambut bulan puasa ini ternyata malah memberikan kesempatan bagi Suhan untuk membaca buku diary Maya yang berwarna pink itu.

Tahu begitu, tadi saja ia yang memindahkan kardus yang isinya tak terlalu penuh itu ke gudang. Jadi tak akan ada kejadian buku diary lama nya bisa sampai terbaca oleh Suhan seperti sesaat tadi.

Maya langsung sibuk mengingat-ingat, hal apa saja yang telah ia tulis dalam diary nya itu. Dan ia langsung menyesal berat. Karena seingatnya, semua hal yang ia tulis di sana berisi tentang perasaannya terhadap Reyhan.. Cinta pertama nya..

Lebih lanjut lagi Maya tak bisa membayangkan, di bagian hal memalukan apa dalam diary miliknya, yang telah dibaca oleh Suhan sesaat tadi.

'Semoga saja bukan soal perasaan ku dulu ke Reyhan.. Kalau benar tentang itu yang Abi baca, terus aku harus jelasin apa ke Abi ya?' pikir Maya dalam hati.

"Yah.. Umi.. kan Abi belum selesai baca nya. Lagi seru-serunya lho tadi," ujar Suhan melayangkan protes.

"Jangan dibaca dong, Bi! Tahu privasi gak sih?!" tukas Maya masih merengut kesal.

"Privasi apa sih, Mi.. kan kita udah menikah. Jangan main rahasia-rahasiaan dong, Yang.." rajuk Suhan seraya memeluk Maya dari belakang.

"Walau kita udah menikah, tapi kan Umi juga tetap butuh privasi lah, Bi.. Coba Abi pikir sendiri deh! Gimana kalau diary Abi sampai dibaca sama orang lain. Abi malu gak tuh?"

Suhan langsung terlihat serius berpikir selama beberapa detik lamanya. Dan Maya sudah tak sabar untuk menunggu jawaban dari suaminya itu. Maya sudah yakin benar kalau suaminya itu pasti akan mengerti dengan perasaannya saat ini.

Setelah berpikir beberapa lama, Suhan pun memberikan jawabannya. Sayangnya, jawaban Suhan malah membuat Maya jadi kebingungan.

"Tenang, Mi.. itu gak bakal kejadian kok.."

"Kenapa bisa gitu?" tanya Maya keheranan.

"Soalnya Abi gak suka curhat-curhatan di buku diary, Mi.."

Setelah jeda satu detik, Suhan pun melanjutkan ucapannya lagi.

"..Soalnya Abi takut diare nanti.."

Sontak saja Maya jadi ternganga keheranan. Dan.. Plak! Wanita itu refleks memukul lengan atas sang suami dengan pelan.

"Apaan sih, Bi.. ngarang banget.."

"Tapi.. kalau Abi punya diary kayak Umi, Abi mau aja kok berbagi diary sama Umi.. Umi boleh banget baca diary yang Abi tulis.."

"Serius? Kok rasa-rasanya Umi sulit untuk percaya ya.." seloroh Maya sambil menyipitkan mata dan memandang Suhan dari bawah.

"Duileh.. itu mata.. Biasa aja lihatnya, kenapa, Um? Umi tuh malah makin ngegemesin tahu, kalau pasang tampang marah begitu!" goda Suhan lagi.

"Tauk ah! Abi mah suka gitu.. Diajak ngomong serius malah ngajak bercanda terus!"

"Iya.. iya.. Maafin Abi deh ya.. Sini.. Sini.. Abi ademin hatinya Umi deh biar gak marah lagi!"

Sesaat kemudian Lelaki berwajah manis itu menyusupkan kepalanya di antara lekukan leher jenjang nya Maya. Tak lupa ia pun meniup-niupkan udara ke telinga sang istri. Dengan begitu mesra.

"Ihihii.. Bii.. geli ah! Jangan main tiup-tiupan ah! hihihi!!"

Amarah Maya entah raib ke mana. Suhan memang seperti itu. Lelaki itu selalu saja tahu celah untuk memperbaiki hubungan di antara keduanya.

Hubungan yang baru terjalin sejak dua tahun lalu. Sejak pertama kali ia bertemu dengan Maya di acara kumpul 'ied keluarga.

Ya.. Suhan dan Maya memang baru bertemu sekitar dua tahun yang lalu. Dan sekitar satu minggu setelahnya, lelaki berparas manis itu langsung merasa mantap untuk menikahi Maya melalui jalan ta'aruf.

Ya. Lelaki itu dengan beraninya meminang Maya. Meski ia baru mengenal wanita itu sekitar satu minggu saja.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!