NovelToon NovelToon

Mantan Yang Tak Usai

Diary Lama

Senin sore, 2 September 2020

Balada Rindu

Cinta.

Aku larut dalam samudra mu.

Tenggelam hingga ke dasarnya,

Tanpa keyakinan untuk bisa kembali ke tempatku semula.

Bagaimana bisa?

....

Berawal dari percikan, aku gamang dalam harapan lama

Merindui nya,

Mendambanya,

Pun mencintai waktu saat bersama dengannya.

Harapanku sederhana saja,

Bisa melihat senyum cemerlang di bawah dua gemintang cokelat miliknya.

Sederhana sekali, bukan?

....

Dan waktu terus berlalu

Menyeret langkahku untuk terus mengikuti ke mana tawa dan senyumnya pergi

Apa dayaku?

Senyumnya begitu memikat hati ini

Kesediaan ku untuk melakukan apa pun demi melihat senyumnya begitu merajai ku

Pun ketika harus ku lukai diri ini demi kebahagiaannya,

Aku memenuhinya.

Kubiarkan senyumnya dimiliki bidadari lain,

Sementara aku bertahan dalam topeng ketegaran.

Itu kulakukan, cinta.

Demi dia.

Demi dia.

....

Cinta.

Aku terluka.

Bilangan tahun telah menyeret ku jauh.

Membuatku kehilangan arah menuju mimpi-mimpiku lainnya

Sementara aku bersembunyi di balik bayang senyumnya,

Ia kian cemerlang dalam rangkulan bidadari jelitanya.

Sakit.

Rasanya terlampau sakit, cinta.

....

Dan tibalah waktu henti itu.

Ku putuskan untuk berhenti melihatnya

Berpaling dari cemerlangnya binar senyum miliknya

Membutakan diri dari segala hal tentangnya

Ku tulikan pendengaran ku dari suara dan nama miliknya

Ku tutup hatiku rapat-rapat dari berkemungkinan menyadari keberadaan mu, cinta.

Maaf..

Aku hanya terlampau lemah untuk bertahan dalam rasa pedih ini.

Maafkan aku, cinta..

....

Cinta.

Aku pun berada dalam zona kebimbangan,

Usai lama tak ku singgung jalur langkahku dengan langkah miliknya.

Duniaku kebas saat itu.

Bagiku setiap waktu adalah malam

Sayangnya malamnya duniaku tak memiliki rembulan,

Ataupun sepercik saja bintang sebagai penerang.

Aku gagap dalam gulita ini, cinta.

Tolong aku.

Selintas kabar tentangnya datang padaku

Bahwa dia hendak pergi menuju keabadian surga milik-Nya

Bersama sang bidadari...

....

....

Cinta.

Aku kembali.

Kutemukan jalur awal ku menuju mimpi-mimpi yang sempat terabaikan

Dan kami bertemu lagi, cinta.

Ia menjadi satu dari sedikit malaikat yang membantuku menemukan jalurku

Aku berterima kasih kepadanya juga kepada malaikat-malaikat lainnya.

Terima kasih..

....

Dan kali ini, hatiku bisa bersanding dengan sang ikhlas.

Kabar tentang perpisahannya dengan sang bidadari tak membuatku lantas

Berbahagia di atas derita yang tengah dihadapinya.

Aku tak lagi memandangnya sebagai harapan yang bisa kumiliki

Karena bagiku kini,

Ia adalah malaikat yang terlampau cemerlang meski hanya untuk memenuhi mimpiku saja.

Satu harap ku tentangnya adalah,

Ia bisa menemukan bidadari lainnya yang secemerlang dirinya.

Amiin..

...

***

"Abi! Ngapain sih! Sini! sini! Itu punya Umi!"

Maya, wanita berusia sekitar dua puluh tiga tahun itu langsung saja mengambil buku diary lama miliknya yang ada di tangan sang suami, Suhan.

Paras Maya yang cantik bak barbie doll langsung berubah jadi merah padam. Antara merasa kesal sekaligus juga menahan malu.

Dalam hatinya Maya menyesalkan karena telah meminta tolong bantuan suami nya itu untuk mengangkat kardus berisi buku lama jaman ia masih kuliah dulu.

Acara bersih-bersih menyambut bulan puasa ini ternyata malah memberikan kesempatan bagi Suhan untuk membaca buku diary Maya yang berwarna pink itu.

Tahu begitu, tadi saja ia yang memindahkan kardus yang isinya tak terlalu penuh itu ke gudang. Jadi tak akan ada kejadian buku diary lama nya bisa sampai terbaca oleh Suhan seperti sesaat tadi.

Maya langsung sibuk mengingat-ingat, hal apa saja yang telah ia tulis dalam diary nya itu. Dan ia langsung menyesal berat. Karena seingatnya, semua hal yang ia tulis di sana berisi tentang perasaannya terhadap Reyhan.. Cinta pertama nya..

Lebih lanjut lagi Maya tak bisa membayangkan, di bagian hal memalukan apa dalam diary miliknya, yang telah dibaca oleh Suhan sesaat tadi.

'Semoga saja bukan soal perasaan ku dulu ke Reyhan.. Kalau benar tentang itu yang Abi baca, terus aku harus jelasin apa ke Abi ya?' pikir Maya dalam hati.

"Yah.. Umi.. kan Abi belum selesai baca nya. Lagi seru-serunya lho tadi," ujar Suhan melayangkan protes.

"Jangan dibaca dong, Bi! Tahu privasi gak sih?!" tukas Maya masih merengut kesal.

"Privasi apa sih, Mi.. kan kita udah menikah. Jangan main rahasia-rahasiaan dong, Yang.." rajuk Suhan seraya memeluk Maya dari belakang.

"Walau kita udah menikah, tapi kan Umi juga tetap butuh privasi lah, Bi.. Coba Abi pikir sendiri deh! Gimana kalau diary Abi sampai dibaca sama orang lain. Abi malu gak tuh?"

Suhan langsung terlihat serius berpikir selama beberapa detik lamanya. Dan Maya sudah tak sabar untuk menunggu jawaban dari suaminya itu. Maya sudah yakin benar kalau suaminya itu pasti akan mengerti dengan perasaannya saat ini.

Setelah berpikir beberapa lama, Suhan pun memberikan jawabannya. Sayangnya, jawaban Suhan malah membuat Maya jadi kebingungan.

"Tenang, Mi.. itu gak bakal kejadian kok.."

"Kenapa bisa gitu?" tanya Maya keheranan.

"Soalnya Abi gak suka curhat-curhatan di buku diary, Mi.."

Setelah jeda satu detik, Suhan pun melanjutkan ucapannya lagi.

"..Soalnya Abi takut diare nanti.."

Sontak saja Maya jadi ternganga keheranan. Dan.. Plak! Wanita itu refleks memukul lengan atas sang suami dengan pelan.

"Apaan sih, Bi.. ngarang banget.."

"Tapi.. kalau Abi punya diary kayak Umi, Abi mau aja kok berbagi diary sama Umi.. Umi boleh banget baca diary yang Abi tulis.."

"Serius? Kok rasa-rasanya Umi sulit untuk percaya ya.." seloroh Maya sambil menyipitkan mata dan memandang Suhan dari bawah.

"Duileh.. itu mata.. Biasa aja lihatnya, kenapa, Um? Umi tuh malah makin ngegemesin tahu, kalau pasang tampang marah begitu!" goda Suhan lagi.

"Tauk ah! Abi mah suka gitu.. Diajak ngomong serius malah ngajak bercanda terus!"

"Iya.. iya.. Maafin Abi deh ya.. Sini.. Sini.. Abi ademin hatinya Umi deh biar gak marah lagi!"

Sesaat kemudian Lelaki berwajah manis itu menyusupkan kepalanya di antara lekukan leher jenjang nya Maya. Tak lupa ia pun meniup-niupkan udara ke telinga sang istri. Dengan begitu mesra.

"Ihihii.. Bii.. geli ah! Jangan main tiup-tiupan ah! hihihi!!"

Amarah Maya entah raib ke mana. Suhan memang seperti itu. Lelaki itu selalu saja tahu celah untuk memperbaiki hubungan di antara keduanya.

Hubungan yang baru terjalin sejak dua tahun lalu. Sejak pertama kali ia bertemu dengan Maya di acara kumpul 'ied keluarga.

Ya.. Suhan dan Maya memang baru bertemu sekitar dua tahun yang lalu. Dan sekitar satu minggu setelahnya, lelaki berparas manis itu langsung merasa mantap untuk menikahi Maya melalui jalan ta'aruf.

Ya. Lelaki itu dengan beraninya meminang Maya. Meski ia baru mengenal wanita itu sekitar satu minggu saja.

***

Pertemuan Pertama

Flashback 2 Tahun Lalu...

Maya menatap hampa ke sekumpulan orang yang sedang berkunjung ke rumahnya saat ini. Sementara gema takbir masih terus berkumandang di seantero negeri, demi menyambut hari raya fitri yang suci.

Rutinitas saling mengunjungi yang terjadi sekarang ini selalu saja meninggalkan perasaan tak enak di hati sang gadis. Karena pasti akan selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang tak mengenakkan. Yang umumnya akan dilayangkan oleh para bibi, sepupu ataupun juga tetua dan sesepuh di keluarga besar nya.

Salah satunya adalah percakapan Maya dengan Bi Ros, adik bungsu Bapak nya.

"Kamu udah punya pacar belum, May? Kok gak pernah diajak kenalan sih? Bibi juga kan pingin kenalan sama calon kamu.." celoteh Bi Ros asal celetuk.

"Maya gak punya pacar, Bi.." jawab Maya dengan jawaban singkat.

"Ah! Masa sih? Kamu kan cantik gini.. Masa iya gak punya pacar..?" tanya Bi Ros tak percaya.

"Iya, Bi.. Maya gak mau pacaran.."

"Kok gitu sih? Terus gimana mau ketemu cowok yang cocok, May, kalau gak kenalan sama cowok dulu?"

"Mm.. Nanti juga kalau udah waktunya, jodoh Maya bakal datang sendiri, Bi.. Maya sih yakinnya begitu.." jawab Maya masih mencoba sabar.

"Mana bisa begitu, May.. Jodoh itu juga kan kayak rejeki. Ya harus dicari lah!"

'Duh.. susah deh kalau udah bahas soal jodoh.. Gimana caranya biar bisa kabur dari sini ya..' pikir Maya dalam hati.

"Maksud Bi Ros diusahakan kan?"

"Iya. Harus berusaha. Caranya ya dengan pacaran kan, Mel. Kalau kamu ngumpet terus di dalam rumah, mana bisa ketemu cowok yang pas? Macam kura-kura yang ngumpet dalam tempurung nya yang sempit. Iya kan?!" seru Bi Ros berapi-api.

Sampai di sini, Maya mulai meradang. Padahal obrolan seperti ini sudah sering ia hadapi sejak beberapa tahun terakhir. Terutama adalah sejak acara wisuda nya setahun yang lalu.

Tak hanya Ibu dan Bapak yang mencecarnya tentang kapan ia akan menikah, namun kini semua saudara Bapak nya yang tinggal berdekatan pun hampir selalu menanyakan itu kepadanya. Sampai pengang rasanya hati dan telinga May.

"Bibi, May juga lagi berusaha kok sekarang ini.." ujar Maya membela diri.

"Oh! Jadi kamu sekarang udah punya pacar? Ngomong dong dari tadi, Mel! Pakai segala malu lagi!" sahut Bi Ros.

"Ee.. May gak punya pacar, Bi. Maya kan udah sering bilang kalau May gak mau pacaran.. Pacarannya nanti aja setelah menikah. Jadi usaha May saat ini adalah dengan memperbaiki diri May terlebih dulu. Maka semoga nanti Allah akan menyandingkan May dengan lelaki yang baik dan juga se kufu',"

"Alaahh.. apaan sih kufu-kufu-an itu, Mel. Jangan terlalu agamis lah, kalau jadi orang tuh. Yang ada malah nanti jodohnya jauh lho!"

'Astaghfirullahal'azhiim.. Kok ya malah jadi disumpahin begini sih.. Asli. pingin kabur aja deh. Si Bry mana lagi? Gak biasanya tuh anak gak bisa diandelin!'

Kini mata Maya mulai sibuk melayang ke sekitar. Ia sedang mencari sosok Bryan, satu-satunya adik yang ia miliki.

Biasanya Bryan lah yang sering menolong Maya dari obrolan yang tak mengenakkan seperti sekarang ini.

"Gini aja deh.. Bi Ros bantu cariin suami aja ya buat kamu, May? Tenang aja.. Nanti Bi Ros cariin yang kamu suka deh! Memangnya kamu tipe nya tuh yang kayak gimana, May?" cecar Bi Ros tak terhentikan.

"Ehh..Maya suka nya yang sederhana aja, Bi. Penyayang dan bertanggung jawab. Tapi yang utama sih lancar baca al Quran aja!"

Maya akhirnya tetap mengikuti arah obrolan ini.

'Mending di iya in aja deh. Ya minimal bisa senang orang juga gak apa-apa lah,' begitu kiranya pikir Maya.

"Yang kaya kan pastinya? Ganteng juga ya?"

"Gak mesti kaya juga sih, Bi. Soal kekayaan kan bisa dicari. Ganteng enggak nya juga gak masalah, Bi. Kalau udah tua juga kan bakal keriput juga. Eh, tapi Maya heran deh. Bi Ros kok bisa tetap kelihatan awet muda gini ya? Apa sih rahasianya, Bi?"

Akhirnya Maya berhasil menemukan celah untuk mengalihkan topik. Dan pancingannya itu pun berhasil.

Bi Ros dengan gembiranya langsung menjabarkan semua resep kecantikan alaminya itu. Dan ini membuat Maya bisa bernapas lega pada akhirnya.

Obrolan keduanya baru terhenti setelah seorang sepupu jauh Bapak datang dan menyela obrolan keduanya.

"Assalamu'alaikum. Rosa! Gimana kabar nya?"

"Ahh! Kak Yuni! aku sehat, Kak.. sehat.. Kakak sendiri gimana kabarnya?"

"Baik-baik.. Eh, ini siapa, Ros? Anak kamu kah?" tanya wanita yang dipanggil Yuni itu. Perhatiannya menunjuk ke Maya.

"Ooh.. ini Maya, Kak. Anak sulungnya Mas Teja,"

"Owalah.. sudah besar juga ya. Sudah menikah kah?"

'Ya ampun! Baru juga selamat dari Bi Ros.. ini malah mau dibom lagi sama ibu-ibu ini.. Si Bry kemana sih??!'

Meski hatinya mulai gelisah, Maya tetap memberikan senyuman sopan untuk wanita paruh baya tersebut.

"Belum, Tante.."

"Ooh.. Bagus lah. Mau sama keponakan tante gak nih. Fia juga masih single. Lulusan pesantren lho. Baru dua tahun yang lalu lulusnya!" ujar Tante Yuni begitu tiba-tiba.

Sontak saja Maya tercengang. Akan tetapi matanya langsung mengikuti arahan tangan Tante Yuni yang kini sedang memegang lengan seorang pria muda di sampingnya.

Pria itu berwajah manis dengan hidung yang cukup mancung dan juga warna kulit sawo matang. Dalam sekali pandang, Maya langsung bisa mengenali kalau pria itu memang benar lulusan dari pesantren.

Ini bisa dilihat dari sikap pria itu yang langsung menundukkan pandangan kala Maya menatapnya.

Merasa jengah, Maya malah jadi kehabisan kata-kata. Ia hanya bisa mengulas senyum malu-malu saja tanpa bisa menjawab entah tawaran atau candaan dari mulut Tante Yuni tersebut.

'Duh.. Malu banget sih! Di mana sih itu si Bry??! Some body please, help me!' jerit batin Maya.

"Nah.. udah lah cocok banget ini. Siapa namanya, Kak?" suara Bi Ros terdengar ikut bersemangat jadi mak comblang.

"Namanya Suhan. Suhan, ayo dong ngomong! Masa Tante juga yang harus ngenalin diri kamu sih?" ujar Tante Yuni.

"Assalamu'alaikum Tante Ros.. mm.. Maya.. Nama saya Suhan.." pria itu memperkenalkan dirinya dengan suara yang tak terlalu keras dan juga tak terlalu lembut. Sedang-sedang saja.

Deg. Deg.

Ba dump. Ba dump.

'Ehh..?? Ini jantung kenapa ya? Kok berasa grogi banget sih? Astaghfirullahal 'azhiim..'

Maya menyahuti perkenalan lelaki bernama Suhan itu dengan senyuman tipis dan anggukan kecil.

Kini gadis berusia 22 tahun itu sedang sibuk menetralkan debur jantungnya yang tiba-tiba saja berdegup tak karuan.

Sementara itu Maya tak menyadari, kalau setiap tindak-tanduk nya selalu diperhatikan baik-baik oleh Suhan. Dalam hatinya pria itu sudah memantapkan diri kalau ia akan melabuhkan pilihan jodohnya pada wanita berlesung pipi di hadapannya itu. Maya.

Keputusan ini diambil semenjak ia tak sengaja mendengar setiap kalimat Maya kala mengobrol tentang jodoh dnegan Bi Ros sesaat sebelumnya. Wanita dengan pikiran seperti Maya lah yang telah ia cari-cari selama ini.

Flashback selesai.

***

Cinta di Masa Lalu

Kembali ke saat ini. Di mana Maya dan Suhan masih juga berpelukan kala membersihkan lemari yang berisi buku-buku perkuliahan milik Maya.

"Hahaha!! Abi.. geli! Jangan ditiup-tiupin dong!" pekik Maya sambil terus berusaha membebaskan diri dari pelukan Suhan di belakangnya.

"Geli atau geli nih.." Sahut Suhan bernada menggoda.

"Geli beneran, Abi! Hihihi.. Aduh.. udah dong ah, Gimana kalau nanti dedek nya ngajak lahiran sekarang hayo?!" ujar Maya seraya menyentuh perutnya yang sudah membuncit.

Saat ini Maya memang sedang mengandung buah cinta pertama nya bersama Suhan. Usia kandungannya kini sudah menginjak 36 pekan. Menurut dokter, kemungkinan dua minggu lagi calon bayinya itu akan terlahir.

"Nah.. bagus dong! Abi kan udah gak sabar banget tuk meet up sama Dedek Sholeh nya kita ini, Mii.." Suhan ikut mengelus sayang perut buncit nya Maya.

"Hmm.. Kan semalam udah meet up. Masa mau meet up lagi sih?" celetuk Maya, balas menggoda.

Tiba-tiba saja ingatan keduanya langsung tertuju pada adegan di atas kasur yang mereka lakukan semalam tadi. Kala keduanya sedang menikmati malam sunah nya suami-istri.

Mendengar godaan sang istri, tiba-tiba saja pupil mata Suhan pun menggelap. Dengan sekali gerakan ia langsung membopong tubuh sang istri ala bridal style. Dan ini membuat Maya langsung menjerit ngeri.

Sang calon mama pun langsung melingkarkan tangannya ke leher sang suami demi keamanan dan kenyamanan diri.

"Abi! apaan sih? Umi kaget banget tahu! Lagian ngapain coba, gendong-gendong Umi segala? Memangnya Umi gak berat apa?" cecar Maya mengomeli Suhan.

Sementara diomeli, Suhan telah melangkah beberapa jejak. Tujuannya saat ini adalah kamar tidur mereka.

"Kamu tuh tetap imut kok, Cinta.. Jadi bikin aku ngerasa gemas terus. Kita main kelinci-kelinci an yuk di kamar!" ajak Suhan terus terang.

"Hah?! Siang bolong begini?? Yang benar aja, Bi! Kita kan lagi beres-beres.."

"Nanti dilanjutin beres-beresnya. Setelah kita main kuda-kuda an. Oke?"

"Ta..tapi nanti kalau ibu-Bapak nyariin gimana? Terus sebenarnya mau main kelinci-kelincian atau kuda-kudaan sih? Yang konsisten dong!"

Suhan menyengir lebar. Ia kini menatap Maya dengan tatapan penuh cinta. Ia sama sekali tak menyangka kalau perasaannya terhadap wanita di pelukannya ini kian membesar di setiap interaksi mereka.

Maya yang mulanya masih pendiam dan malu-malu, kini mulai terbuka dan membuka hatinya untuk sang suami. Dan Suhan sangat mensyukuri hal ini. Karena pemuda itu sejak lama telah menyadari kalau sebenarnya Maya telah menyimpan nama lelaki lain di hatinya.

Meski Suhan tak pernah mendengar jejak kekasih Maya dari mulut orang-ornag di sekitar wanita itu. Namun Suhan meyakini benar kalau setidaknya Maya pernah menyukai lelaki lain sebelum dirinya. Lelaki yang hingga saat ini tak jua ia ketahui namanya siapa.

"Ibu dan Bapak kan lagi ke pasar. Masih cukup waktu lah buat kita sebelum mereka pulang. Soal main kelinci-kelincian atau kuda-kudaan, kamu maunya main yang mana, Cinta? Aku sih ikut maunya kamu aja deh.." jawab Suhan sambil tersenyum sangat manis.

Blush..

Wajah Maya pun seketika menjadi merah. Ia tak mampu menyahuti perkataan Suhan yang terus menggodanya itu.

Maya malah menyembunyikan wajahnya di antara lekukan leher sang suami. Berharap Suhan tak lagi menggodanya seperti ini.

Maya benar-benar tak menyangka kalau ternyata ia bisa begitu cocok dengan Suhan. Lelaki yang tak hanya baik, ramah, dan bertanggung jawab pada keluarganya. Namun juga ternyata memiliki selera humor yang mirip seperti Maya sendiri.

Padahal tadinya Maya berpikir kalau jodohnya itu akan lebih seperti..

'Reyhan..'

Tiba-tiba saja satu nama lelaki lain muncul tanpa diundang dalam benak wanita itu. Seketika itu pula dahi Maya mengerut.

Beruntungnya kerutan itu tak disadari oleh Suhan, karena wajah Maya yang masih tersembunyi di leher lelaki itu. Jika Suhan mengetahui kalau saat ini pikiran Maya sedang terusik oleh nama lelaki lain..

'Astaghfirullaahal 'azhiim.. Ngapain juga aku kepikiran Reyhan sih? Dia itu masa lalu kamu, May.. Masa lalu.. Jangan diingat-ingat lagi deh!' tegur Maya pada dirinya sendiri.

Meski begitu, selintas kenangan tentang cinta di masa lalu itu pun mau tak mau menyembul keluar dari kotak rahasia yang selama ini telah Maya simpan rapat-rapat fi hatinya.

Cinta yang hanya dirinya dan lelaki itu saja yang tahu. Cinta miliknya dari masa lalu.

***

Flashback beberapa tahun silam...

Dua pasang mata saling melirik diam-diam. Mata milik Maya dan juga Reyhan.

Keduanya adalah teman sedari kecil yang satu sekolah mulai dari TK, SD, SMP, SMA, bahkan hingga kuliah di kampus serta jurusan yang sama pula.

Meski keduanya amat jarang bercengkerama, namun ketertarikan itu telah lama muncul adanya.

Maya menyukai Reyhan yang populer, mandiri dan juga supel.

Reyhan pun menyukai Maya yang sedikit pendiam, anggun, cantik dan juga ramah pada semua orang tanpa memandang status.

Keduanya saling menyukai entah sejak kapan. Namun perasaan malu telah menahan setiap mulut mereka untuk menyatakan perasaan mereka.

Jadilah akhirnya keduanya sering dianggap seperti TTM. Teman Tapi Mesra.

Padahal, hubungan keduanya sebenarnya sungguh jauh dari kata mesra. Jangankan mesra, berbincang lama-lama pun teramat jarang.

Meski begitu, seluruh teman-teman di kampus hampir bisa melihat bahwa keduanya sebenarnya saling menyukai. Kenyataan yang sayangnya tak disadari oleh satu sama lain.

Sebenarnya Maya sudah memiliki feeling tentang perasaan Reyhan padanya. Namun Maya selalu gamang fan juga malu. Lagipula, untuk apa juga ia perlu menanyakan perasaan Reyhan? Toh ia sudah berencana untuk pacaran setelah menikah. Begitu kiranya isi pikiran maya.

Sementara itu Reyhan yang dikenal tegas dan mandiri oleh semua keluarga fan juga temannya, nyatanya dilanda keraguan terkait perasaan Maya terhadapnya.

Pernah suatu kali Reyhan mengajak Maya berbincang serius tentang hubungan mereka. Akan tetapi ada saja gangguan-gangguan yang terjadi.

Jika bukan gangguan, maka sering juga Maya 'melarikan diri' dari percakapan itu. Jadi Reyhan pun bingung harus berbuat apalagi.

Maka pemuda itu pun akhirnya hanya bisa memendam perasaannya dalam diam.

Mengagumi dalam diam.

Mencintai dalam diam.

Dan juga menjaga pujaan hatinya dalam diam.

Terutama dari sentuhan lelaki lain yang bermaksud untuk mendekati pujaan hatinya itu.

Biasanya Reyhan sering mengirimkan ultimatum awal kepada para calon saingannya dalam mendapatkan hati Maya. Jadinya selama masa perkuliahan keduanya, tak ada satu pun lelaki yang berani mendekati Maya. Karena ada 'macan Reyhan' yang mengancam.

Sayangnya, hubungan tanpa status di antara keduanya harus terputus secara tiba-tiba. Manakala Reyhan mulai berpacaran dengan Salma, teman sekelas mereka juga.

Maya langsung merasa hatinya remuk seketika setiap kali ia harus melihat kemesraan keduanya di kelas. Maya berpura-pura kuat dan tetap menebar senyum, setiap kali Salma bergelayut manja di pundak bidang milik Reyhan.

Bersamaan dengan itu, kondisi ekonomi keluarga Maya sedang menghadapi kesulitan. Jadilah akhirnya ia harus menunda cuti selama satu semester.

Maya sengaja mengambil cuti. Bukan hanya untuk mengumpulkan uang pembayaran kuliah nya, namun juga unyuk melarikan diri dari rasa sakit setiap kali ia harus bertemu dengan Reyhan dan juga Salma.

Ia juga sengaja mengganti nomornya. Dan memblokir nomor telepon Reyhan. Tak ingin sama sekali mendengar semua berita tentang pemuda yang telah mematahkan hatinya secara diam-diam itu.

Jadilah akhirnya Maya tak pernah lagi bertemu dengan Reyhan, Salma, atau hampir semua teman sekelasnya lagi.

Karena ketika ia mulai masuk kuliah lagi, teman-teman seangkatannya sudah mulai sibuk menyusun skripsi. Jadi pertemuan pun sangat jarang terjadi. Kecuali mungkin hanya sekedar berpapasan di jalan atau bertemu di perpustakaan kampus.

Tapi, Maya benar-benar berusaha keras menjauhi Reyhan. Dan sejak saat itulah ia tak pernah bertemu lagi dengan pemilik cinta di masa lalunya itu.

Flashback Selesai.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!