Kembali ke saat ini, ketika Suhan masih menggendong Maya menuju kamar tidur mereka.
Usai Maya membuyarkan lamunan singkatnya tentang Reyhan, tiba-tiba saja ia merasakan nyeri menyerang bagian dalam perutnya.
"Astaghfirullah!! Aduh!" Maya mengaduh kesakitan.
"May.. Kamu kenapa, Cinta?" tanya Suhan yang langsung menampakkan raut khawatir.
"Pe..perut ku sakit, Bi.. Aduh! Turunin Umi, Bi..! Rasa-rasa mules.."
Belum selesai Maya bicara, tiba-tiba saja cairan basah merembes keluar dari organ genital nya. Jumlahnya cukup banyak. Sehingga sampai membuat Suhan melongo untuk sesaat dan menatap wajah sang istri dengan pandangan takjub.
"Umi..ngompol ya?!" tanya Suhan begitu lugu.
Gemas dengan pertanyaan sang suami, Maya langsung saja menepuk kencang pundak suaminya itu.
Pak!
"Umi bukan ngompol, Bii! Ini tuh ketuban nya si Dedek! Kayaknya barusan pecah deh!" seru Maya dengan suara lantang.
"Masya Allah! Tabarokallah!"
Seketika itu jua Suhan langsung terlihat panik. Pemuda itu masih menggendong Maya ala bridal style. Namun kini ia tampak berbalik fan hendak berjalan menuju pintu. Tapi belum seberapa jauh ia melangkah, ia malah kembali berbalik dan hendak membawa Maya kembali ke kamar tidur mereka.
"Abii! Kok malah ke kamar lagi sih?" tanya Maya sambil menahan nyeri kontraksi.
"Kata Umii ketubannya pecah. Kalau nanti Abi bonceng pakai motor, takutnya kenapa-kenapa gimana? Umi harus minum banyak air.. Biar ketubannya tetap banyak. Gak dehidrasi.. Jadi sebaiknya Umi tiduran di kamar aja ya, Cinta.."
Maya melongo untuk sesaat kala mendengar penuturan suaminya itu. Namun kemudian ia tersadar dan menyadari kebenaran di balik ucapan suaminya itu.
"Oh.. Memangnya minum banyak bisa bikin ketubannya tetap banyak juga kah, Bii?"
"Ya gak tahu juga sih.. Udah ya. Umii tunggu di sini dulu sebentar. Abi mau pinjam mobil Mang Oleh dulu. Baru nanti kita ke Bidan Hani,"
Dan Maya pun harus menahan nyerinya kontraksi selama beberapa waktu sendirian di rumahnya. Ibu dan Bapak nya masih belum pulang dari pasar. Maya dan Suhan memnag sengaja tinggal bersama orang tua kandung Maya. Karena ibu dan Bapak hanya tinggal berdua saja. Sementara Bryan, sang adik masih kuliah di kota tetangga.
Setelah mendapatkan pinjaman mobil dari Mang Oleh, Suhan langsung membawa Maya menuju klinik milik bidan Hani. Sayangnya, sesampainya mereka di sana, ternyata Bidan Hani sedang tak ada di tempat, karena ada kunjungan ke luar kota. Sementara asisten nya sedang menangani persalinan di luar.
Suhan pun akhirnya membawa Maya ke Rumah Sakit Ibu dan Anak yang letaknya sedikit lebih jauh dari rumah mereka. Tapi syukurnya Maya bisa langsung ditangani oleh dokter ahli. Hingga kurang dari enam jam kemudian, Maya bisa melahirkan putra pertama mereka dengan selamat.
***
"Ya Allah, Neng.. cucu Bapak ganteng banget ini.. Mirip siapa ya.." celoteh Pak Teja, bapak kandungnya Maya.
Kini Maya dan bayi nya telah dipindah ke ruang pemulihan. Kondisi ibu dan bayi sehat keduanya.
"Ya mirip Abi nya lah, Pak.. Bapak ini gimana sih? Tuh lihat kulitnya juga putih gitu kan.. " sahut Bu Rahma, ibu kandung Maya.
"Lho? kalau kulitnya putih ya berarti mirip Maya dong, Bu.. Maya kan putih..Kalau Suhan kan cokelat.." seloroh Pak Teja.
"Bapak.. bapak.. Bapak lupa ya? Dulu waktu Maya lahir kan kulitnya merah banget. Tapi coba lihat pas besarnya. Putih gitu kan? Beda sama Bryan. Dia waktu lahirnya kulitnya putih bersih. Tapi pas udah gedenya sekarang malah cokelat,"
"Cokelat ireng, Bu!" Maya menyeletuk asal.
"Enak aja! Gak ireng lah Kak! Bryan tuh cokelat sawo matang. Banyak diminati sama cewek-cewek bule di luar sana itu!" celetuk Bryan yang baru saja masuk ke dalam ruangan.
"Bryan! Kamu baru sampai, Nak?" sapa Ibu terkejut sekaligus senang.
"Iya, Bu.. Pak.. Bryan langsung ngebut ke sini pas Kak Suhan ngasih kabar tentang Kak Maya.. Halo Kak May! Masih waras kan?" sapa Bryan mendekati ranjang tempat Maya masih terbaring.
"Waras! waras! Kakak tuh cuma lahiran, Bry! Bukan nya uji kewarasan! Kalau ngomong tuh yang benar kenapa!"
Bryan tak menyahut. Ia hanya menyengir lebar.
"Kamu udah ketemu Kak Suhan belum?" tanya Maya tiba-tiba.
"Udah tadi di lobi,"
"Coba tolong tanya, Bry. Dari tadi siang Aa sibuk ngurusin Kakak. Takutnya belum makan. Kamu ajak ya nanti?" Maya meminta tolong.
"Duilee.. sweet banget sih. Jadi pingin punya istri juga deh.. Biar ada yang khawatirin,"
"Hush! Kamu tuh! Kuliah dulu cepat dilulusin, Nak! Terus kerja dan kumpulin uang. Baru deh boleh mikirin nikah. Menikah juga kan perlu modal, Bry.. Setelah menikah apa lagi. Lebih perlu lagi nanti.." imbuh Bu Rahma menasihati.
"Yah.. gak jadi deh pingin nikahnya. Dapat ceramah terus sih.." seloroh Bryan.
"Bry.. cari Kak Suhan ya nanti? ajak makan!" pinta Maya mengulang.
"Iya. iya, Bawel. Tunggu bentar kenapa.. Bryan belum juga ngelihat muka jagoan kecil nya Kakak, udah main suruh ini itu aja! Mana jagoan Paman?"
"Jangan Paman ah. Om aja! hihihi!" Maya mengajak canda. Namun diacuhkan oleh Bryan.
Pemuda berusia dua puluh tahun itu kini sedang mengusap-usapkan kepalanya ke tangan mungil si bayi.
"Bryan! Jangan di guwes-guwes gitu! Kamu kan masih bau.. Belum mandi kan?!" Larang Bu Rahma mengomeli putranya kembali.
Kali ini Bryan langsung bergerak menjauhi sang bayi. Sambil melajukan langkahnya lagi ke arah pintu.
"Kabur aja lah! Di sini ada macan.. sama Pawang yang nyeremin. Hiii.."
Dan pemuda itu pun langsung melesat cepat keluar ruangan. Meninggalkan keluarganya yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala nya saja usai melihat tingkah si bungsu di keluarga kecil tersebut.
***
Maya baru diperkenankan pulang ke rumah pada keesokan harinya. Saat itu Suhan sedang mengurus surat administrasi, ketika Maya menunggunya di dekat loket. Ada Bryan juga bersamanya. Serta Baby Rama yang masih terlelap di pangkuan Maya.
Ketika sedang mengamati wajah mungil putranya dari kursi roda yang ia duduki, tiba-tiba saja sebuah suara pria menyapa Maya dari arah depan.
"May..?"
Deg. Deg.
Ba dump. Ba dump.
Kepala Maya sontak terangkat ke atas. Dan ia begitu terkejut begitu kedua netranya bersitatap dengan sepasang mata bening yang telah lana tak ia lihat itu.
"Reyhan.."
Suasana tiba-tiba menjadi hening. Hingga membuat Bryan yang berdiri di belakang kursi roda Maya pun menatap penasaran kepada lelaki di depannya.
Deg. Deg.
Ba dump. Ba dump.
'Ya Allah.. Kenapa harus ketemu dia lagi?' batin Maya merasa resah.
Dengan buru-buru ibu satu anak itu langsung menundukkan mata nya. Tapi tidak dengan Reyhan.
Lelaki itu masih terus menatap wajah Maya lekat-lekat. Oleh sebab rasa rindu yang telah lama ia pendam untuk wanita pujaan hatinya itu.
Belum selesai mata Reyhan memandang wajah Maya, tiba-tiba saja muncul suara pria lain dari arah belakang nya.
"Umi.. ayo kita pulang! Abi udah selesai urus surat-suratnya,"
Suhan lalu muncul melewati Reyhan. Selanjutnya ia mengecup kening sang istri dan lalu mengambil alih kemudi kursi roda yang sedang dipegang oleh Bryan.
"Makasih ya, Bry.. Yuk kita pulang!"
Tapi ia belum sempat melangkah, ketika Reyhan yang masih berdiri di hadapan pasangan suami istri itu, tiba-tiba saja menahan mereka.
"Tunggu sebentar!" Sela Reyhan menahan langkah Suhan.
Dan akhirnya dua lelaki pemilik cinta di hati Maya itupun kini saling berhadapan. Keduanya saling menatap dan menilai satu sama lain.
"Cinta.. Apa kamu mengenal dia?" tanya Suhan kepada Maya.
Jadilah kemudian Maya tertegun sendiri. Bingung untuk memperkenalkan Reyhan sebagai siapa.
Deg. Deg.
Ba dump. Ba dump.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Wahhhh ketemu Reyhan... telat si Reyhan mendapatkan Maya.... keren karya barunya, mungpung msh baru masih sempat dibaca full... seru Kak Mell smg lancar jaya idenya.
2023-05-15
0
Lina Zascia Amandia
Jadi ingat odading Mang Oleh deh...
2023-05-15
0