Flashback 2 Tahun Lalu...
Maya menatap hampa ke sekumpulan orang yang sedang berkunjung ke rumahnya saat ini. Sementara gema takbir masih terus berkumandang di seantero negeri, demi menyambut hari raya fitri yang suci.
Rutinitas saling mengunjungi yang terjadi sekarang ini selalu saja meninggalkan perasaan tak enak di hati sang gadis. Karena pasti akan selalu ada pertanyaan-pertanyaan yang tak mengenakkan. Yang umumnya akan dilayangkan oleh para bibi, sepupu ataupun juga tetua dan sesepuh di keluarga besar nya.
Salah satunya adalah percakapan Maya dengan Bi Ros, adik bungsu Bapak nya.
"Kamu udah punya pacar belum, May? Kok gak pernah diajak kenalan sih? Bibi juga kan pingin kenalan sama calon kamu.." celoteh Bi Ros asal celetuk.
"Maya gak punya pacar, Bi.." jawab Maya dengan jawaban singkat.
"Ah! Masa sih? Kamu kan cantik gini.. Masa iya gak punya pacar..?" tanya Bi Ros tak percaya.
"Iya, Bi.. Maya gak mau pacaran.."
"Kok gitu sih? Terus gimana mau ketemu cowok yang cocok, May, kalau gak kenalan sama cowok dulu?"
"Mm.. Nanti juga kalau udah waktunya, jodoh Maya bakal datang sendiri, Bi.. Maya sih yakinnya begitu.." jawab Maya masih mencoba sabar.
"Mana bisa begitu, May.. Jodoh itu juga kan kayak rejeki. Ya harus dicari lah!"
'Duh.. susah deh kalau udah bahas soal jodoh.. Gimana caranya biar bisa kabur dari sini ya..' pikir Maya dalam hati.
"Maksud Bi Ros diusahakan kan?"
"Iya. Harus berusaha. Caranya ya dengan pacaran kan, Mel. Kalau kamu ngumpet terus di dalam rumah, mana bisa ketemu cowok yang pas? Macam kura-kura yang ngumpet dalam tempurung nya yang sempit. Iya kan?!" seru Bi Ros berapi-api.
Sampai di sini, Maya mulai meradang. Padahal obrolan seperti ini sudah sering ia hadapi sejak beberapa tahun terakhir. Terutama adalah sejak acara wisuda nya setahun yang lalu.
Tak hanya Ibu dan Bapak yang mencecarnya tentang kapan ia akan menikah, namun kini semua saudara Bapak nya yang tinggal berdekatan pun hampir selalu menanyakan itu kepadanya. Sampai pengang rasanya hati dan telinga May.
"Bibi, May juga lagi berusaha kok sekarang ini.." ujar Maya membela diri.
"Oh! Jadi kamu sekarang udah punya pacar? Ngomong dong dari tadi, Mel! Pakai segala malu lagi!" sahut Bi Ros.
"Ee.. May gak punya pacar, Bi. Maya kan udah sering bilang kalau May gak mau pacaran.. Pacarannya nanti aja setelah menikah. Jadi usaha May saat ini adalah dengan memperbaiki diri May terlebih dulu. Maka semoga nanti Allah akan menyandingkan May dengan lelaki yang baik dan juga se kufu',"
"Alaahh.. apaan sih kufu-kufu-an itu, Mel. Jangan terlalu agamis lah, kalau jadi orang tuh. Yang ada malah nanti jodohnya jauh lho!"
'Astaghfirullahal'azhiim.. Kok ya malah jadi disumpahin begini sih.. Asli. pingin kabur aja deh. Si Bry mana lagi? Gak biasanya tuh anak gak bisa diandelin!'
Kini mata Maya mulai sibuk melayang ke sekitar. Ia sedang mencari sosok Bryan, satu-satunya adik yang ia miliki.
Biasanya Bryan lah yang sering menolong Maya dari obrolan yang tak mengenakkan seperti sekarang ini.
"Gini aja deh.. Bi Ros bantu cariin suami aja ya buat kamu, May? Tenang aja.. Nanti Bi Ros cariin yang kamu suka deh! Memangnya kamu tipe nya tuh yang kayak gimana, May?" cecar Bi Ros tak terhentikan.
"Ehh..Maya suka nya yang sederhana aja, Bi. Penyayang dan bertanggung jawab. Tapi yang utama sih lancar baca al Quran aja!"
Maya akhirnya tetap mengikuti arah obrolan ini.
'Mending di iya in aja deh. Ya minimal bisa senang orang juga gak apa-apa lah,' begitu kiranya pikir Maya.
"Yang kaya kan pastinya? Ganteng juga ya?"
"Gak mesti kaya juga sih, Bi. Soal kekayaan kan bisa dicari. Ganteng enggak nya juga gak masalah, Bi. Kalau udah tua juga kan bakal keriput juga. Eh, tapi Maya heran deh. Bi Ros kok bisa tetap kelihatan awet muda gini ya? Apa sih rahasianya, Bi?"
Akhirnya Maya berhasil menemukan celah untuk mengalihkan topik. Dan pancingannya itu pun berhasil.
Bi Ros dengan gembiranya langsung menjabarkan semua resep kecantikan alaminya itu. Dan ini membuat Maya bisa bernapas lega pada akhirnya.
Obrolan keduanya baru terhenti setelah seorang sepupu jauh Bapak datang dan menyela obrolan keduanya.
"Assalamu'alaikum. Rosa! Gimana kabar nya?"
"Ahh! Kak Yuni! aku sehat, Kak.. sehat.. Kakak sendiri gimana kabarnya?"
"Baik-baik.. Eh, ini siapa, Ros? Anak kamu kah?" tanya wanita yang dipanggil Yuni itu. Perhatiannya menunjuk ke Maya.
"Ooh.. ini Maya, Kak. Anak sulungnya Mas Teja,"
"Owalah.. sudah besar juga ya. Sudah menikah kah?"
'Ya ampun! Baru juga selamat dari Bi Ros.. ini malah mau dibom lagi sama ibu-ibu ini.. Si Bry kemana sih??!'
Meski hatinya mulai gelisah, Maya tetap memberikan senyuman sopan untuk wanita paruh baya tersebut.
"Belum, Tante.."
"Ooh.. Bagus lah. Mau sama keponakan tante gak nih. Fia juga masih single. Lulusan pesantren lho. Baru dua tahun yang lalu lulusnya!" ujar Tante Yuni begitu tiba-tiba.
Sontak saja Maya tercengang. Akan tetapi matanya langsung mengikuti arahan tangan Tante Yuni yang kini sedang memegang lengan seorang pria muda di sampingnya.
Pria itu berwajah manis dengan hidung yang cukup mancung dan juga warna kulit sawo matang. Dalam sekali pandang, Maya langsung bisa mengenali kalau pria itu memang benar lulusan dari pesantren.
Ini bisa dilihat dari sikap pria itu yang langsung menundukkan pandangan kala Maya menatapnya.
Merasa jengah, Maya malah jadi kehabisan kata-kata. Ia hanya bisa mengulas senyum malu-malu saja tanpa bisa menjawab entah tawaran atau candaan dari mulut Tante Yuni tersebut.
'Duh.. Malu banget sih! Di mana sih itu si Bry??! Some body please, help me!' jerit batin Maya.
"Nah.. udah lah cocok banget ini. Siapa namanya, Kak?" suara Bi Ros terdengar ikut bersemangat jadi mak comblang.
"Namanya Suhan. Suhan, ayo dong ngomong! Masa Tante juga yang harus ngenalin diri kamu sih?" ujar Tante Yuni.
"Assalamu'alaikum Tante Ros.. mm.. Maya.. Nama saya Suhan.." pria itu memperkenalkan dirinya dengan suara yang tak terlalu keras dan juga tak terlalu lembut. Sedang-sedang saja.
Deg. Deg.
Ba dump. Ba dump.
'Ehh..?? Ini jantung kenapa ya? Kok berasa grogi banget sih? Astaghfirullahal 'azhiim..'
Maya menyahuti perkenalan lelaki bernama Suhan itu dengan senyuman tipis dan anggukan kecil.
Kini gadis berusia 22 tahun itu sedang sibuk menetralkan debur jantungnya yang tiba-tiba saja berdegup tak karuan.
Sementara itu Maya tak menyadari, kalau setiap tindak-tanduk nya selalu diperhatikan baik-baik oleh Suhan. Dalam hatinya pria itu sudah memantapkan diri kalau ia akan melabuhkan pilihan jodohnya pada wanita berlesung pipi di hadapannya itu. Maya.
Keputusan ini diambil semenjak ia tak sengaja mendengar setiap kalimat Maya kala mengobrol tentang jodoh dnegan Bi Ros sesaat sebelumnya. Wanita dengan pikiran seperti Maya lah yang telah ia cari-cari selama ini.
Flashback selesai.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Dulu sblm dpt jdh kalimat yg kurang lebih seperti ini juga terlontar dr ibu sy, berhhbung sy sm Kakak sy yg ke 4 memang jarang keluyuran dan gak pernah ngenalin laki2 ke rumah, jadi org tua sy khawatir, jarang keluar rmh dan jarang gaul, kapan dpt. jodohnya, jodoh itu dicari katanya. maklum umur 25 blm nikah jd org tua merasa takut melihat anaknya di rmh n jomblo trs. Ehhhh. akhirnya. jodoh sy justru dr FB..... wkwkwkkw
2023-05-15
0