Jiwa Malaikat & Iblis

Jiwa Malaikat & Iblis

Bab 01 - Dikejar Pembunuh!

Di sebuah hutan pegunungan yang begitu lebat, seorang pemuda berusia sekitar 14 tahun memiliki tubuh tinggi dengan postur tubuh sedang dengan rambut hitam panjangnya yang terurai. Tengah berlari dengan tergesa, berusaha menghindari kejaran pembunuh bayaran yang ada di belakangnya.

*Shooth!...******CRAAKK******!!!*

Sebuah anak panah melesat dengan cepat dan mengenai bahu kanan pemuda itu, menembus cukup dalam hingga membuatnya tersungkur sementara waktu di atas tanah.

"Arrkkhh!"

Rintih pemuda tersebut, sambil menahan sakitnya. "Sial! mereka masih saja mengejar ku, padahal ini sudah hampir tiga hari penuh," gerutu Zee - nama pemuda yang sedang dikejar itu, sambil mencoba kembali bangkit dan melanjutkan larinya. Sedangkan para pembunuh, yang berjumlah 10 orang kultivator warrior guru lengkap dengan senjata, masih terus mengejarnya dari arah belakang.

"ITU DIA!... salah satu anak panah crossbow milikku telah mengenai bahu kanannya. Cepat kejar! jangan sampai kita kehilangan jejak bocah itu!" kata salah satu pembunuh berbadan kekar dengan banyak tato bergambar hewan buas di hampir seluruh tubuhnya.

Setelah beberapa jam, mereka memasuki hutan tersebut dan beberapa pembunuh mulai kelelahan dan kehilangan stamina mereka.

"Hosh... hosh..."

"Bos! Tunggu sebentar!" ucap salah seorang pembunuh berbadan kurus kecil yang berhenti, sambil memegangi kedua lututnya.

"Bisakah kita istirahat sejenak? Ini sudah hampir tiga hari penuh kita mengejar bocah sialan itu! Kakiku bahkan sudah seperti mati rasa!" tuturnya, sambil melihat ke rekan pembunuh lain yang juga tampak kelelahan.

"BODOH!!" bentak Bos Pembunuh dengan tampang garangnya. "Semuanya lelah, tapi jika berhenti sekarang, kita akan kehilangan jejak bocah itu, yang artinya kehilangan bayaran kita!" tegas Bos Pembunuh itu, sambil memandang sekilas ke arah rekan-rekannya.

"Jika kalian yang warrior level guru sekarang sudah hampir tidak kuat berlari, apa lagi dengan anak itu..." lanjutnya.

"Aku yakin dia tidak akan bisa berlari lebih jauh lagi, lanjutkan pengejaran!"

Sambil memandangi area sekitar. Bos Pembunuh itu menyuruh beberapa dari bawahannya untuk berpencar ke dalam sudut-sudut hutan, yang dirasa akan menjadi tempat persembunyian pemuda yang mereka buru itu.

****

Disudut lain di pinggiran tebing hutan, suara gemericik air memenuhi tempat di dalam sebuah mulut gua yang berada didekat air terjun kecil yang terlihat tersembunyi, akibat ditumbuhi oleh tumbuhan akar-akaran yang menutupi pintu masuk gua tersebut. Zee menghentikan langkahnya sambil merangkak masuk ke gua kecil yang ia lihat, berharap para pembunuh tidak melihatnya sementara waktu.

Zee terbaring tersungkur dengan nafas tak beraturan karena berlari hampir seharian.

"Hah...Hah! akhirnya aku bisa berhenti sejenak."

"Uhhk!! Arrkkh!!"

*Sraazh!*

Zee mencoba mencabut anak panah yang menancap di bahu kanannya secara paksa dan sambil sekuat tenaga menahan sakitnya.

"Uuhk!... Aku harap kali ini mereka tidak menemukanku di sini. Aku benar-benar sudah tidak sanggup untuk berlari lagi..." gumam Zee lirih dengan nafas tersengal dan tidak lama setelah itu, dia malah kehilangan kesadarannya.

*******Kreekkk******!!*

Terdengar suara ranting terinjak. Tak jauh dari gua tempat Zee pingsan. Ada seorang pembunuh dengan tampang tidak bersahabat dan berbadan agak kurus, membawa senjata sabit dengan gagang pegangan panjang melintas di sekitar area air terjun.

"Huh... di mana si bedebah kecil itu? Membuat kakiku pegal saja, sialan!" gerutunya sambil sesekali menebas semak yang menghalangi jalannya.

"Bocah tengik bodoh itu kenapa harus lari ke dalam hutan membuatku tidak bisa naik kuda saja!" keluh si pemburu sambil berhenti sejenak untuk meregangkan otot-otot punggungnya. Si pembunuh kemudian menajamkan penciuman dan tidak sengaja melihat ke arah anak sungai di sampingnya yang mengalir ke air terjun kecil di depan, sambil mengamati jejak kaki yang terlihat di lumpur yang kemudian menghilang di pinggiran sungai itu.

"He..he.. bocah busuk, kamu kira bisa menghilangkan jejak kakimu di sungai kecil itu? sayangnya, aku telah melatih hidungku dengan bau darah para korbanku dan bau darahmu tidak akan lepas dari penciumanku," sambil tersenyum, si pembunuh mulai menyusuri aliran sungai kecil tersebut dan mengendus-enduskan hidungnya ke depan seperti seekor anjing.

Sedangkan di mulut gua, Zee kembali tersadar dan stamina tubuhnya mulai kembali pulih. Zee melihat sekitar gua itu dan melihat lorong lain yang cukup lebar menuju ke dalam.

*******Swuungg******!!*

Aura aneh seakan memanggil Zee untuk memasuki lorong ruangan gua tersebut. Karena dirinya juga penasaran dan menimbang untuk bersembunyi atau keluar dengan risiko tertangkap. pada akhirnya Zee lebih memilih menunggu sementara waktu di dalam untuk berjaga-jaga. Apalagi, sekarang tengah terluka.

"Aku tidak tahu kenapa seperti ada yang memanggilku kedalam, namun mulut gua kecil ini memiliki lorong yang cukup panjang juga kelihatannya," gumam Zee sambil terus menyusuri celah gua yang lumayan dalam itu.

Byurr!

Suara cipratan air menggema saat Zee mencapai bagian lain dari gua tersebut. Dan dia lanjutkan dengan mengikuti aliran sungai kecil yang mengarah ke ruangan gua yang lebih besar di depannya.

'Hoo... ternyata lorong gua kecil ini mengarah ke ruangan gua yang lumayan besar, aku penasaran apa yang ada di ujungnya,' batin Zee sambil terus berjalan.

Dan setelah menyusuri lorong itu cukup dalam akhirnya Zee menemukan sebuah ruangan gua dengan banyak ukiran relief dan berbagai jenis artefak kuno di dalamnya. Di tengah ruangan gua juga terdapat lubang kecil yang menembus ke atas, memungkinkan cahaya matahari dari luar untuk menerangi sebagian ruangan didalam.

Gua itu memiliki beberapa ruangan kecil dengan ukiran relief yang berbeda, yang kemungkinan digunakan oleh pemiliknya terdahulu untuk memilah benda atau barang-barang berharga miliknya.

Setelah beberapa waktu di situ, Zee menemukan satu benda yang paling menarik perhatiannya, yaitu sebuah peti berukuran sedang yang dilapisi dengan emas berukir ular bersayap yang menelan permata, membuatnya semakin penasaran akan isinya.

"Wah, peti ini terlihat sangat menarik!" gumam Zee sambil mencoba membuka peti di hadapannya itu.

Peti tersebut tidak terkunci dan ketika dibuka, terdapat sebuah gulungan dan beberapa koin emas kuno dengan lambang kerajaan yang belum pernah dia lihat sebelumnya, serta sebuah Cakram Emas yang memiliki permata hitam di tengahnya.

Zee duduk sambil mencoba membuka gulungan tersebut. Namun, ia tidak menemukan tulisan di sana, melainkan hanya sebuah gambar garis-garis sederhana yang membentuk simbol dan pola tertentu yang tidak ia kenal.

"Sebenarnya siapa yang meninggalkan benda-benda ini di sini dan apa kegunaannya?" pikirnya, sambil memegang dagu, walau tidak mendapatkan jawaban apapun. Ia hanya dapat menduga-duga orang bodoh mana yang mengukir relief di dinding gua yang lembab dan jauh dari peradaban seperti itu.

Setelah cukup lama memilah-milah senjata kuno di ruangan itu, Zee masih belum menemukan senjata yang menurutnya cocok untuk dirinya.

Hingga pandangannya mengarah ke sebuah pedang hitam yang berada di sudut ruangan tak jauh dari tempatnya berdiri, Zee mendekatinya dan sangat terkesan dengan gaya sarung pedang yang tidak sesuai dengan jaman sekarang. Ia mulai menarik pedang itu dari sarungnya, dan dengan cermat ia mengamati pedang tersebut hingga saat menyentuhnya, ujung jari telunjuknya tergores dan mengeluarkan sedikit darah yang menetes ke pedang itu.

Deng!

Dengungan misterius disertai getaran aneh membuat Zee sedikit bergidik. "Pedang tua ini benar-benar tajam dan ukiran serta ornamennya sangat detail," ujarnya. "Aku yakin pedang ini adalah salah satu yang terbaik di masanya. Baiklah, aku akan membawamu keluar dari tempat ini bersamaku!" katanya sembari menyarungkan kembali pedang itu.

Namun sebelum keluar, Zee menelan dan mengekstrak energi dari tanaman obat kuno yang ditemukannya disebuah kotak di ruangan lain di gua itu. Karena dia sudah beberapa hari tidak makan, tanaman itu cukup membantu memulihkan staminanya yang terkuras. Meskipun dia tidak tahu apa efek setelah menelannya.

Zee tidak lupa mengambil beberapa barang yang menurutnya berharga seperti Cakram Emas, Gulungan Aneh, koin dan beberapa barang lain yang mungkin bisa dia tukar di rumah pelelangan saat keluar nanti. Semua barang-barang itu ia masukkan ke dalam cincin ruang kecil, yang juga dia temukan di sana.

Beberapa hari lalu, ketika Zee menginap disebuah penginapan disebut kota kecil , dia disergap oleh beberapa pembunuh tahap awal warrior guru beladiri, yang tidak mungkin bisa dia lawan karena dirinya masih dalam tahap warrior junior murid.

Untunglah, dia menemukan sebuah saluran gorong-gorong kota yang tepat berada di bawah penginapannya. Namun sayangnya lubang masuknya sangatlah sempit dan karena terburu-buru, dia terpaksa meninggalkan seluruh perlengkapan dan senjatanya.

'Ini sudah hampir gelap. Seharusnya mereka tidak mungkin tetap mencariku dalam kegelapan, bukan? Aku harus secepatnya keluar dari sini,' batin Zee sambil bergegas keluar dari ruangan itu selagi masih ada sedikit cahaya yang menyinari sebagian celah guanya.

Setelah sampai di mulut gua, Zee melihat ke sekelilingnya sembari menghirup nafas sejenak. Ketika merasa cukup aman, ia melanjutkan perjalanannya ke arah sisi luar tebing gua air terjun tersebut.

Namun sayangnya, tanpa ia sadari, di balik salah satu pohon dekat pintu gua tempat persembunyiannya tadi, seorang pembunuh telah menunggunya dengan cara bersembunyi di dalam semak-semak sejak siang tadi.

****Shooth...

*CLAANG***!!*

Dengan cepat, Zee menghindari panah-panah berbahaya tersebut sembari menangkis beberapa menggunakan pedang yang baru saja ditemukannya. Namun, sayangnya, untuk yang kedua kalinya, anak panah mengenai dirinya dan kali ini telah berhasil melukai betis kirinya.

"Hmm hehehe."

"Bocah busuk! Kamu cukup cepat menghindari anak panahku, tapi sayangnya kamu tidak bisa lari lagi sekarang. Jadilah anak baik dan diamlah yang patuh ketika aku memenggal kepalamu! Hyaatt!!" teriak pembunuh itu sambil menyerang Zee secara membabi-buta dengan senjata miliknya.

*CLANG!... Sraaazhg!*

Serangan demi serangan berhasil ditangkis dengan susah payah. Meski sudah merasa sangat kewalahan karena tidak makan dan berlari selama hampir empat hari, Zee tetap berusaha mempertahankan diri.

"Ho Ho Hoo... Ternyata benar rumor yang dikatakan orang bahwa anak-anak dari keturunan penjaga Sekte Gunung Pedang Emerald telah dilatih dan mahir beladiri sejak usia dini. Untung saja kamu masih tahap akhir warrior junior murid hehe! Kalau tidak, mungkin aku akan kesulitan sedikit," ujar pembunuh itu. "Sungguh disayangkan menjadi orang terakhir dari klanmu yang menyedihkan itu bukan?"

"Karena itu, sekarang! Jadilah anak baik dan matilah di tanganku agar aku dapat mempertemukan kalian semua di Neraka!"

"Hiiyaa!"

*******Sraazzh******!*

Senjata pembunuh yang mirip dengan sabit, dengan gagang yang panjang dan fleksibel, berhasil menyayat dan melukai pergelangan tangan serta bagian lain di tubuh Zee. Meskipun terluka dan berdarah-darah, dia tidak memiliki pilihan selain melawan pembunuh kurus itu. Lokasi pertempuran juga sangat tidak menguntungkan baginya karena mereka berada di pinggir tebing.

***

Membutuhkan bantuan?

Dengungan suara aneh mengisi kepalanya untuk beberapa saat. Namun, dia tidak ingin lengah dan memilih mengabaikan suara tersebut karena masih ada lawan yang sangat kuat di hadapannya yang harus dikalahkan.

*CLAANG!*

"Haish... bocah brengsek, berhentilah melawan dan terimalah takdirmu. Dengan mati di tanganku, aku berjanji akan membuat mayatmu tetap utuh hehe," desak pembunuh itu sembari menebaskan sabitnya ke arah Zee dengan sekuat tenaga.

"Hosh...hosh..."

"Menyerah padamu mimpi saja!" sergah Zee sambil menatap pembunuh itu dengan pandangan mengejek.

"Hei, Pembunuh jelek, dengar baik-baik! Aku tidak akan menyerah sebelum membalas dendam untuk seluruh keluargaku! Dan camkan kata-kataku! Aku tidak akan mati sebelum menjadi pendekar pedang terbaik di benua Laut Timur!" tegas Zee sambil memadatkan aura spiritualnya ke pedangnya.

Pria pembunuh yang juga mulai bersemangat karena merasa mendapatkan hiburan kemudian juga mengeluarkan aura beladiri yang berbentuk bulan sabit berwarna kebiruan.

"ORANG LEMAH MATILAH SAJA!!!"

*******DUAKK******!*

Kekuatan aura itu terbang dan menghantam pohon di sebelah Zee, hingga terbelah menjadi dua bagian. Beruntung, Zee dengan cepat menghindarinya.

Suara dentuman yang cukup keras mengejutkan pembunuh lainnya yang berada di kejauhan, membuat mereka bergegas mendekati area tersebut. Sementara Zee, yang tidak menyangka bahwa pembunuh itu dapat mengeluarkan aura sekuat itu, hanya bisa mencoba bertahan dan menghindari serangannya.

*Craarsh!*

"Uakkhh, bocah busuk SIALAN!..."

Zee berhasil menghindari serangan pembunuh dengan susah payah dan mengambil celah untuk menebas kakinya sehingga membuatnya menjerit kesakitan. Setelah itu, dengan cepat Zee memanfaatkan momen tersebut untuk berayun ke tanaman merambat yang tumbuh di dekat tebing. Kemudian dia menendang si pembunuh yang lengah hingga terjatuh ke sisi tebing.

Dan tanpa pikir panjang, Zee menggunakan kesempatan tersebut untuk lari menjauh dan menyusun strategi untuk menjebak para pembunuh yang masih berada di dalam hutan.

*Tap Tap... Blubb!*

Nyaris saja Zee terjungkal ke lumpur hitam yang menghisap di depannya. Dia dengan cepat melompat mundur, karena jika salah sedikit saja, dia dapat terseret dan terperangkap di dalamnya.

"Aish! Hampir saja," gumam Zee sambil sesekali mengamati sekitarnya. Ia heran mengapa ada lumpur hisap di hutan pegunungan seperti itu.

Namun, tanpa sadar Zee telah menemukan solusi untuk mengalahkan sepuluh pembunuh itu, atau setidaknya melukai beberapa dari mereka.

"Aku rasa lumpur ini bisa dimanfaatkan juga, hehe." Zee sambil menyiapkan segala sesuatunya, dia memasang benang dan lonceng kaki kecil di sekitar area tempat lumpur hisap berada untuk memantau pergerakan musuh.

'Hehehe, ini pasti akan sangat menarik!' batinnya sambil menyeringai menyeramkan.

Terpopuler

Comments

life is just an illusion

life is just an illusion

baca cerita sebelah yang Little God Rebirth aja kak, yang ini udah mangkrak kwkwkw cerita pertama gak jelas/Facepalm//Facepalm/

2024-04-06

0

Chino Chan

Chino Chan

orang zaman purba bilek 😁

2024-04-05

0

Alfi Abrar

Alfi Abrar

mampir

2023-12-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!