Tuk Tuk!
Seorang Tetua senior berjanggut putih sepanjang perut, dengan jubah berwarna biru bercorak matahari. Berjalan memasuki halaman sebuah kompleks bangunan paviliun besar ditengah kota Gunung Pedang. Didepan pintu paviliun itu, terdapat dua pengawal warrior guru tahap akhir yang sedang berjaga-jaga, sambil memperhatikan kedatangan senior tersebut.
"Tetua Li!, lama tak berjumpa apakah anda kemari untuk bertemu Yang Mulia Marquis?" sapa salah seorang penjaga yang terlihat cukup mengenal Senior tersebut.
"Oh Hao rupanya, benar! aku memiliki pesan penting yang harus ku sampaikan kepada Tuanmu itu hehehe... ngomong-ngomong dimana dia?" sahut Tetua itu.
"Jawab tetua Li, yang mulia Marquis berada dihalaman belakang, sedang menjamu 2 Tetua senior lainnya yang telah tiba sejak pagi tadi.
Seorang pelayan kemudian menghampiri tetua senior itu dan mengantarnya ketempat tuannya berada.
***
"Warrior level Roh?, hahaha!" tawa seorang pria dewasa berwajah tegas, dengan pakaian sutra yang gemerlip bersama dua tetua yang telah mengunjunginya sejak pagi, memenuhi sebuah paviliun berukuran sedang di dekat kolam ikan koi.
"Akhirnya!, kota kita akan memiliki satu kultivator warrior level Roh. Ini adalah berita yang sangat baik! haha..eh, dan juga tetua Sun, membicarakan soal sekte ini. Apakah Ying er baik-baik saja selama berada disana?" tanya pria tersebut pada tetua bertubuh kecil dengan rambut putih dihadapannya itu.
"Hahaha, aku rasa tidak hanya baik-baik saja tapi bahkan sangat baik!, basis kultivasi-nya tidak hanya meningkat dengan pesat beberapa tahun ini. Tapi juga kepopulerannya pun tidak ada yang bisa menandingi di ke-empat Puncak sekalipun!" ujar tetua senior itu sambil meneguk anggur.
"Benarkah?, kalau begitu ini sangat baik," kata pria itu sambil kembali menuangkan anggur ke beberapa gelas kecil didepannya. "Haah... dengan begini aku akan memiliki penerus yang hebat dimasa depan, mari Tetua kita bersulang!"
Ting!
"Wah-wah, dua bajingan tua tanpa tahu malu, memaksa tuan kota kita untuk minum di pagi hari, kenapa tidak mengajak aku," ucap ketua Li, yang baru saja memasuki halaman paviliun kecil yang terbuka itu.
"Sembarangan saja kau bicara, dasar berandalan tua!, kemarilah biar kuberi pelajaran!" sergah satu tetua lainnya dengan badan sedikit tambun sambil memegang tongkatnya.
"Hahaha!, sudah-sudah tetua Kong , tetua Li tentu hanya bercanda," ujar Marquis itu sambil mempersilahkan tetua Li untuk bergabung.
"Tidak biasanya Tetua Li mengunjungi Marquis ini, apa ada sekiranya yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan ramah pada tetua itu.
Glug!
"Ahh"
"Aku memiliki beberapa informasi, tentang keberadaan bocah yang kamu cari itu," ujar tetua Li sambil menyodorkan sebuah gulungan merah berisi informasi kepada tuan Kota itu.
"Huh" beberapa Pembunuh rendahan yang aku kirim beberapa bulan lalu, telah gagal menangkap bocah busuk itu!. Dan aku tidak menyangka, dia terlihat dikota Tebing Kapur dan masih berani mengambil misi disana." ucap tuan kota dengan sedikit geram.
"Hehe..."
"Awalnya, aku juga sedikit ragu dengan informanku yang mengatakan bocah itu ada disana.
"Namun beberapa hari lalu, murid-murid dari Sekteku, juga bepergian ke daerah sekitar kota itu, dan tidak sengaja bertemu dengan pemuda yang sedikit arogan,"
"Setelah aku tanyai ciri-cirinya, ternyata sangat mirip dengan bocah yang sedang kamu cari-cari itu." tutur tetua Li itu sambil menuangkan anggur kedalam cangkirnya.
"Menurutku, kamu harus segera mengirimkan pembunuh secepatnya kejalur tebing Unta, didekat gurun Iblis. Karena dia pasti akan melewati tempat itu, mengingat jalur berbahaya itu adalah jalan satu-satunya untuk pergi ke Gua Relik Kuno." tambahnya lagi.
Marquis pun menimbang-nimbang dan akhirnya setuju dengan saran tetua Li, yang ternyata adalah pemimpin dari sekte Matahari itu.
****
Burung-burung angin pembawa pesan pun dengan cepat melesat terbang, menyebarkan kabar tentang buronan bernama Xiao Ze lengkap dengan ciri-ciri fisiknya.
Kultivator aliran gelap dan para pembunuh bayaran yang berada disekitar wilayah kota Tebing Kapur pun menjadi sangat antusias dengan berita ini. Karena, bagi siapapun yang berhasil membawa kepala Zee ke kota Gunung Pedang, Marquis akan memberikan lima ribu koin emas kekaisaran untuk membayar jasanya.
****
*Swoosh!...
*CLANG!!*
Gerakan ayunan pedang yang terlihat elegan dan sangat menawan dari Zee, membuat Jean yang sedari tadi memperhatikan menjadi sangat kagum padanya.
*Wuuung!...
"Hyat!"
Keringat bercucuran didahi bahkan diseluruh tubuh Zee. Membuat Jean mengambil handuk dan berlari kearahnya.
"Zee berhentilah sebentar dan istirahat," ucap Jean sambil mendekat kearah Zee, yang juga menghentikan permainan pedangnya itu.
Dan dengan tidak tahu malunya Jean mengambil handuk itu, mengusapkan dengan lembut ke arah dahi dan juga bermaksud untuk mengusapkannya ke arah dadanya Zee juga. Maklum saat berlatih pedang Zee memang suka melepas pakaian atasannya dengan alasan gerah.
Namun sebelum Jean melakukannya, tangan Zee lebih dulu mencegahnya, dengan alasan mau melakukannya sendiri dan meminta Jean mengambilkan air minum saja.
Sedangkan Jean hanya bisa cemberut, karena selalu diabaikan oleh Zee.
"Kenapa kamu selalu menolak kebaikanku?, padahal aku kan hanya ingin membantumu mengelap keringat," cicit Jean sambil menatap sebal kearah Zee.
"Huh"
Zee kemudian menatap Jean dengan tajam dan sedikit menaikkan nada suaranya.
"Apakah kamu tahu batasan antara anak laki-laki dan perempuan saat bersama itu seperti apa?. Seharusnya kamu mendengar kata-kata ku untuk segera pulang ke kotamu, bukannya malah diam-diam mengikuti aku seperti tadi." ucap zee sedikit tegas kepada Jean, berharap agar dia mengerti dan berhenti mengikutinya.
Jean yang mendengar itu mulai berkaca-kaca, dan sedikit mulai terisak.
Zee, yang juga sebenarnya tidak tega untuk mengatakan itu kepada Jean pun, menutup matanya. Dan dalam hati berharap Jean akan memaafkannya suatu saat nanti.
Namun, ketika ia teringat akan basis kultivasinya yang masih teramat rendah itu. Dia tersadar bahwa jika Jean mengikutinya saat ini, mungkin akan sulit bagi Zee untuk menyelamatkan Jean saat ada musuh yang mengincar mereka. Mengingat dirinya yang masih lemah itu tidak lebih hanya akan membahayakan keselamatan mereka berdua. Maka pilihan agar Jean kembali ke kota dengan konsekuensi dirinya akan dibenci, adalah pilihan yang paling bijak untuk saat ini.
Dan setelah beberapa waktu isakkan Jean pun berhenti, dan ia meneguhkan hatinya sekali lagi untuk memandang ke arah Zee.
"Baiklah kakak Zee jika kamu begitu membenciku, aku akan meninggalkanmu sendirian," ucapnya sambil sedikit sesenggukan.
"Tapi tolong makanlah sup itu, soalnya tadi Jean membuatnya dengan susah payah. Dan untuk kakak Zee... tolong selalu jaga kesehatan." dan setelah mengucapkan semua itu Jean mengambil barang-barangnya dan segera bergegas kembali ke kota Tebing Kapur, tanpa menoleh kebelakang sedikitpun.
Sedang Zee, yang sedari tadi masih mematung ditempatnya. Hanya bisa melihat punggung Jean yang semakin lama menghilang dari pandangan.
"Maafkan aku Jean."
Satu setengah bulan kemudian. Di sekitar tebing berbatu yang lumayan tandus, Zee memutuskan untuk berhenti sejenak disebuah gua batu, yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dan sambil beristirahat, Zee menelan beberapa pil penambah energi yang dibelikan oleh Jean untuknya, saat masih berada dikota kapur untuk mengisi staminanya kembali.
Stamina Zee yang tadinya hampir terkuras habis, setelah melawan beberapa beast kalajengking gurun pun kini berangsur-angsur sedang memulih. Dan dengan tambahan tanaman kering yang ia temukan di gua lembab beberapa bulan lalu, ia menelan empat inti beast kalajengking gurun yang telah ia bunuh itu. Yang dia gunakan untuk segera menerobos ke tingkat warrior guru beladiri level awal.
NGUNG!!
Cahaya keunguan dari hasil terobosan Zee menguar ke langit malam itu, perasaan baru yang lebih kuat pun ia rasakan. Dan seketika hatinya pun menjadi tenang.
Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama karena ada tamu tak diundang yang sudah mengincarnya sedari tadi.
*Shooth!...
*CLAANG!!*
Sebuah pisau terbang melesat kearah Zee dengan cepat. Untung saja ia sigap dan menangkisnya menggunakan pedangnya.
"Bajingan keluarlah dan hadapi aku!" geram Zee sembari bergegas keluar dari mulut gua itu.
"Hehe..."
Tiga orang warrior guru level awal dan satu orang warrior guru level menengah akhir, mulai muncul satu persatu dari balik batu-batu besar yang memang sangat banyak ditempat itu.
"Maafkan kami karena telah menganggu selebrasi mu."
"Namun Marquis kota Gunung Pedang telah memberikan perintah penangkapan pada dirimu, dan menghargai dengan mahal bagi siapapun yang berhasil membawa kepalamu ke kota Gunung Pedang." ujar salah satu bandit gurun itu.
"Oh! berapa banyak si bedebah tua itu menghargai kepalaku." tanya Zee pada para bandit itu.
"Lima ribu koin emas!"
"Bukankah itu uang yang cukup menggiurkan, hanya untuk membunuh bocah lemah seperti mu hehe,"
dengan cepat salah satu Bandit Gurun dengan senjata tombaknya menyerang Zee.
Dan diikuti oleh dua orang lainnya dari arah belakang.
*CLANGG!*
*Swooshhh!...
Beberapa waktu berlalu dan pertarungan antara Zee dan tiga bandit itu masih cukup imbang.
"Hosh... Hosh!"
Bandit bertombak melihat kearah temannya yang hanya menonton sedari tadi dan menegurnya. "Masihkah kamu diam saja diatas sana?, ini sudah cukup lama!." gerutu bandit dengan senjata tombak itu yang terlihat sudah kehilangan banyak staminanya. Sedang temannya yang paling kuat hanya diam sambil menonton pertarungan mereka berempat.
Tiga bandit di tahap awal warrior guru, kembali menyerang Zee secara bersamaan. Zee kemudian berputar untuk menghindari serangan mereka bertiga.
Salah seorang bandit menyerang arah bagian kanan Zee dengan cambuknya yang dialiri aura spiritual, sedang Bandit yang bersenjatakan rantai dengan pengait diujungnya menyerang dari sisi kirinya Zee.
*CTARRR!*
Cambuk yang dialiri energi itu berhasil membelit bagian lengan kanan Zee dan membuat pedangnya terjatuh, sedang rantai pengait menancap dikaki kirinya.
"Arrrk!" rintih Zee yang cukup kewalahan dengan ketiga Bandit itu, mengingat basis kultivasi mereka yang sama dengannya. Apalagi dia harus melawan tiga orang sekaligus selama berjam-jam.
Karena merasa telah berhasil melumpuhkan pergerakan Zee, Salah satu bandit gurun yang bersenjatakan tombak itu pun melompat dan menyerang kearah leher Zee.
"Hyaaath!!"
"MATILAH!!"
Zee, dengan susah payah menghindari serangan itu walaupun nyaris saja lehernya terpotong, dengan sigap ia mengambil kembali pedangnya yang terjatuh dan menebas perut salah satu bandit gurun itu.
*Sraassz!*
"Arrkk..."
*BUK!*
Zee berhasil menebas perut dan menendang bandit bersenjatakan tombak tersebut hingga tersungkur tidak berdaya di tanah.
Bandit gurun terkuat yang sedari tadi diam saja akhirnya mulai menyerang. Ia dengan segera melompat dan mengeluarkan puluhan pisau terbang yang dipenuhi oleh jimat peledak, dan melemparkannya kearah Zee.
Kedua bandit lainnya menyingkir dan menjauh dari Zee , sedang puluhan pisau terbang melesat kearahnya dan meledak secara hampir bersamaan.
*BOOM... BOOM!*
Zee terpental beberapa meter karena ledakan senjata itu, kedua lengannya yang dia gunakan untuk melindungi bagian kepala dan wajahnya terluka cukup parah.
"Hosh..Hosh"
"Aku tidak pernah bertarung dengan orang yang setidak tahu malu seperti kalian!" ucap Zee dengan darah yang mengalir dari mulutnya.
"Hahaha..."
"Kami ini adalah Bandit yang suka membunuh!, bagi kami tidak perduli apa itu cara adil atau tidak, karena yang kami cari adalah kemenangan." sanggah bandit itu dengan tersenyum sambil mengeluarkan pisau dari lengannya.
"Anak baik diamlah aku akan menghilangkan rasa sakitmu dengan segera." lanjutnya sembari menghunuskan pisaunya, ke arah leher Zee yang sudah tak berdaya.
Namun sebelum itu terjadi.
***Swuungg!
*CRASH**!
Tiga buah jarum yang dialiri dengan energi spiritual yang cukup kuat, menembus lengan bandit yang hendak membunuh Zee tersebut.
"Aaaarrkk!"
"SIAPA?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 13 Episodes
Comments
Life is just an illusion🥲
ngak itu tahap buatanku sendiri, seperti penyucian batin dari jasmani sebelum menjadi orang suci
2023-08-20
0
Life is just an illusion🥲
kwkwkwk ini novel gaje yang amburadul silakan pindah ke Kultivasi Dewa Tertinggi aja wkwkkw
2023-08-20
0
Ayano
Wow
Untung gak ada apapun di antara mereka
Lurus ya wak
gak belok ke kanan kiri ya mereka
2023-08-20
1