Bab 03 - Desa Yang Terkutuk!

Setelah beberapa jam berjalan melintasi kegelapan hutan dan sungai karena Jean yang salah jalan. Akhirnya mereka bisa bernafas dengan lega, karena tidak jauh dari hutan tersebut telah terlihat samar-samar cahaya pedesaan, yang Zee dan Jean yakini cukup besar.

"Bagus, akhirnya kita bisa menemukan desa itu. Aku berharap bisa menyewa penginapan dan makan enak malam ini," harap Jean sambil sesekali melirik ke arah Zee.

Setelah itu mereka berdua bergegas menuju ke desa tersebut. Dan sesampainya didepan pintu gerbang masuk Zee merasakan ada kejanggalan dengan desa yang baru saja ia masuki itu.

"Aneh kenapa aku merasa tidak ada aura makhluk hidup di desa ini?" ucap Jean yang merasakan hal yang sama.

Sambil sesekali berpikir dan meningkatkan kewaspadaan mereka mencoba masuk lebih dalam ke desa itu. Dan setibanya mereka didepan sebuah bangunan kayu besar dengan atap lancip melingkar, keanehan pun mulai terjadi. Kabut tebal yang entah darimana asalnya itu tiba-tiba menutupi jalanan dan tempat-tempat disekitar mereka.

"Aish! ada apa lagi ini kenapa aura desanya jadi semakin aneh?" gerutu Jean yang mulai sedikit merinding.

"***Guk Guk!"

"Awuuuu***!...

***

Suara-suara hewan malam seperti serigala dan beberapa burung gagak mulai menggema di sudut-sudut desa itu.

"Gwakk!"

*Buurrr!*

Seekor burung gagak tiba-tiba terbang dan hampir saja mencakar kepala dan wajah Jean jika saja Zee tidak sigap menariknya untuk menghindar.

"Burung gagak sialan! beraninya menyerang kami!" Gumam Zee dengan sedikit geram. Suasana disekitar mereka semakin mencekam dan kabut yang menutupi pandangan mereka berdua membuat Jean berhalusinasi.

"Zee!"

Jean merasa sebuah kabut tebal memisahkan mereka dan bayangan Zee didepannya perlahan menghilang ditelan kabut tersebut.

"Zeeeeee!" kamu dimana?"

Jean yang mulai panik pun mengeluarkan senjata cambuknya untuk berjaga-jaga. Dan bayangan hitam yang semakin mendekat pun mulai membentuk siluet yang mampu membuat bulu kuduk Jean berdiri sementara.

"Huwaaa!!"

*Plak! Plak!*

"Aduh aduh kenapa kamu memukulku Jean?" sungut Zee yang jengah dengan kelakuan Jean pun menjadi kesal, karena dia telah memukulnya tanpa sebab dan membuat wajahnya memiliki 2 bekas garis merah karena terkena cambuk.

"Ma.. maafkan aku zee aku pikir tadi bukan kamu jadi aku..." ucap Jean sambil tertunduk sedangkan Zee masih memegangi wajahnya yang masih memerah.

"Kekekeke..."

"Apa yang kau!?" ucap mereka berdua bersamaan dan setelah beberapa detik dalam kebingungan suara itu muncul kembali.

Didepan mereka berdua, muncul sesosok gadis dengan rambut panjang menjuntai dengan pakaian tradisional bergaya lama sedang tertunduk. Dan setelah itu lengan kanannya terangkat dan menunjuk ke arah Jean, yang sedari tadi memeluk Zee dengan ketakutan.

Taring panjang mencuat dari sela-sela giginya, rambutnya yang hitam memanjang terurai dan bergerak-gerak seperti rambut yang mengambang didalam air, ditambah wajah pucat kebiruan dan mata hitam yang melotot. Menambah kesan seram pada diri makhluk itu.

"Aaaaakrk!!!!"

Jeritan yang memekakkan telinga itu rupanya memiliki kekuatan untuk menyerang jiwa lawannya. Jean yang tidak kuat menahan serangan jiwa Makhluk itu, kemudian terjatuh dan tertunduk. Sedangkan Zee yang masih tersadar dengan cepat menarik pedangnya dan mengarahkan ke Makhluk itu.

"Aku belum pernah melihat hantu sepertimu yang mampu mengeluarkan sihir jiwa untuk menyerang mangsanya, tapi jika kamu berani menyakiti Jean aku akan memulai untuk menebasmu!" sambil melesat kearah Makhluk itu Zee menggunakan jimat yang berisikan mantra pemutus ilusi jiwa dan menempelkan pada ujung pedangnya.

Makhluk yang di serang hanya diam sambil memiringkan kepalanya yang sekarang sudah nyaris terbalik, dan setelah beberapa jengkal jaraknya dari pedangnya Zee. Makhluk itu melenturkan tubuhnya bagaikan ular untuk menghindari serangan, serta menggunakan ekornya untuk memukul Zee dengan cukup keras kedepan.

"Uhhk!"

Zee kemudian bangkit kembali untuk mencegah Makhluk itu menyerang Jean yang masih saja ketakutan dan tidak bergerak.

Namun hasilnya masih nihil sebab Makhluk itu bergerak sangat cepat, dan beberapa tebasan pedangnya Zee yang mengenai dan berhasil memotong tubuh Makhluk itu, menjadi dua bagian pun tetap tidak berguna. Karena dengan cepat, Makhluk itu dengan mudah menyatukan tubuhnya kembali.

"Arrkk! SIALAN!"

"Sebenarnya Makhluk apa kau ini!"

"Bahkan jimat pembunuh aura dan pelepas ilusi tidak berguna!"

Zee yang sedikit cemas karena tidak bisa menggunakan teknik apapun semakin panik karena melihat kondisi Jean yang tatapannya semakin kosong.

Kamu bisa mencoba menggunakan Cakram Emas! di cincin ruangmu itu untuk mengalahkannya.

Deg!

Zee yang mendengar suara aneh itu untuk kesekian kalinya, jadi merasa bahwa suara yang pertama kali iya dengar saat melawan pembunuh di hutan saat itu bukanlah halusinasi.

"Siapa kamu dan apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?" teriak Zee dengan sedikit panik karena tidak tahu asal suara itu berbunyi.

Siapa aku dan apa yang aku inginkan saat ini, belumlah penting.

Kamu harus segera menyelamatkan gadis itu dari Iblis pemakan mimpi, atau dia akan segera menjadi gila.

Zee yang mendengar itu, sambil melihat kearah Jean yang semakin tidak stabil membuatnya termenung sementara. Dan pada akhirnya karena pikirannya telah buntu, ia pun mau tidak mau harus memberanikan diri untuk mempercayai suara aneh yang ada di kepalanya.

"Lalu bagaimana caramu untuk mengalahkan mahkluk itu?, segala cara telah aku coba dan tidak ada yang berguna." tanya Zee yang mulai frustasi kepada suara aneh itu.

Ambil Cakram Emas di cincin ruangmu itu, tetesilah sedikit darahmu maka dia akan aktif dan secara otomatis menghancurkan domain iblis penelan mimpi.

Mendengar itu. Zee pun tersadar dan akhirnya mengerti bahwa hantu biasa tidak akan bertahan dengan kertas jimat, dan jika benar yang dikatakan suara aneh itu bahwa lawannya yang sekarang adalah iblis penelan mimpi. Maka Jean akan benar-benar berada dalam bahaya.

Dengan cepat Zee mengeluarkan Cakram Emas itu dan meneteskan sedikit darah miliknya. Dan seketika cakram itu bereaksi dan dengan sendirinya melesat ke langit-langit diatas iblis penelan mimpi berada. Dan cahaya dari dalam Cakram Emas itu menelan seluruh aura gelap yang tersebar disekitar pedesaan tempat domain iblis itu.

Cakram tersebut menarik dan menghisap aura jahat beserta iblis penelan mimpi, dan saat iblis itu ingin memberontak. Zee menebasnya menjadi dua bagian dengan pedang, hingga cahaya Cakram Emas menelan Iblis itu beserta auranya sampai habis.

Dan setelah aura gelap habis diserap. Cakram itu kembali kepada Zee, seakan mengerti siapa tuan dan pemiliknya. Zee pun segera kembali memasukkannya ke cincin ruang dan waktu.

Segere setelahnya Zee menghampiri Jean yang masih saja pingsan dan mencoba menyadarkannya. Namun karena tidak kunjung sadar, ia pun memilih untuk membopongnya dan segera bergegas pergi dari Desa Terkutuk Itu.

Setelah keluar dari desa tersebut. Zee baru menyadari bahwa tadi malam keramaian yang ada di desa yang mereka lihat dari kejauhan, ternyata hanyalah ilusi sebab saat pagi menyingsing, desa itu terlihat seperti seharusnya... yaitu terbengkalai.

Setelah hampir dua jam Zee berjalan, ia pun tersadar bahwa Jean sebenarnya sudah bangun dari tadi.

"Haruskah kau terus berpura-pura tidur?" ucap Zee pada Jean yang masih saja terpejam.

"Hmm... baiklah!"

Bruk!

"Aduh!"

"Seperti itukah caramu memperlakukan seorang wanita?" gerutu Jean sambil meringis kesakitan karena Zee menjatuhkannya tanpa perasaan.

"Aduh, tuan putri maafkan aku, sayangnya aku memang tidak tau memperlakukan seorang wanita." kata Zee sambil terus berjalan tanpa memperdulikan Jean lagi.

"Sebenarnya kau hanya tinggal menurunkanku saja dan tidak perlu menjatuhkanku seperti itu.. " dan walaupun ia agak sebal dengan kelakuan Zee, namun entah mengapa berada di dekat teman barunya itu, membuat Jean merasa sangat nyaman.

"Hei lihat!, sepertinya disitu ada desa yang asli!, ayo kita pergi kesana. Nanti setelah makan aku akan membelikanmu baju baru." cicit Jean sambil menarik Zee mengikutinya, sedang yang ditarik hanya bisa pasrah.

Setelah mengisi perut, mereka bergegas ke pasar terdekat untuk membeli perbekalan. Walaupun tidak bisa menemukan barang-barang berkualitas sebagus seperti di kota, setidaknya Jean dapat membelikan Zee beberapa helai baju karena jujur saja pakaian atasannya sudah banyak yang robek dan terkesan compang-camping rusak setelah beberapa kali pertarungan. Dan hal itu menjadi perbincangan gadis-gadis desa yang hendak berbelanja di pasar, karena beberapa tonjolan ototnya Zee yang sebagian terpampang dengan jelas.

Jean yang melihat itu, mendengus sebal dan dengan marah ia mengusir beberapa gadis peng-gosip itu dari sana. Bahkan yang lebih konyol, yang tidak melakukan apa-apa pun juga dia usir.

"Datang lagi ya..! hehe."

Setelah puas memilih pakaian dan memberi uang tip pada pemilik toko. Mereka berdua pun berjalan-jalan sebentar ke wilayah alun-alun desa, dan melihat ada banyak orang-orang berkerumun. Mereka berdua yang juga penasaran pun ikut mendekat untuk melihat.

"Oh.. ternyata ada pengumuman misi penting dari Kota Tebing Kapur, aku ingin tau apa misinya." tukas Jean sambil berlari kedepan.

Sebelum sampai didekat papan pengumuman untuk mengambil gulungan misi itu. Seorang wanita muda bercadar memakai pakaian serba mewah dengan kudanya menerjang kerumuman dan membuat beberapa orang panik, tidak terkecuali Jean yang paling dekat hingga dia hampir tertabrak

"Gadis gila apakah matamu buta!, didepan mu ini adalah putri dari Sekte Matahari. Menyingkir-lah, jika kamu masih ingin lengan dan kakimu tetap utuh!" kata seorang pria muda yang juga menunggang kuda tepat berada dibelakang gadis dari sekte Matahari itu.

Zee yang mendengarnya, lantas maju kedepan orang-orang berkuda itu, sambil menatap mereka dengan tatapan bermusuhan.

"Cobalah kalian jika berani menyakitinya, maka aku tidak akan segan-segan lagi!" ucap Zee dengan nada mengintimidasi.

Gadis berkuda itu menatap Zee dengan cukup intens, menurutnya Zee cukup berani untuk seorang pemuda desa, dan perawakannya juga cukup menarik perhatiannya. Sedangkan yang ditatap malah acuh tak acuh.

Melihat putri dari sektenya diacuhkan begitu saja oleh pemuda desa yang tak dikenal, pria muda berkuda itupun menjadi berang.

"Hei bocah desa sombong!" ujarnya dengan sedikit sarkas.

"Nona kami telah memberikan kamu muka beraninya kamu mengacuhkannya apa kamu bocah sudah bosan hidup?!" lanjut pemuda berkuda itu kepada Zee yang malah memandangnya dengan jijik.

"Oh maaf ... Aku adalah orang desa jadi tidak tahu jika wanita muda itu adalah seorang putri. Karena menurutku tampangnya biasa-biasa saja." sahut Zee dengan nada yang sedikit merendahkan.

Pemuda berkuda yang merasa ditantang ingin turun dan menghajar Zee. Namun si gadis berkuda itu menyuruhnya untuk diam.

Zee yang sebenarnya juga ingin maju ke pria berkuda, dihentikan oleh seorang paman petani yang tidak sengaja lewat.

"Nona dan para kultivator muda tolong maafkan kelancangan kedua junior-junior ini, mereka masih belum cukup umur untuk berpikir dewasa," ucap paman itu sedikit membungkuk dan menangkupkan lengannya. Zee yang ingin protes langsung dihentikan oleh Jean.

"Sudahlah jangan pedulikan mereka ayo pergi!" pungkas gadis berkuda itu, menyuruh yang lainya untuk menyudahi masalah hari ini. Tapi sebelum ia benar-benar pergi. Dirinya menoleh kebelakang ke arah Zee yang sedang dipegangi oleh Jean.

"Tuan muda jika berkenan bisakah saya mengetahui nama asli anda?" tanyanya.

"Ze dan margaku Xiao!, jika sekte Matahari tidak terima silakan kalian mencari ku!"

Setelah itu gadis berkuda itu benar-benar pergi dari hadapan mereka, sedangkan Zee dan Jean dimarahi oleh paman yang tadi.

"Aduh... adik kecil, kita ini hanya rakyat biasa harus mengalah pada para kultivator, sebisa mungkin kita jangan berurusan dengan mereka!, Hais... bocah jaman sekarang memang tidak bisa mengerti situasi." dan paman itu meninggalkan mereka.

Zee mencoba maju ke depan papan pengumuman dan melihat-lihat informasi dari papan tersebut. Dan setelah itu ia juga mengambil satu gulungan tanda pengambilan misi itu, dan memasukannya ke dalam saku bajunya. Setelah itu Zee mempersiapkan perbekalan untuk misi perjalanannya kali ini.

"Jika kita bisa bertemu kembali maka itu akan menjadi hal yang menarik."

Jean yang melihat itu merasa tidak senang sama sekali, karena jika Zee mengambil misi berarti ia akan terpisah darinya. Maka sebisa mungkin ia akan mencoba merayu Zee dengan mengajaknya ke tempat pamannya dulu, untuk menjelaskan masalah pendaftaran turnamen tahun depan.

Terpopuler

Comments

Life is just an illusion🥲

Life is just an illusion🥲

itu iblis

2023-06-13

0

Life is just an illusion🥲

Life is just an illusion🥲

iya kwkwk

2023-06-13

0

Ayano

Ayano

Bagus
Jan mau direndahin 😏

2023-06-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!