Aku Bukan Pelakor
Delapan belas tahun yang lalu tepatnya jam lima subuh seorang wanita yang paruh baya terlihat berjalan menelusuri malam sambil membawa goni tempat barang-barang bekas yang dia kumpul sejak tadi jam empat subuh hal ini sudah biasa dia lakukan untuk menyambung hidupnya bersama suami yang masih sehat tapi dia pria yang tidak bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Marni memang memiliki dua anak lelaki yang sudah bekerja,tapi entah kenapa kedua anaknya enggan untuk membantu membeli makanan untuk mereka di rumah kedua anaknya selalu makan di luar dan tidak pernah memikirkan ibunya yang selalu keluar pagi hari untuk mencari barang bekas untuk menyambung hidup.
Kedua anaknya hanya pulang untuk makan dan mandi di rumah selain itu mereka tidak pernah peduli dengan ibunya.Tepat pada pagi hari ini samar-samar Marni mendengar suara tangisan bayi,awalnya Marni mengabaikan suara itu karena dia pikir itu suara bayi para penduduk disana.
Semakin lama suara itu semakin jelas dan akhirnya dia memutuskan untuk mencari suara itu dan saat itu dia melihat tong sampah yang sangat besar.Marni berlari ke arah tong sampah dan benar saja saat itu dia melihat seorang bayi perempuan yang sangat mungil sedang menangis di sana.
"Ya ampun siapa yang tega membuang bayi secantik ini apa dia manusia?" Ucap Marni lalu mengambil bayi itu dan membersihkannya dan bahkan tali pusar bayi itu saja belum di potong.
Marni sangat bahagia saat mendapat batu itu selama ini dia sangat berharap untuk memiliki anak perempuan dan akhirnya doa kecilnya terkabul dia mendapat bayi perempuan yang sangat cantik.
Marni membawa bayi itu ke rumahnya dengan wajah yang sangat bahagia,dia mengira kedua anaknya dan juga suaminya akan menerima kehadiran bayi itu di rumah mereka.
"Bapak...Bapak...Bangun lihat pak aku dapat bayi perempuan tadi dia cantik sekali." Ucapnya dengan raut wajah bahagia.
Mendengar suara berisik ibunya kedua anaknya terbangun memang seharunya mereka sudah bangun karena mereka harus berangkat kerja.
"Ada apa sih berisik sekali?" Ucap Riski anak pertama dengan wajah masam saat dia keluar dari dalam kamarnya.Dia mendekati ibunya dan melihat seorang bayi di tangan ibunya.
"Dari mana ibu mendapat bayi ini? untuk apa ibu membawanya kesini,apa ibu tidak mikir saat mau ambil bayi itu dia hannya anak haram yang tidak kita tau asal usulnya untuk apa ibu bawa kesini memangnya ibu mampu membiayai dia membesarkan dia mampu?"Riski membentak ibunya dengan kasar karena dia tidak setuju ibunya membawa bayi itu pulang.
"Tapi Riski ibu_
"Ada apa pagi-pagi udah ribut disini?" Tomi anak keduanya keluar juga dari kamar sambil membawa handuk dari kamarnya.
"Ibu membawa seorang bayi pulang,entah untuk apa dia memungut anak haram dari luar sana padahal untuk dirinya sendiri saja dia tidak mampu apalagi membiayai seorang bayi lagi jangan harap ya Bu aku akan membiayai anak haram itu....Seharusnya sebelum membawanya pulang ibu harus mikir....mikir jangan bodoh perasan sudah mampu saja kamu itu."Riski menghina ibunya habis-habisan dengan kata-kata yang tidak pantas di ucapkan seorang anak kepada orang tuanya.
"Aku tidak peduli kalau pun dia mau membawa bayi itu pulang,kalau dia mampu terserah dia mungkin dia ingin memiliki anak lagi." Tambah Tomi membuat Marni semakin sakit hati.
Saat itu Sardi keluar dari kamarnya dia sudah mendengar semua keributan diluar antara istri dan kedua anaknya.
"Bu kembalikan bayi itu kalau ibu mau tinggal di rumah ini kalau tidak silahkan pergi dari sini...Ibu hannya membuat susah saja hidup kita sudah susah jangan di tambah susah." timpal Sardi membuat Marni dalam kesulitan.
Melihat sikap kedua anaknya dan juga suaminya sedikit pun Marni tidak ingin membuang bayi itu jika anak yang dia lahir kan dengan susah payah tidak mau peduli dengan hidupnya maka dia memutuskan untuk merawat bayi itu mana tau suatu saat bayi itu mencintainya dengan tulus.
"Tidak usah biarkan saja mereka tinggal di gubuk Reok ini,kita saja yang pindah dari rumah ini biarkan dia hidup disini sendirian merawat bayi itu."Ucap Riski anak pertamanya.
"Iya pak lebih baik kita cari rumah yang dekat dengan tempat kerja kami.Sekarang susun baju papa ke dalam tas dan kita segera pergi." Ucap Tomi menimpali ucapan abangnya.
Saat itu mereka pergi meninggalkan Marni bersama bayi itu dan sampai saat ini Sandra sudah berumur delapan belas tahun dua bulan lagi lulus SMA suami dan kedua anaknya tidak pernah kembali lagi ke rumah itu sekedar untuk melihatnya.
Untungnya selama ini Marni hidup bahagia bersama Sandra walaupun secara materi mereka sangat kekurangan.
Saat itu tukang bakso lewat dari depan rumahnya mengagetkan Marni yang sedari tadi melamun mengingat semua kejadian pahit tujuh delapan belas tahun yang lalu.
"Ya ampun aku sudah menghayal dari beberapa jam yang lalu padahal sebentar lagi Sandra akan pulang kerja pasti dia kelaparan." Ucapnya.Saat dia hendak memasak dia baru ingat kalau sudah tidak ada lauk yang akan di masaknya.
Marni mengambil uang dua puluh ribuan dari dalam tas usang miliknya hasil barang bekasnya tadi pagi dia jual dan uangnya dia buat untuk belanja hari ini.
Marni keluar dari rumah lalu membeli telor empat biji dan bahan-bahan dapur,telor adalah makanan paling enak yang pernah mereka makan bersama Sandra karena keuangan mereka sangatlah sulit.
"Telur lagi Bu Marni sesekali beli ayam dong kamu sih sok hebat memelihara anak haram ibunya saja membuangnya karena mungkin tidak mampu ehh kamu malah membesarkannya buat susah sendiri." Ucap Santi dengan nada sinis.Itu adalah kata-kata yang selalu di ucapkan Santi saat dia belanja di sana makanya dia jarang mau belanja kepada wanita itu karena dia memiliki mulut pedas tapi karena hari ini udah siang terpaksa dia belanja disana.
Marni membayar belanjaannya lalu segera meninggalkan warung Santi dia sama sekali tidak ambil pusing dengan ucapan wanita itu dia menganggap itu sebagai kata-kata angin lalu.
Marni tidak melihat kalau Sandra sudah berdiri disana dan mendengar semua kata-kata Santi tapi dia sama dengan Marni yang tidak mau ambil pusing hannya satu yang ada di benaknya setelah tamat dia bisa bekerja dan membahagiakan wanita yang sudah dia anggap sebagai ibunya.
Dari Kecil Marni sudah mengatakan dengan jujur kepada Sandra kalau dirinya, bukan lah ibu kandungnya.Dia tidak mau suatu saat Sandra tau semuanya dari tetangga-tetangganya kalau dirinya bukan ibu kandungnya dan dia sangat bersyukur itu tidak mengurangi rasa cinta Sandra kepadanya.
🌺🌺🌺bersambung 🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments