Istri Ke Empat Sang Juragan
"Siapa dia?! Pembantu baru?!"
Sapa seorang wanita dengan dandanan yang begitu glamor yang tengah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
Aku dilempar masuk begitu saja lewat pintu depan sebuah rumah mewah yang berlapis emas oleh para pria yang berpakaian preman yang datang menjemput ku dari pesantren tempat ku mengenyam pendidikan agama.
Aku seorang penghafal Al-Qur'an yang sudah hampir tamat 30 juz dan kini tengah dalam masa mengabdi di pondok.
"Dia,,,"
Pria menakutkan itu ingin menjawab pertanyaan wanita tersebut, namun segera aku mendahului nya.
"Iya, Nyonya!saya pembantu baru di rumah ini!"
Spontan aku mengucapkan nya,,dan aku yakin wanita itu adalah Nyonya di rumah itu, sudah dapat di tebak dari cara dia berdandan dan gaya bicaranya yang angkuh.
"Ckk! kenapa kau terus membawa pekerja ke rumah,Jon?! kamu pikir rumah ini tempat penampungan orang orang miskin apa?!"Hardik wanita itu sambil berkacak pinggang ke arah pria tegap yang ia panggil Jon itu.
"Maaf , Nyonya! tapi seperti biasa,, dia adalah jaminan karena Ayahnya memiliki banyak hutang kepada Tuan!"Jawab Jon sambil membungkuk.
"Huh,, selalu saja dengan cerita yang sama!ya sudahlah,, lumayan ada tenaga tambahan yang gratisan! suruh dia langsung melakukan tugas nya!"Ucap wanita itu sambil menyuruh wanita paruh baya suruhannya yang berdiri di belakang sejak tadi.
Sambil membungkuk ketika melewati sang nyonya, wanita itu menyeret ku ke bagian belakang rumah tersebut, kami berhenti di depan sebuah ruangan yang cukup luas dengan begitu banyak kasur yang terhampar di bawah nya, sepertinya itu adalah kamar pembantu.Terlihat beberapa orang berpakaian seragam yang sudah usang memperhatikan ku.
Tas ku di lemparkan begitu saja ke dalam ruangan tersebut dan tubuh ku di hempaskan hingga sempoyongan,tak ada satupun dari mereka yang memperlakukan dengan semestinya.
"Sarii!!!"
Teriak wanita paruh baya itu dengan penuh wibawa.
Tak lama seorang wanita berusia sekitar 40 tahunan maju ke depan dengan begitu sopan.
"Saya Bu!"Jawabnya sambil membungkuk, rupanya wanita paruh baya itu cukup berpengaruh dikalangan para pembantu yang entah ada berapa jumlahnya itu, yang jelas tidak terhitung.
"Dia adalah pembantu baru disini!beri dia pekerjaan apa saja mulai saat ini juga!"Ucapnya sambil segera berlalu meninggalkan area dapur tersebut.
"Baik Bu!"
Jawab Sari sambil menarik lengan ku dengan kasar pula.
"Ambil alat pel ini,dan tugas mu sekarang adalah mengepel seluruh ruangan dari lantai atas sampai lantai bawah!apa kamu mengerti gadis kecil?!"
Aku hanya mengangguk pelan sambil membuang nafas dengan kasar.
"Oh iya,siapa namamu?!"Tanya Sari menghentikan langkah ku.
"Ana!"
Jawabku pendek dan sedikit tidak perduli, kemudian aku mencuci alat pel yang sudah cukup canggih itu dan akan mulai bekerja meskipun tubuh ini masih terasa lelah karena perjalanan dari pesantren ke rumah megah ini agak cukup jauh.
Aku menatap sekitar rumah tersebut, betapa besar dan megah,apa aku benar benar harus mengepel dari lantai tiga itu sampai ke bawah?
yang benar saja! Aku bisa mati sebelum menyelesaikan!
"Teh ,, apa aku hanya sendirian yang harus mengepel dari lantai atas itu?!"Tanya ku kepada seorang pembantu yang juga sedang membawa alat pel,aku berharap dia akan ikut membantu pekerjaan ku agar lebih ringan.
"Kamu pembantu baru?!"Tanya nya sambil menatap ku dan berkata dengan setengah berbisik.
Aku hanya mengangguk.
Kemudian dia mendekatiku sambil menatap sekeliling, seperti takut ada yang melihat.
"Sebenarnya rumah ini tidak terlalu kotor,kita hanya perlu melakukan tugas yang diperintahkan oleh kepala pembantu, berpura-pura saja bekerja dengan giat, tapi santai saja dalam mengerjakan nya, yang penting pekerjaan kita selesai dan terlihat benar benar bekerja,apa kamu mengerti maksud ku?"
Ucapnya dengan berbisik bisik.
"Oh, baiklah kalau begitu!"Jawabku dengan sedikit ragu, tapi aku mengerti dengan arahan nya.
"Bagus!naik dan jangan pedulikan sekitar, tutup mata dan telinga untuk hal yang bukan urusan kita,kita hanya akan terlihat jika di panggil oleh Tuan dan para Nyonya,selain itu jangan pedulikan yang lain, lakukan saja tugas mu dengan baik!"Ucapnya lagi,dia terlihat baik dan ramah, mudah mudahan setidaknya ada orang baik di sekitar ku di sini.
Aku pun mulai naik ke lantai paling atas dengan menaiki anak tangga yang begitu banyak, ternyata rumah itu bukan tiga tingkat, tapi empat tingkat,gila!Aku sudah kelelahan bahkan sebelum memulai pekerjaan ku.
Di lantai 2 aku melihat ruangan baru yang cukup luas dengan dekorasi yang berbeda dengan lantai satu,aku melihat beberapa pelayan yang sedang bekerja disana,dan tugas ku hanya mengepel tangga nya saja.Disana aku melihat seorang wanita cantik yang tak kalah glamor nya dengan wanita yang aku lihat di lantai satu, usia mereka terlihat tidak berbeda jauh, namun wanita yang di lantai 2 ini terlihat lebih modis tanpa make up yang tebal,dia sedang melakukan perawatan kuku oleh pelayan pribadinya.
Dalam hatiku bertanya tanya,siapa mereka sebenarnya, kenapa begitu banyak Nyonya dirumah ini?
Belum habis rasa penasaran ku,Aku kembali di kejutkan dengan pemandangan di lantai 3.
Disana Aku kembali melihat seorang wanita cantik dan anggun dengan dandanan nya yang sederhana,dia nampak lebih muda dari yang lainnya, mungkin usianya tidak terlalu jauh dari ku, usiaku masih 18 tahun, wanita itu kemungkinan sudah berusia 25 tahunan.
Dia terlihat menatap ku yang tengah sibuk mengepel lantai di depan ruangannya, sedangkan aku hanya melihatnya sekilas dengan kedua ekor mataku, berpura pura tidak perduli padahal hati ini meronta ronta penuh rasa penasaran.
Disana tidak terlihat begitu pelayan,aku hanya melihatnya ada dua orang saja yang tengah santai menemani wanita itu.
"Hei, kamu,,coba kesini sebentar!"Wanita itu entah mau apa memanggilku.
"Iya Nyonya,ada yang bisa saya bantu?!"Jawabku dengan sopan,aku menghampiri nya sambil menunduk.
"Jangan panggil aku Nyonya, panggil saja Aku teh Ning! kamu pegawai baru,ya?!aku baru melihat mu!"Ucapnya sambil tersenyum hangat.
"Iya Teh!saya baru saja tiba pagi ini!"Jawabku tanpa berani menatapnya,Aku yakin dia pun orang penting di rumah ini.
"Oh pantas saja! perkenalkan namaku Ningsih,Aku istri ketiga Kang Raden,makanlah ini sambil bekerja,aku yakin kamu belum sarapan!"Teh Ning menyodorkan roti mahal kepada Ana dengan setengah memaksa.
"Terimakasih Teh, panggil saja saya Ana!saya permisi mau melanjutkan pekerjaan saya Teh!"Jawab ku sambil membungkuk.
Teh Ning seperti nya orang baik,dia sangat perhatian kepada pembantu seperti ku.
Aku kembali melanjutkan pekerjaan ku sambil berpikir keras? istri ke tiga?!oooh,, berarti ada kemungkinan kedua wanita yang aku temui tadi adalah istri pertama dan istri kedua sang juragan.
Lalu siapa yang tinggal di lantai empat?
apa juragan Raden itu memiliki istri empat?
Aku cukup penasaran dengan sosok yang ke empat itu,aku pun bergegas naik meskipun kaki ku sudah kelelahan dan mulai terasa pegal-pegal.
Ruangan di lantai empat nampak lebih luas dan lebih mewah, namun sangat sepi seperti tidak ada yang menghuni nya.
Rasa penasaran ku yang tinggi seakan melupakan arahan yang di berikan teh Ratna tadi saat di bawah, jangan pedulikan apapun selain pekerjaan, namun suasana disana terasa lebih nyaman dan private,aku ingin melihat sekeliling.
Rasa kagum ku terhenti begitu ku dengar sayup sayup suara erangan yang terdengar berat dan lirih dari arah sebuah ruangan.
Aku segera mencari sumber suara,dan semakin terdengar jelas begitu aku mendekati sebuah kamar yang pintunya agak sedikit terbuka, perlahan aku mengintip dari luar,dan betapa aku sangat terkejut dengan apa yang aku lihat di dalamnya,,,,
Bersambung,,
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sebenarnya aku kecewa dengan diri ku sendiri,,
Aku sudah membuat beberapa karya dan hanya baru satu yang selesai sampai end.
Karya ku yang lain terbengkalai begitu saja sampai tengah episode.
Para readers ku sudah pasti sangat kecewa, dan dengan alasan yang sama, inilah kenyataan hidup ku di kehidupan nyata,,
Aku seorang Ibu dengan 5 orang anak dengan kondisi ekonomi yang boleh dibilang pas pas an,aku seorang guru mengaji dengan penghasilan yang tidak menentu,suamiku juga begitu, beliau seorang pekerja freelance yang juga tidak memiliki penghasilan tetap,, lebih tepatnya beliau seorang ustadz,,lalu apa hubungannya dengan hobiku menjadi seorang penulis?
Tentu saja sangat berpengaruh,,Aku bukan ingin mengeluh dengan keadaan ku,tapi aku cukup bangga dan bersyukur dengan kehidupan ku yang sederhana dan apa adanya,,jujur aku menjadi seorang penulis semata mata mencari sampingan untuk mendapatkan penghasilan,dan ternyata tidak semudah itu kawan kawan sekalian,,
Dengan segala keterbatasan fasilitas yang belum aku miliki, ponselku belum secanggih keluaran terbaru, bahkan jika bulan Ramadhan seperti kemarin, Anak sulung ku pulang dari pesantren,dan ponsel ku pun jadi milik nya untuk keperluan setoran hafalan secara online,, itulah kenapa aku selalu terhambat dalam menyelesaikan karya karya ku.
Tapi ah, sudah lah,,kini aku sedang berusaha membangkitkan kembali semangat juangku dalam mencari rupiah,aku hadir kembali bukan untuk menceritakan kisah ku yang biasa biasa saja,,tapi aku merasa kalian harus tahu duduk persoalannya dengan sebenar-benarnya,,aku tahu kalian kecewa dan menganggap ku kurang profesional dalam menulis,, tapi aku berharap kalian akan mengerti dan masih mau menjadi pembaca novel ku kali ini,,aku akan berusaha keras menyelesaikan.
Untuk karya ku yang belum selesai, sengaja aku tunda dulu untuk melanjutkan ide ide yang harus aku tuangkan disana,jujur aku sudah stuck idea dan ingin berusaha membuat karya yang baru saja yang lebih fresh.
Aku masih terus berharap kebaikan hati kalian agar terus mendukung ku dengan menjadi pembaca setia meskipun mungkin karyaku belum seindah para Author profesional 🙏
Untuk kesekian kalinya,,aku mohon maaf dan selamat menikmati kembali kehadiran ku kali ini,,
Karya ku kali ini berjudul "ISTRI KE EMPAT SANG JURAGAN"
Salam santun,,
@UmiKhimchi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments