"Mami...Tian kangen." ujar Bastian saat telponnya diangkat.
"Memang kau kira mami tidak kangen padamu." jawab Delia. "Pulanglah sayang, kau sangat sibuk setahun terakhir. Dan kau malah memilih tinggal sendiri." lanjut Delia.
"Di rumah sudah ada gadis kembar, jika Tian berada di rumah, maka pacar Mila dan Mili akan kabur." jawab Bastian sambil terkekeh.
"Kau sangat pintar mencari alasan sayang." ujar Delia.
Memiliki putri kembar memang sangat menyenangkan bagi Rafael dan Delia. Cristina sekarang berada di Oxford untuk kuliah desain disana. Sedangkan Bastian lebih memilih tinggal sendiri di rumah lama mereka. Rafael dan Delia sangat merasa kehilangan seandainya saja tidak ada kehadiran si kembar yang baru kelas 2 SMP sekarang.
"Lalu kapan kau akan pulang sayang?" tanya Delia.
"Sore ini Tian ingin pulang, Tian kehilangan 2 klien karena kebodohan sekertaris Tian." ujarnya kesal.
Delia terkekeh. "Kau sangat kejam. Kesalahan itu pasti ada sayang." jawab Delia.
"Tidak ada kata maaf jika menyangkut kerugian perusahaan, itu sangat fatal mi. Tian mengemban beban ratusan karyawan." jawab Bastian.
"Mami tahu sayang, tapi kesalahan itu pasti bisa diperbaiki. Lalu apa kau memecat sekertaris pertamamu?" Delia bertanya.
"Tadinya aku berniat seperti itu mi, tapi ternyata ia yang lebih dulu kabur dari perusahaan." ujar Bastian.
"Maksudmu sekertaris pertamamu mengundurkan diri?" tanya Delia.
Bastian terkekeh. "Pertanyaan mami sangat lucu. Tentu saja kabur artinya mengundurkan diri. Lalu apalagi, tak mungkin kabur karena dikejar binatang buas." jawabnya.
"Ya Tuhan, kau galak dengan adikmu. Tapi kau kejam juga diluaran, dan kau memang buas Tian." ujar Delia.
"Mami tega sekali menyamakan Tian dengan binatang buas. Tian harus mencari klien baru untuk menutupi kerugian ini." ujarnya. "Mami masak seafood ya, Tian akan kesana. Tian juga merindukan kakek dan nenek." pinta Bastian.
"Siap pak CEO. hati hatilah dijalan, mami tunggu kedatanganmu." ujar Delia.
"Oke mi, dah." Bastian menutup ponselnya. dan kembali memejamkan matanya sambil bersender di sofa.
*****
Beberapa menit kemudian, Jodhi kembali ke ruangannya dan menunjukkan cv sekertaris barunya.
"Ini pelamar bulan lalu yang paling unggul dari yang lainnya, wanita ini yang aku rekomendasikan saat ini pak, karena terlalu mendadak. Tapi melihat dari hasil wawancaranya, nilainya lebih rendah dari Silvia." Jodhi memberitahu.
"Baiklah kita coba dulu, aku membutuhkannya segera. Karena banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan." ujar Bastian.
"Baik pak." Jodhi pamit undur diri untuk menghubungi sekertaris kedua Bastian. Wanita itu bernama Telly. Bastian menginginkan Telly bisa datang hari ini juga ke perusahaan.
*****
Telly duduk dengan gugup di depan Bastian. Bastian terus menilai penampilan Telly, wanita ini bertubuh sedikit gemuk dan berkacamata. Sangat berbeda dengan foto yang ada di cv nya.
"Jadi ini pertama kalinya kau bekerja di perusahaan." tanya Bastian.
Telly mengangguk. "Ini pertama kalinya saya melamar pekerjaan setelah lulus kuliah pak." jawab Telly.
"Lalu apa yang kau kerjakan sebelumnya?" tanya Bastian lagi.
"Aku penata bunga di toko bunga tante ku." jawab Telly.
"Semoga kau bisa bekerjasama denganku. Pekerjaan disini sangat banyak. Kau bisa sampai bekerja lembur." ujar Bastian.
Telly mengangguk. "Aku akan berusaha yang terbaik pak." jawabnya.
"Coba kau kerjakan dokumen ini. Dan ini jadwal ku selama seminggu kedepan. Kau harus mengingatkan dan mencatat kegiatanku. Kau mengerti." perintah Bastian.
Telly mengangguk dan mengambil dokumen dari tangan Bastian, ia langsung mengerjakan yang ia bisa.
Sudah 2 jam Bastian menunggu di ruangannya. Telly tak kunjung mengantarkan dokumennya. Ia menekan telpon meja yang terhubung langsung ke meja sekertaris. Telly menjawabnya. "Iya pak?"
"Apa dokumen itu terlalu sulit kau kerjakan, aku sudah menunggu selama 2 jam." bentak Bastian.
"Sebentar lagi pak, ini sedang di print." jawab Telly.
Bastian membanting telpon mejanya. "Benar benar lebih bodoh dari Silvia." gumamnya.
*****
Telly menyerahkan dokumennya setelah setengah jam. Bastian memeriksanya. Walaupun kerjanya lambat tapi semuanya benar. "Lain kali lebih cepat, dokumen seperti ini setengah jam harus selesai. Kau mengerti, sekarang kau boleh keluar." ujar Bastian.
Telly mengangguk. "Baik pak." jawab Telly.
Telly menghela nafasnya. Ia sangat takut tadi berhadapan dengan bosnya. Bagaimana ia bisa bertahan menghadapi bos seperti ini. Ia sudah lama tak memegang komputer, tadi sedikit bingung.
"Kau baik baik saja?" tanya Jodhi tiba tiba membuat Telly terkesiap. "Apa aku mengagetkanmu?" tanya Jodhi lagi.
"Maaf pak, tadi aku sedikit melamun. Iya aku baik baik saja." jawab Telly.
Jodhi mengangguk dan masuk ke ruangan Bastian. "Sudah waktunya pulang pak." ujar Jodhi.
"Aku tak bisa pulang tepat waktu gara gara ini." Bastian menyodorkan dokumen itu pada Jodhi. "Menurutmu berapa lama seorang sekertaris mengerjakan ini?" tanya Bastian.
"Satu jam paling lama." jawab Jodhi.
Bastian terkekeh. "Telly mengerjakannya selama 2 jam setengah." ujarnya.
"Apa?" Jodhi terkejut. "Ia mengetik atau tidur?" ujar Jodhi ikut terkekeh.
"Sialan, sampai kapan aku bisa menemukan sekertaris cerdas yang aku inginkan. Jika setiap hari pekerjaannya selambat ini, bagaimana aku mau makan, bertemu klien bahkan pulang tepat waktu." ujar Bastian kesal.
"Aku akan memasang iklan, bersabarlah sampai bulan depan. Aku akan berusaha mencari sekertaris yang baru. Biar Telly akan aku kirim ke bagian lain." ujar Jodhi.
Bastian mengangguk. "Baiklah, sudah waktunya pulang. Aku merindukan mami dan papi. Apa pak Jodhi ingin ikut bertemu mereka?" tanya Bastian.
"Jika diperbolehkan. Aku juga sangat ingin bertemu dengan pak Rafael." jawab Jodhi.
"Tentu saja boleh paman Jodhi, papi pasti sangat senang." kata Bastian mulai memanggilnya dengan paman karena jam kerja usai.
Jodhi tersenyum dan mengikuti Bastian keluar.
"Kau boleh pulang sekarang." perintah Bastian pada Telly. Telly mengangguk dan membungkuk pada Bastian dan Jodhi.
"Kau mengingatkanku pada ayahmu nak Tian." ujar Jodhi.
"Seperti apa papi?" tanya Bastian.
"Sangat mirip denganmu, hanya saja ayahmu tak pernah mengganti sekertarisnya." kata Jodhi.
"Itu karena tante Melia sangat pintar. Aku belum menemukan yang cocok." jawab Bastian.
"Kau benar, Melia sangat cerdas dalam segala hal, sayang sekali ia resign padahal umurnya masih tergolong masih muda saat itu." ujar Jodhi. Keduanya naik mobil dan menuju ke rumah besar Widjaja.
"Tante Melia adalah seorang istri dan ibu yang bertanggung jawab, sejak ia menikah ia kerepotan mengurus pekerjaan dan rumah tangganya. Itulah mengapa ia resign lebih awal." ujar Bastian.
"Kau sangat tahu Tian." ujar Jodhi.
"Papi dan mami sering berbicara soal perusahaan di depanku dan Cristin. Oh ya Tuhan, aku merindukan adik nakal ku itu." jawab Bastian.
"Nak Cristin adalah gadis yang sangat aktif, cerdas dan mandiri. Paman ingat saat ia dibawa ke perusahaan, Cristin berlari dan menabrak beberapa karyawan yang membawa minuman." ujar Jodhi seraya tertawa.
Bastian menggelengkan kepalanya seraya ikut tertawa.
*****
Happy Reading Para Reader setiaku...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
karymu selalu mantabs thor...sdh.menjadi author tav.gw........
2021-01-16
1
Siti Asmaulhusna
😬😬😈
2020-05-24
1
Dinda Nisya
emng gk ada nama lain ya.... gk enak di sebutnya..... telly....🙄
2020-05-16
1