Godaan Sahabat Suamiku
"Eh papah, liat deh ini, ada vitamin penumbuh rambut, oh ya kebetulan rambut mama ini rontok setelah melahirkan, boleh nggak mama beli, tapi pake uang papa?" Tanyaku sembari asyik memainkan ponsel milik sang suami.
" Coba papah lihat, mm. Kelihatannya bagus!" Lirik suamiku melihat ponselnya yang aku pegang.
"Jadi boleh dong, mama beli ini vitamin penumbuh rambut?" Tanyaku lagi, memastikan jika suamiku yang membayarnya.
"Iya boleh, nanti papah transfer uangnya!" Jawaban yang membuat seorang istri senang.
Dalam hitungan menit kupesan langsung vitamin penumbuh rambut itu, kebetulan aku saat itu berniat mencari vitamin rambut yang cocok untuk kulit kepalaku.
Tring ... Tring...
Baru beberapa menit, datang sapaan dari pesan facebook suamiku, karena memang aku memesan lewat aplikasi facebook suamiku.
[Heh kak, apa kabar? Masih ingat nggak sama aku] Pesan sapaan dari facebook suamiku. Yang membuat aku tanpa basa basi bertanya pada suamiku.
"Papah coba lihat deh, dia nyapa papah loh, belum lagi nanyain kabar papah, memangnya papah kenal sama dia?" Tanyaku sedikit memonyongkan bibir atas bawah. Karena yang menyapa begitu akrab adalah seorang wanita.
Terlihat suamiku begitu penasaran.
"Sini coba papah liat! Jawab suamiku melirik ponsel yang sedang aku pegang, dan mengotak atik melihat foto profil orang yang menyapa suamiku lewat facebook.
"Papah kenal tidak? Tanyaku sedikit mengerutkan dahi, menyunggingkan bibir karena rasa kesal tiba tiba datang pada hati ini.
"Oh ini teman papah dulu, ini namanya Lala, jadi mama beli produknya di dia, ya sudah minta no Whatsapp-nya biar kita bisa nawar harga teman hehe! Jawabnya sedikit tertawa kecil.
"Nggak ah, nanti papah malah berkirim pesan padanya." Tolakku.
"Ya sudah kalau mamah nggak mau produknya jadi harga murah, kan papah cuman kasih solusi." Memperlihatkan bibirnya yang monyong itu dihadapanku.
"Iya deh, demi harga murah," Ketusku di hadapan sang suami.
Pada akhirnya kupinta no ponsel wanita itu lewat pesan whatsapp, dan kusimpan di Hp suamiku dan tak lupa di Hp-ku juga, kutanya-tanya harga pada wanita bernama Lala itu, obrolan kita lumayan panjang, sampai dia menawarkan harga lebih murah kepadaku, karena kemungkinan dia tahu, kalau aku istri dari temannya.
Seiring hari berlalu, aku kadang membuat status sehari-hari di WhatsApp, namun tak kusangka dia sering mengomentari statusku dengan sok akrab dan sok berteman.
Dan lagi dia sudah, kuanggap sebagai temanku sendiri.
Aku tak pernah curiga, apa maksud dia mendekati dengan begitu akrab dan ingin tahu kesehari-harian ku.
Malam itu...
Entah kenapa aku ingin sekali melihat ponsel milik suamiku yang tergeletak tak jauh dari sisi tubuhku. Karena kebetulan suamiku tengah keluar sebentar membeli rokok.
Baru saja kulihat sedetik, pesan datang di Aplikasi berwarna hijau.
Yang berkatakan, [hahaha lucu].
Aku heran dengan isi pesan pada ponsel suamiku, kenapa? Apa yang lucu? karena penasaran, kubuka semua isi chatting dari ponsel suamiku.
Kedua mata ini tiba tiba saja membulat, membuat aku terkejut dan benar saja dugaanku dari awal, berbalas pesan lewat status whatsapp, berujung menjadi saling chatting dan sapaan mesra.
Hati yang tadinya tentram seolah menjadi tak beraturan, rasa kesal datang secara spontan tanpa bisa aku tahan. Kubaca setiap isi chatting itu, memang hanya berbalas status Whatsapp tapi kenapa hati ini sakit, apalagi pas tengah jam 2 malam, apa pantas dibilang lucu, Hah.
Memang aku selalu melihat status wanita itu di Whatsapp menceritakan tentang kesedihan dan kegalauan nya. Membuat orang yang membacanya pasti kasihan dan simpati padanya.
Dan kulihat isi chatting suamiku menyemangatinya, kata-kata semangat bukan untuk istrinya melainkan teman wanitanya. Menyebalkan sekali.
*********
[Lagi Apa]
[Sudah Makan kah]
[Semangat kerjanya]
[Mau ditemenin]
Pantaskah seorang lelaki mengatakan seperti itu kepada wanita yang bukan mahramnya, dan dibalas lembut dengan wanita itu.
Jujur saja aku bukan wanita pencemburu, tapi melihat lelaki yang menjadi suamiku seperti itu, membuat hati ini sakit.
"Assalamualaikum, loh mamah belum tidur?" Tanya suamiku. Dimana aku berdiri melirik sekilas ke arahnya.
"Waalaikumsalam!" Kubaringkan tubuhku sejenak. Tak ku jawab pertanyaannya, ku diam kan diriku, agar hatiku sedikit tenang, biar ku tanya besok.
Pagi itu...
Ketika aku sudah selesai membereskan rumah.
"Cie.. Cie.. Yang Chatting saling menyemangati, istri pusing di rumah beres-beres nggak ada hentinya dicuekin, cewek di luar disemangati. Maunya apa sih?" Sindiran kepada suami.
Kulihat mukanya sedikit memerah, diam tanpa berkata sedikitpun.
Kulanjutkan aksiku sindiranku padanya, agar otaknya mengeluarkan asap.
"Duh, balas status sampai jam dua malam. Cewek apakah itu?"
Sepertinya suamiku mulai terpancing dengan sindiran mautku,
Sampai ia berdiri dari tempat duduknya "Apa sih mamah!" Jawabnya sedikit sinis.
" Ya maksud mama ngapain papah? chattingan lucu-lucuan sama cewek tengah malam, saling balas status, memang itu teman papah sih, tapi rasanya tak pantas? Karena isi pesan nya hampir menjerumuskan zina. " Sindiran lagi sedikit berteriak, karena hati sudah geram.
Suamiku hanya diam saja, tak mengabaikan perkataan istrinya, yang dari tadi menyindir habis habisan. Sampai telinga ini terasa memanas, hanya menunggu jawaban.
Suamiku menatap ke arahku sekilas, ia lalu pergi. Sampai aku bergumam dalam hati. "Awas, ya."
Entahlah ini hati tak mau tenang, terus saja memanas, dibolak balikkan akal pikiranku, karena belum menemukan jawaban dari suamiku.
Jujur saja namanya wanita kalau belum tahu jawaban pasti hatinya tidak akan tenang, yang ada marah-marah tidak jelas.
Karna aku belum menemukan jawaban dari suamiku. Memberanikan diri mengirim pesan kepada wanita yang bernama Lala itu.
Saat itu ...
Aku berusaha menenangkan pikiranku, merileks kan sedikit demi sedikit, agar aku tak terpancing dengan emosi yang menggebu-gebu saat ini.
Duduk, menarik napas berulang kali.
[Assalamualaikum, Lala maaf sebelumnya, apa maksud kamu saling mengirim pesan dengan suami saya, dan isi pesan itu sedikit tak wajar bagi saya. Memang kamu berteman sama suami saya, setidaknya kalau penting, yang pentingnya saja nggak harus saling menyapa, saling perhatian saling menyemangati].
Pesan pun terkirim, Namun masih ceklis belum terbuka. Karna hatiku terus saja penasaran, ku kirim lagi pesan kepada dia, biar nanti dia langsung baca semuanya.
[Bukannya saya menuduh kamu, atau menyalakan kamu, apa wajar seorang gadis bercanda dengan seorang pria yang sudah beristri dan mempunyai anak]. Masih ceklis.
[Bagaimana kalau kamu diposisi saya, apa kamu mau suami kamu seperti itu bercanda dengan wanita lain?]
Pesan belum dibuka, masih terlihat ceklis
Resah gelisah, inilah yang aku rasakan sekarang. Tak tenang, membuat keringat dingin terus bercucuran, menunggu balasan dari wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments