NovelToon NovelToon

Godaan Sahabat Suamiku

Bab 1 petaka terjadi

"Eh papah, liat deh ini,  ada vitamin penumbuh rambut, oh ya kebetulan rambut mama ini rontok setelah melahirkan,  boleh nggak mama  beli, tapi pake uang papa?" Tanyaku sembari asyik memainkan ponsel milik sang suami. 

" Coba papah lihat, mm. Kelihatannya bagus!" Lirik suamiku melihat ponselnya yang aku pegang.

"Jadi boleh dong, mama beli ini vitamin penumbuh rambut?" Tanyaku lagi, memastikan jika suamiku yang membayarnya. 

"Iya boleh, nanti papah transfer uangnya!" Jawaban yang membuat seorang istri senang. 

Dalam hitungan menit kupesan langsung vitamin penumbuh rambut itu, kebetulan aku saat itu berniat mencari vitamin rambut yang cocok untuk kulit kepalaku. 

Tring ... Tring...

Baru beberapa menit, datang sapaan dari pesan facebook suamiku, karena memang aku memesan lewat aplikasi facebook suamiku.

[Heh kak, apa kabar? Masih ingat nggak sama aku]  Pesan sapaan dari facebook suamiku. Yang membuat aku tanpa basa basi bertanya pada suamiku.

"Papah  coba lihat deh, dia nyapa papah loh, belum lagi nanyain kabar papah, memangnya  papah kenal sama dia?" Tanyaku sedikit memonyongkan bibir atas bawah. Karena yang menyapa begitu akrab adalah seorang wanita. 

Terlihat suamiku begitu penasaran. 

"Sini coba papah liat! Jawab suamiku melirik ponsel yang  sedang aku pegang, dan mengotak atik melihat foto profil orang yang menyapa suamiku lewat facebook.

"Papah kenal tidak? Tanyaku sedikit mengerutkan dahi, menyunggingkan bibir karena rasa kesal tiba tiba datang pada hati ini. 

"Oh ini teman papah dulu, ini namanya Lala, jadi mama  beli produknya di dia, ya sudah minta no Whatsapp-nya biar kita bisa nawar harga teman hehe! Jawabnya sedikit tertawa kecil. 

"Nggak ah, nanti papah malah berkirim pesan padanya." Tolakku.

"Ya sudah kalau mamah nggak mau produknya jadi harga murah, kan papah cuman kasih solusi."  Memperlihatkan  bibirnya yang monyong itu dihadapanku. 

"Iya deh, demi harga murah," Ketusku di hadapan sang suami. 

Pada akhirnya kupinta no ponsel wanita itu lewat pesan whatsapp, dan kusimpan di Hp suamiku dan tak lupa di Hp-ku juga, kutanya-tanya harga pada wanita bernama Lala itu, obrolan kita lumayan panjang, sampai dia menawarkan harga lebih murah kepadaku, karena kemungkinan  dia tahu, kalau aku istri dari temannya.

Seiring hari berlalu, aku kadang membuat status sehari-hari di WhatsApp, namun tak kusangka dia sering mengomentari statusku dengan sok akrab dan sok berteman.

Dan lagi dia sudah, kuanggap sebagai temanku sendiri.

Aku tak pernah curiga, apa maksud dia mendekati dengan begitu akrab dan ingin tahu kesehari-harian ku.

Malam itu...

Entah kenapa aku ingin sekali melihat ponsel milik suamiku yang tergeletak tak jauh dari sisi tubuhku. Karena kebetulan suamiku tengah keluar sebentar membeli rokok.

Baru saja kulihat sedetik, pesan datang di Aplikasi berwarna hijau. 

Yang berkatakan, [hahaha lucu].

Aku  heran dengan isi pesan pada ponsel suamiku, kenapa? Apa yang lucu? karena penasaran, kubuka semua isi chatting dari ponsel suamiku. 

Kedua mata ini tiba tiba saja membulat, membuat aku terkejut dan benar saja dugaanku dari awal, berbalas pesan lewat status whatsapp, berujung menjadi saling chatting dan sapaan mesra.

Hati yang tadinya tentram seolah menjadi tak beraturan, rasa kesal  datang secara spontan tanpa bisa aku tahan. Kubaca setiap isi chatting itu, memang hanya berbalas status Whatsapp tapi kenapa hati ini sakit, apalagi pas tengah jam 2 malam, apa pantas dibilang lucu, Hah.

Memang aku selalu melihat status wanita itu di Whatsapp menceritakan tentang kesedihan dan kegalauan nya. Membuat orang yang membacanya pasti kasihan dan simpati padanya. 

Dan kulihat isi chatting suamiku menyemangatinya, kata-kata semangat bukan untuk istrinya melainkan teman wanitanya. Menyebalkan sekali. 

*********

[Lagi Apa]

[Sudah Makan kah]

[Semangat kerjanya]

[Mau ditemenin]

Pantaskah seorang lelaki mengatakan seperti itu kepada wanita yang bukan mahramnya, dan dibalas lembut dengan wanita itu. 

Jujur saja aku bukan wanita pencemburu, tapi melihat lelaki yang menjadi suamiku seperti itu, membuat hati ini sakit.

"Assalamualaikum, loh mamah belum tidur?" Tanya suamiku. Dimana aku berdiri melirik sekilas ke arahnya. 

"Waalaikumsalam!" Kubaringkan tubuhku sejenak. Tak ku jawab pertanyaannya, ku diam kan diriku, agar hatiku sedikit tenang, biar ku tanya besok.

Pagi itu...

Ketika aku sudah selesai membereskan rumah.

"Cie.. Cie.. Yang Chatting saling menyemangati, istri pusing di rumah beres-beres nggak ada hentinya dicuekin, cewek di luar disemangati. Maunya apa sih?" Sindiran kepada suami. 

Kulihat mukanya sedikit memerah, diam tanpa berkata sedikitpun.

Kulanjutkan aksiku sindiranku padanya, agar otaknya mengeluarkan asap. 

"Duh, balas status sampai jam dua malam. Cewek apakah itu?"

Sepertinya suamiku mulai terpancing dengan sindiran mautku, 

Sampai ia berdiri dari tempat duduknya "Apa sih mamah!" Jawabnya sedikit sinis.

" Ya maksud mama ngapain papah? chattingan lucu-lucuan sama cewek tengah malam, saling balas status, memang itu teman papah sih, tapi rasanya tak pantas? Karena isi pesan nya hampir menjerumuskan zina. " Sindiran lagi sedikit berteriak, karena hati sudah geram. 

Suamiku hanya diam saja, tak mengabaikan perkataan istrinya, yang dari tadi menyindir habis habisan. Sampai telinga ini terasa memanas,  hanya menunggu jawaban.

Suamiku menatap ke arahku sekilas, ia lalu pergi. Sampai aku bergumam dalam hati. "Awas, ya."

Entahlah ini hati tak mau tenang, terus saja memanas, dibolak balikkan  akal pikiranku, karena belum menemukan jawaban dari suamiku.

Jujur saja namanya wanita kalau belum tahu jawaban pasti hatinya tidak akan tenang, yang ada marah-marah tidak jelas.

Karna aku belum menemukan jawaban dari  suamiku. Memberanikan diri mengirim pesan kepada wanita yang bernama Lala itu.

Saat itu ...

Aku berusaha menenangkan pikiranku, merileks kan sedikit demi sedikit, agar aku tak terpancing dengan emosi yang menggebu-gebu saat ini. 

Duduk, menarik napas berulang kali. 

[Assalamualaikum, Lala maaf sebelumnya, apa maksud kamu saling mengirim pesan dengan suami saya, dan isi pesan itu sedikit tak wajar bagi saya. Memang kamu berteman sama suami saya, setidaknya kalau penting, yang pentingnya saja nggak harus saling menyapa, saling perhatian saling menyemangati]. 

Pesan pun terkirim, Namun masih ceklis belum terbuka. Karna hatiku terus saja penasaran, ku kirim lagi pesan kepada dia, biar nanti dia langsung baca semuanya.

[Bukannya saya menuduh kamu, atau menyalakan kamu, apa wajar seorang gadis bercanda dengan seorang pria yang sudah beristri dan mempunyai anak]. Masih ceklis.

[Bagaimana kalau kamu diposisi saya, apa kamu mau suami kamu seperti itu bercanda dengan wanita lain?]

Pesan belum dibuka, masih terlihat ceklis

Resah gelisah, inilah yang aku rasakan sekarang. Tak tenang, membuat keringat dingin terus bercucuran, menunggu balasan dari wanita itu.

Bab 2 Menunggu balasan.

Pesan  yang aku kirim pada Lala belum juga dibuka olehnya, masih ceklis satu. Aku termenung sendiri di atas sofa, memijat mijat pelan kepala yang terasa berdenyut, menyalahkan diri sendiri. Karena terlalu menuruti perkataan suami. 

"Bodoh. dulu ngapain aku menuruti kata-kata suamiku, minta no hp wanita bernama Lala itu. Harusnya aku tak menyimpan pada ponsel suamiku. Aku kira wanita itu  benar-benar baik dan tak ada niat apapun, menawarkan harga produknya murah hanya karena ia berteman dengan suamiku. Eh ternyata ada maksud tertentu. "

Mengacak rambut dengan kasar, hingga berantakan, aku menggerutu diriku sendiri seperti orang gila. Bikin tangan gatal saja, kalau ketemu kutampar dia, seperti apa sih dia? kelihatan di fotonya cantik tapi tak tahu aslinya. Mm bisa saja cantik karena efek kamera atau efek pemutih bermerkuri. 

Rasa tak sabar terus dirasakan dalam hati ini, menunggu  balasan pesan dari Lala, membuat aku sesekali melirik ponsel," Hah belum juga ada tanda tanda dibaca olehnya."

Bangkit dari atas sofa, aku mulai melangkah kan kaki.  "Daripada kepala ini pusing, kuambil saja ponsel milik suamiku."

Mencari keberadaan  ponsel  itu, dan akhirnya aku melihat ponsel itu tergeletak di atas meja.

"Ponsel milik suamiku  tengah dicas. Kesempatan yang bagus. "

Melirik kesana kemari, takut jika suamiku tahu ponselnya tengah aku pegang. 

Saat inilah. Aku sengaja blokir nomor whatsapp milik wanita bernama Lala itu. Dari ponsel suamiku, lalu kuhapus no teleponnya, beres ...

Aku menaruh lagi ponsel itu, lalu berjalan ke arah kamar,  ternyata suamiku sedang tertidur pulas. 

Aku yang kesal dibuatnya, mencubit hidung suamiku yang sedang tidur. Membuat ia terengah engah dan tertidur lagi.

"Dih tidur lagi, siapa suruh ganjen sama cewek lain, udah tau nggak berduit, pake acara perhatian sama cewek lain hah."

Perasaanku sekarang sedikit tenang, merebahkan tubuh di samping suamiku, sampai di mana?

Suara ponselku berbunyi, Tring .. Tring ..

Membuat aku bangkit dan berkata. 

"Ahah ... Kaya ya itu si Lala, dia pasti membalas pesanku. "

Aku tertawa pelan, mengambil ponsel yang berada di atas meja.

Dan benar saja dugaanku, Lala membalas pesan whatsApp ku.

"Pesan yang kutunggu akhirnya datang juga. "

Membuka layar ponsel, melihat isi balasan dari Lala, wanita itu mengirim sebuah emojik  menangis dengan begitu banyak. Tak lupa dengan perminta maaf kepadaku, karena tidak ada maksud  seperti apa yang dibicarakan olehku. 

[Mbak... Maafkan Lala, Lala  nggak bermaksud seperti itu]. 

 dengan emoji menangis. 

 [Suami Teteh yang suka ngechat  aku dari awal dan ngegoda aku, padahal aku sudah ingetin dia].

 Itulah jawaban Tasya.

Ahahahha. 

Hook, hook.  Aku tertawa terbahak-bahak," bodoh siapa yang mau percaya omongan kamu Lala, orang jelas-jelas di pesannya juga sama-sama salah. Mau membela diri dia. Hahahaha." Menutup mulut, berusaha menghentikan rasa ingin tertawa.

Aku berusaha me-nada  pelankan suaraku, agar suamiku tak bangun

Begitu gatalnya ini tangan dan mulut, aku balas pesannya saat itu juga. 

[Maaf ya Lala sebelumnya, kalau iya kamu berteman dengan suamiku, chat ya yang penting-penting saja, kalau suamiku menggoda kamu tinggal  abaikan saja, jangan dibalas, sedang kan kamu suka ngebales, ya sama-sama ajah salah. Sebagai seorang gadis jagalah harga diri kamu].

Jawabku dengan semangat. Entah apa jawabanya nanti, aku sudah tak sabar.  Seperti orang yang akan memenangkan Lotre.

[Ya  maaf, padahal aku udah larang suami Mbak untuk tidak menggodaku  ataupun perhatian padaku, aku punya buktinya!].

Jawab pesan Lala  lagi, ia berusaha meyakinkanku dengan perkataan, agar aku percaya pada dia. Tapi sayangnya itu tak mungkin. 

[Kalau iya coba kirimkan ss pesan suamiku.] ucapku menyuruh dia mengirim bukti jika ia tidak salah. 

[Udah ke hapus Mbak!] emoji dengan gambar tangan seperti minta maaf. 

Sudah di hapus, ahk alasan aja. Ngomong saja takut gitu, dasar muka polos polos. Edan.

Kubuat drama agar dia mengaku. Mencoba mengecohkan.

[Ta-pi, suamiku bilang kamu yang suka chat duluan].  Pesan terkirim, aku penasaran dengan jawaban si Lala itu.

[Ya Ampun Mbak. Nggak bener, suami Mbak yang gitu,  dan lagi suami Mbak dah blokir nomor aku].  Jawabnya lagi dengan emoji menangis.

Aku hanya cengengesan sendiri, membaca pesan dari Lala. Padahal aku yang sudah memblokir no dia di ponsel suamiku. Dan kenapa aku blokir? Aku sudah tahu kamu pasti akan mengadu pada suamiku.

Gumamku dalam hati.

Hati yang memang sudah kesal karena kebohongan wanita itu, membuat aku menyindir halus. 

[Saya heran sama kamu, sudah tahu suami saya menggoda kamu, terus kamu tadi bilang kamu ngasih tahu suami saya jangan  ngegoda kamu, lantas kenapa kamu masih ngajak bercanda suami saya dan menyemangati suami saya lewat ngomen status, sama ajah kamu membuka peluang untuk suami saya]. Ku balas pesan dia dengan sedikit bernada kesal dan jengkel.

[Mbak, tenang saja, aku sudah punya calon kok, aku nggak punya maksud kepada suami Mbak]. Balas nya lagi. Ia terlihat menyakinkan diri jika dirinya tidak bermaksud mendekati suamiku. 

  Hmm .... Aku balas lagi apa tidak ya? Berpikir sejenak, sudah tahu punya calon ngapain coba masih asik balas status whatsapp, sampai ujungnya keterusan, sama suami orang hampir setiap hari lagi. Padahal dia masih gadis masih banyaklah brondong yang bisa dia deketin dalam perhatiannya, bukan suami orang. Kaya nggak laku saja jadi cewek. 

Dan lagi inii cewek dimana sih letak pikirannya. 

katanya suka ngelarang tapi kok, sampai saat ini masih ngechat suami orang. 

Coba kalau tidak aku hentikan, nanti jadinya seperti apa?

Padahal dulu dia sering banget curhat kepadaku, tentang masalahnya dan keluarganya, sampai dari sana aku berpikir bahwa dia orang baik

Tring... Tring..

[Mbak  percaya  ya sama aku, Lala yakin suami teteh bakal setia]. Pesan  dari gadis itu datang lagi. 

[Emh, dari mana kamu tahu suami saya setia, emang kamu pernah pacaran sama suami saya]. Tanyaku sembari fokus melihat layar ponsel bertandakan mengetik.

[Maafin aku, Mbak].

 Dengan emoji menangis lagi.

 [Aku nggak bermaksud begitu]. Jawabnya lagi.

Lama-lama aku kasihan sama dia, tapi setengah hati masih kesal dengan sikapnya, di Whatsapp, berapa kali dia mengomentari status suamiku dan pas sekali ponsel suamiku di tanganku, jam nya pun kadang jam 10 malam, apa -apaan kan membuat ku geram sekali.

Padahal dia berteman di Whats-Appku juga, tapi keseringan membalas di Whatsapp suamiku.

Apa maksudnya, ingin diperhatikan. Apa gimana? Kurang belaian, karena belum punya pasangan, jadi anunya kering kerontang berjamur gitu. Saking kesalnya aku meluapkan semuanya, sampai beristighfar beberapa kali. 

Memohon ampun dengan perkataanku yang tak pantas ini. 

Tring... Tring .

[Mbak, Maafin aku, Mbak blokir ajah nomor aku]. Pesannya lagi masih menggunakan emoji menangis. Kenapa selalu emoji menangis, lebay amat sih. 

[Aku gak ada niatan merusak rumah tangga, Mbak!]

[ Maafin Lala?]

[Mbak .... ]

Karena aku masih berbaik hati, aku mulai memaafkan gadis itu. 

[Ya sudah saya maafin!] Balas ku setengah hati.

Namun aku tak blokir nomor gadis itu,  masih ada rasa curiga dengan tingkahnya dipesan Whatsaap.

Yang seperti orang pura-pura sok manis, dan aku masih penasaran sebenarnya suami aku dan si Lala ini sampai sejauh mana?

Bab 3 Debat

Menaruh ponsel di atas meja, aku menghentikan obrolan pesan bersama si Lala itu. Gadis yang selalu membuat kegalauan yang katanya sudah punya calon. 

Hah, entah benar atau tidaknya, aku tak tahu. Takutnya berujung fitnah. Mengusap dada bidang,  mulai merebahkan kembali tubuh ini di samping badan suamiku. Menatap langit langit, dimana aku menggerutu kesal di dalam hati. 

"Huu ... Sebenarnya aku masih penasaran dengan jawaban suamiku.

Aku ingin mendengarkan jawaban  dari mulut suamiku langsung, kalau dia tak mengaku, bisa-bisa ku oseng mulutnya. Akan ku tanya lagi suamiku yang hanya diam kalau ditanya tentang si Lala, gadis lugu lugu edan itu."

Meraih ponsel kembali, aku tersenyum sinis, dimana tangan suamiku kini memeluk tubuhku.

"Untung ada bukti, sudah aku kumpulkan, screenshoot, bekas chatting, dan tak lupa pengakuan wanita bernama Lala itu." Menatap sekilas ke arah suamiku yang tertidur lelap, memelototinya, menyunggingkan bibir, " Heh, laki, jangan main-main dengan wanita."

Aku tak mungkin menjadi seorang wanita yang berdrama  seperti sinetron yang ada di canel ikan mengambang di air sumur, yang rela disakitin, dipoligami, yang sabar, dan selalu menangis.

Tidak mungkin, dan jangan sampai, kalau semua terjadi, duh malu aku. Sama yang baca alur cerita ini. 

Dan sekarang. 

Aku punya caraku sendiri, membasmi gadis sok lugu itu. Kalau dia memulai lagi. 

Karna sibuk dengan masalahku sendiri, aku sampai lupa memperkenalkan diri, namaku Alena dan suamiku bernama Raka, aku menikah sekitar tiga tahun, dan dikaruniai anak laki-laki bernama Putra, yang berumur menginjak 3 bulan masih lucu-lucunya.

Aku menerima suamiku  apa adanya tanpa melihat materi, karena aku yakin materi bukan segalanya, namun kesetiaan seorang pria-lah yang membuat segalanya menjadi indah.

Itu menurutku, dan entahlah kalau menurut wanita lain di luar sana.

Memang dari awal pertama menikah, aku dikagetkan dengan mantan Mas Raka yang memberi selamat lewat Inbox Facebook, wanita itu bernama Wina,  kenapa aku bisa tau, jelas aku tahu ponsel Mas Raka  sedang berada di tanganku, dan saat itulah  datang pesan masuk, melirik sedikit, kelihatan pemberitahuan dari aplikasi facebook suamiku

Dan parahnya lagi, Mas Raka malah membalas pesan dari mantan pacarnya itu. Sampai panjang lebar, Mm … siapa yang tak sakit hati coba, sampai aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan.

Namun Mas Raka menolak, karena sebagian undangan sudah tersebar.

Pada akhirnya Mas Raka meminta maaf, ia berkata semua hanya kesalahpahaman saja. 

Aku berkata tegas, sampai Mas Raka bersujud meminta maaf terus menerus. 

Bukan itu saja, aku malah semakin geram, wanita itu membalas pesan suamiku, 

Kalau memang masih ada hal yang belum tuntas diselesaikan, aku tak mau dalam pernikahanku ada sebuah cela yang membuat kehancuran dan membuat aku menyesal di kemudian hari. 

Karena wanita mana yang tidak sakit hati, bila laki laki yang mau menikah dengannya malah berkirim pesan dengan sang mantan dan membahas akan masa lalu. Rasanya ingin ku lempar ponsel milik Mas Raka. 

 "Emh ada cewek tuh, ngasih selamat, belum lagi mengenang masa lalu! Plis deh mantan itu sampah tak perlu lah mengenang masa lalu. Jijik liatnya?" Sindiran, walau Mas Raka sudah bersujud dan meminta maaf. Tetap saja wanita itu selalu mengungkit ketika tersakiti. 

"Apa lagi?" Tanya Mas Raka merasa sudah cukup meminta maaf padaku. 

"Apa marah? Tersinggung, udah tahu mantan masih ajah diladenin." Aku pun berlalu pergi, dan  Mas Raka hanya menggeleng-geleng kepala.

"Kok manyun sih! Maaf ya sayang, tadinya cuman bercanda doang. Kan Mantan juga bisa jadi teman." ucap suamiku sembari mengusap-ngusap rambutku dengan lembut. Ia mencubit hidungku dan berucap lagi, "  Padahal tadi sudah minta maaf loh masih, diungkit ungkit terus. "

"Ya makanya jadi laki itu jangan bikin cewek sakit hati, jadinya kan diungkit terus. Satu lagi, mana ada mantan jadi teman, mantan itu musibah dan hanya menjadi benalu, bagi kehidupan kita." jawabku sambil menyingkirkan tangan  Mas Raka. 

Sampai saat itulah,  aku blokir semua mantan-mantan suamiku  yang berteman di facebook," siapa suruh sok akrab, sorri ya, mantan itu musibah. Karena di dunia ini tak ada yang namanya lawan jenis berteman, kan sudah dijelaskan kalau seorang laki laki dan perempuan belum menikah bercanda, bergurau itu dosa. Dan sudah masuk namanya Zina."

Setelah memblokir semua mantan suamiku yang menjadi pengganggu, mereka kini mengirim pertemanan kepadaku. Menarik, namun sudah kuhapus, inilah diriku. 

Kalau temannya ya boleh-boleh ajah asal jangan melampaui batas, kalau sampai melampaui  batas tak kugorok mereka.

Alenta dilawan ...

Sedangkan di pernikahanku yang ketiga tahun ini, aku dihadapkan dengan sosok wanita yang lemah lembut, sok akrab sok perhatian, dan membuat aku percaya.  

Sampai aku mengomel kesal dan berkata," Apa ini yang disebut wanita munafik, luarnya saja bagus dalamnya busuk."

Hari-hari masih seperti biasa, tak ada tanda suamiku marah-marah dan hanya melihat kontak ponselnya saja. Membuat aku semakin penasaran dan merayunya. 

"Kenapa papah sayang, lagi galau ya?" Tanyaku memperlihatkan perhatian lebih dihadapannya. 

"Emh ... "

Hanya berdehem saja, menggelengkan kepala, melihat Mas Raka terlihat begitu tak bersemangat. 

Sampai suara tangisan anakku terdengar nyaring. 

Oa ... Oa , aku berlari menghampiri anakku di dalam kamar. 

"Duhh, Putra sayang kenapa?"

Menggendongnya menenangkan dalam pangkuanku.  Dimana Mas Raka berteriak. 

"Kenapa putra dari tadi nangis terus?" Tanya Suamiku. 

Aku geram dengan pertanyaanya yang berteriak, membuat aku berteriak balik saat membalas perkataan suamiku. 

"Jelas nangis terus, orang papahnya seneng-seneng terus sama cewek lain, Putra Pun tahu apa yang dirasakan mamanya!" Jawabku sambil menggendong putra. Ke hadapan Mas Raka. 

Mas Raka terlihat diam setelah mendengar ocehanku. Ia seperti malu dan tak berani membantah. 

"Kenapa? Gak suka, ngomong ajah! Celetukku sinis.

"Maunya apa sih marah-marah terus?" Tanya balik pria yang menjadi suamiku.

"Ya, jelas istri marah-marah, suaminya banyak tingkah! Jawabku duduk, untuk menyusui Putra yang terus menangis.

Aku pun bergegas untuk  menidurkan anakku lagi, dan ingin menanyakan soal gadis bernama Lala itu kepada suamiku.

"Sebenarnya ada maksud apa papah sama si Lala, gadis kecentilan itu. Kalau mama punya salah sama papah, ngomong, atau ada kekurangan dalam diri mama, ngomong. "

Karena teriakanku membuat Putra menangis lagi, aku kini mengayun tubuh anakku agar terlelap tidur kembali. 

" Mama mau tanya sama papah. Kurang apa mama selama ini, sabar dalam hal materi, tak pernah melarang papah pergi kemana-mana. Maksud papah  apa menggoda si Lala, papah suka sama dia? Atau jangan-jangan papah punya hubungan spesial sama dia? Tanyaku sedikit tegas.

"Apa lagi mama ini, kan sudah papah jelaskan,  si Lala yang yang menggoda duluan!" Jawab Mas Raka dengan begitu santai. Tanpa memperlihatkan raut wajah bersalahnya. 

"Sudahlah, jangan mengelak, salah ya ngaku salah saja, jangan membela diri kaya si Lala itu, asal papah tahu si Lala ngomong kalau  papah  menggoda si Lala duluan, sok muna!" Ucapku sedikit kesal. Berharap jika suamiku menyadari kesalahanya. 

Namun pada kenyataanya, " Papah mau pergi pusing dengar kamu ngoceh-ngoceh mulu." Suamiku berlalu pergi meninggalkan aku yang sendari tadi meluapkan amarahnya.

"Mas, jangan pergi begitu saja, ayo jelaskan dong."

"Percuman dijelakanpun kamu tidak akan mengerti. "

Suamiku pergi entah kemana hingga ia lupa membawa ponselnya, baru saja ku lirik sebentar, terdengar pemberitahuan lewat Aplikasi Instagram suamiku. Siapakah itu??

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!