Pesan yang aku kirim pada Lala belum juga dibuka olehnya, masih ceklis satu. Aku termenung sendiri di atas sofa, memijat mijat pelan kepala yang terasa berdenyut, menyalahkan diri sendiri. Karena terlalu menuruti perkataan suami.
"Bodoh. dulu ngapain aku menuruti kata-kata suamiku, minta no hp wanita bernama Lala itu. Harusnya aku tak menyimpan pada ponsel suamiku. Aku kira wanita itu benar-benar baik dan tak ada niat apapun, menawarkan harga produknya murah hanya karena ia berteman dengan suamiku. Eh ternyata ada maksud tertentu. "
Mengacak rambut dengan kasar, hingga berantakan, aku menggerutu diriku sendiri seperti orang gila. Bikin tangan gatal saja, kalau ketemu kutampar dia, seperti apa sih dia? kelihatan di fotonya cantik tapi tak tahu aslinya. Mm bisa saja cantik karena efek kamera atau efek pemutih bermerkuri.
Rasa tak sabar terus dirasakan dalam hati ini, menunggu balasan pesan dari Lala, membuat aku sesekali melirik ponsel," Hah belum juga ada tanda tanda dibaca olehnya."
Bangkit dari atas sofa, aku mulai melangkah kan kaki. "Daripada kepala ini pusing, kuambil saja ponsel milik suamiku."
Mencari keberadaan ponsel itu, dan akhirnya aku melihat ponsel itu tergeletak di atas meja.
"Ponsel milik suamiku tengah dicas. Kesempatan yang bagus. "
Melirik kesana kemari, takut jika suamiku tahu ponselnya tengah aku pegang.
Saat inilah. Aku sengaja blokir nomor whatsapp milik wanita bernama Lala itu. Dari ponsel suamiku, lalu kuhapus no teleponnya, beres ...
Aku menaruh lagi ponsel itu, lalu berjalan ke arah kamar, ternyata suamiku sedang tertidur pulas.
Aku yang kesal dibuatnya, mencubit hidung suamiku yang sedang tidur. Membuat ia terengah engah dan tertidur lagi.
"Dih tidur lagi, siapa suruh ganjen sama cewek lain, udah tau nggak berduit, pake acara perhatian sama cewek lain hah."
Perasaanku sekarang sedikit tenang, merebahkan tubuh di samping suamiku, sampai di mana?
Suara ponselku berbunyi, Tring .. Tring ..
Membuat aku bangkit dan berkata.
"Ahah ... Kaya ya itu si Lala, dia pasti membalas pesanku. "
Aku tertawa pelan, mengambil ponsel yang berada di atas meja.
Dan benar saja dugaanku, Lala membalas pesan whatsApp ku.
"Pesan yang kutunggu akhirnya datang juga. "
Membuka layar ponsel, melihat isi balasan dari Lala, wanita itu mengirim sebuah emojik menangis dengan begitu banyak. Tak lupa dengan perminta maaf kepadaku, karena tidak ada maksud seperti apa yang dibicarakan olehku.
[Mbak... Maafkan Lala, Lala nggak bermaksud seperti itu].
dengan emoji menangis.
[Suami Teteh yang suka ngechat aku dari awal dan ngegoda aku, padahal aku sudah ingetin dia].
Itulah jawaban Tasya.
Ahahahha.
Hook, hook. Aku tertawa terbahak-bahak," bodoh siapa yang mau percaya omongan kamu Lala, orang jelas-jelas di pesannya juga sama-sama salah. Mau membela diri dia. Hahahaha." Menutup mulut, berusaha menghentikan rasa ingin tertawa.
Aku berusaha me-nada pelankan suaraku, agar suamiku tak bangun
Begitu gatalnya ini tangan dan mulut, aku balas pesannya saat itu juga.
[Maaf ya Lala sebelumnya, kalau iya kamu berteman dengan suamiku, chat ya yang penting-penting saja, kalau suamiku menggoda kamu tinggal abaikan saja, jangan dibalas, sedang kan kamu suka ngebales, ya sama-sama ajah salah. Sebagai seorang gadis jagalah harga diri kamu].
Jawabku dengan semangat. Entah apa jawabanya nanti, aku sudah tak sabar. Seperti orang yang akan memenangkan Lotre.
[Ya maaf, padahal aku udah larang suami Mbak untuk tidak menggodaku ataupun perhatian padaku, aku punya buktinya!].
Jawab pesan Lala lagi, ia berusaha meyakinkanku dengan perkataan, agar aku percaya pada dia. Tapi sayangnya itu tak mungkin.
[Kalau iya coba kirimkan ss pesan suamiku.] ucapku menyuruh dia mengirim bukti jika ia tidak salah.
[Udah ke hapus Mbak!] emoji dengan gambar tangan seperti minta maaf.
Sudah di hapus, ahk alasan aja. Ngomong saja takut gitu, dasar muka polos polos. Edan.
Kubuat drama agar dia mengaku. Mencoba mengecohkan.
[Ta-pi, suamiku bilang kamu yang suka chat duluan]. Pesan terkirim, aku penasaran dengan jawaban si Lala itu.
[Ya Ampun Mbak. Nggak bener, suami Mbak yang gitu, dan lagi suami Mbak dah blokir nomor aku]. Jawabnya lagi dengan emoji menangis.
Aku hanya cengengesan sendiri, membaca pesan dari Lala. Padahal aku yang sudah memblokir no dia di ponsel suamiku. Dan kenapa aku blokir? Aku sudah tahu kamu pasti akan mengadu pada suamiku.
Gumamku dalam hati.
Hati yang memang sudah kesal karena kebohongan wanita itu, membuat aku menyindir halus.
[Saya heran sama kamu, sudah tahu suami saya menggoda kamu, terus kamu tadi bilang kamu ngasih tahu suami saya jangan ngegoda kamu, lantas kenapa kamu masih ngajak bercanda suami saya dan menyemangati suami saya lewat ngomen status, sama ajah kamu membuka peluang untuk suami saya]. Ku balas pesan dia dengan sedikit bernada kesal dan jengkel.
[Mbak, tenang saja, aku sudah punya calon kok, aku nggak punya maksud kepada suami Mbak]. Balas nya lagi. Ia terlihat menyakinkan diri jika dirinya tidak bermaksud mendekati suamiku.
Hmm .... Aku balas lagi apa tidak ya? Berpikir sejenak, sudah tahu punya calon ngapain coba masih asik balas status whatsapp, sampai ujungnya keterusan, sama suami orang hampir setiap hari lagi. Padahal dia masih gadis masih banyaklah brondong yang bisa dia deketin dalam perhatiannya, bukan suami orang. Kaya nggak laku saja jadi cewek.
Dan lagi inii cewek dimana sih letak pikirannya.
katanya suka ngelarang tapi kok, sampai saat ini masih ngechat suami orang.
Coba kalau tidak aku hentikan, nanti jadinya seperti apa?
Padahal dulu dia sering banget curhat kepadaku, tentang masalahnya dan keluarganya, sampai dari sana aku berpikir bahwa dia orang baik
Tring... Tring..
[Mbak percaya ya sama aku, Lala yakin suami teteh bakal setia]. Pesan dari gadis itu datang lagi.
[Emh, dari mana kamu tahu suami saya setia, emang kamu pernah pacaran sama suami saya]. Tanyaku sembari fokus melihat layar ponsel bertandakan mengetik.
[Maafin aku, Mbak].
Dengan emoji menangis lagi.
[Aku nggak bermaksud begitu]. Jawabnya lagi.
Lama-lama aku kasihan sama dia, tapi setengah hati masih kesal dengan sikapnya, di Whatsapp, berapa kali dia mengomentari status suamiku dan pas sekali ponsel suamiku di tanganku, jam nya pun kadang jam 10 malam, apa -apaan kan membuat ku geram sekali.
Padahal dia berteman di Whats-Appku juga, tapi keseringan membalas di Whatsapp suamiku.
Apa maksudnya, ingin diperhatikan. Apa gimana? Kurang belaian, karena belum punya pasangan, jadi anunya kering kerontang berjamur gitu. Saking kesalnya aku meluapkan semuanya, sampai beristighfar beberapa kali.
Memohon ampun dengan perkataanku yang tak pantas ini.
Tring... Tring .
[Mbak, Maafin aku, Mbak blokir ajah nomor aku]. Pesannya lagi masih menggunakan emoji menangis. Kenapa selalu emoji menangis, lebay amat sih.
[Aku gak ada niatan merusak rumah tangga, Mbak!]
[ Maafin Lala?]
[Mbak .... ]
Karena aku masih berbaik hati, aku mulai memaafkan gadis itu.
[Ya sudah saya maafin!] Balas ku setengah hati.
Namun aku tak blokir nomor gadis itu, masih ada rasa curiga dengan tingkahnya dipesan Whatsaap.
Yang seperti orang pura-pura sok manis, dan aku masih penasaran sebenarnya suami aku dan si Lala ini sampai sejauh mana?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments