Pagi itu…
"Mama, maksud mama apa, mama ngapain membalas pesan dari Lala di instagram." Tanya Mas Raka memperlihatkan raut wajah kesalnya, dimana aku memutarkan bola mata, lupa tidak menghapus bekas percakapanku dengan gadis gila itu.
Menempelkan kedua tangan, merasa besalah.
"Yah dia chat duluan, ya udah, mama balas.
Emangnya kenapa?" Jawabku sedikit menyunggingkan bibir, menatap sinis ke arah Mas Raka, yang terlihat gelisah.
"Ta-pi nggak seharusnya dibalas seperti ini, mama ... !" Tegas Mas Raka mengelap kasar wajahnya.
"Terus ... Harus bagaimana? Memangnya papah kalau di chatting kaya gitu, langsung sigap blokir nomor, nggak kan, pastinya papah ladenin. Papah itu sama aja, nggak tahu malu." Balasku bernada kesal di hadapan Mas Raka.
"Ya, ta-pi ..." Mas Raka terlihat membantah pembicaraanku, dimana aku memotong pembicaraan-nya dengan lancang.
"Ta-pi apa? Papah mau belain cewek gila bernama Lala itu?"
"Mamah itu bikin pusing kepala papah saja!" Ucap Mas Raka memijat mijat kepalanya yang terasa berdenyut.
Dimana aku tertawa terbahak bahak dihadapannya, "Akhahahh, sudahlah pah! Kenapa juga papah harus pusing, tinggal samperin saja dia, ngomong baik-baik supaya si Lala itu nggak ganggu lagi keluarga kita," Ucap Ku menatap Mas Raka yang terlihat kebingungan.
"Ya sudah, besok kita samperin ke rumahnya, untuk menjelaskan semuanya!" Jawab Mas Raka terlihat lemas.
"Memangnya si Lala itu siapa papah, sampai begitu ingin ketemunya sama papah." Mas Raka menatap ke arahku, saat aku berulang kali menyindirnya.
"Mah, sudahlah jangan bahas si Lala itu." Tegas suamiku. Dia kini menatap ke arah wajahku menyelesaikan perkataan yang sempat tertunda. " Sudahlah papah sudah katakan berulang kali, dia itu teman papah. "
"Temen apa demen, segitunya pengen dikasih perhatian sama suami orang. Gak malu apa, kaya nggak punya harga diri aja, apalagi yang jadi cowoknya nggak tau malu udah tahu punya istri sama anak masih aja diladenin." Sindiranku semakin menjadi jadi, sembari berlalu pergi meninggalkan Mas Raka yang terlihat stress.
Masuk ke dalam kamar, bersiap siap mengganti baju, tak lupa mendandani Putra agar terlihat rapi dan wangi. Ada bagusnya juga suamiku tahu semua isi pesan itu, jadi dengan gampangnya, aku bisa menyusun sebuah rencana dengan begitu mudahnya. Semua sudah beres, aku tinggal menggendong anakku. Untuk bersiap siap, menemui si wanita gila itu.
"Mama mau kemana?" Teriak Mas Raka memanggil-manggil namaku, kulirik ia sekilas, sembari tertawa pelan. " Terpencing deh."
"Ya kan kita mau ke rumah Lala, Mas, istrimu udah kelihatan cantik begini, ya sudah kamu cepat ganti bajumu, mas?" Jawabku sinis.
Perlahan kutatap wajah anakku yang terlihat begitu lucu, tersenyum kepadanya dan berkata
" Putra anakku sayang, kita jalan-jalan yuk sembari olahraga mulut, sama wanita yang bernama Lala itu, dia itu harus diberi pelajaran." ucapku pada Putra.
Terlihat anakku mendengar ibunya ini berbicara, hanya tersenyum-senyum kalanya bayi yang sedang diajak bermain.
Mas Raka kini keluar dari kamarnya, ia terlihat mengenakan kemeja," Ngapain sih pake kemeja, kaya orang yang mau ngelamar saja, cepat ganti. "
"Kan biar terlihat rapi, mama. "
"Dih, nggak harus pake kemeja juga kali. Cepat ganti, atau mama robek tuh kemeja kesayangan papa. "
"Ya jangan dong, mah. "
"Makanya nurut, ganti cepat pake kaos biasa. "
"Nantinya dibilang nggak sopan loh. "
"Emang datang ke mertua, ini kan ke rumah si Lala, sudah cepat ganti. "
Mas Raka kini mengganti bajunya, ia terlihat cemberut saat aku memarahinya untuk merubah penampilan.
Sepuluh menit kemudian, Mas Raka keluar dari dalam kamar dengan memakai baju biasa.
Namun dari gayanya sudah terlihat mempesona padahal hanya memakai kaos saja.
"Pakai ini?"
Aku menunjukkan jempol tanganku dihadapan Mas Raka, dimana ia menurut dan tersenyum tipis di hadapanku.
Hari sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, aku dan Mas Raka berangkat menuju lokasi perumahan Lala. Tak sabar ingin melihat wajah asli wanita itu,
Sesampainya di lokasi, aku mendadak ijin ke suami untuk membeli makanan di toko terdekat.
"Pah, mama beli dulu makanan, malu lah kita nggak bawa apa-apa?" Ucapku pada Mas Raka yang tengah mengendarai motor.
"Tanggung udah mulai dekat Ma!" Sahut Mas Raka dengan berisiknya gemuruh angin dan suara motornya.
"Ya sudah." ucap pelanku.
Sesampai di depan perumahan. Aku melihat toko buah dimana motor Mas Raka berhenti sejenak, kuhampiri toko buah dengan menggendong Putra, tanpa menoleh ke arah suamiku.
Mas Raka kini menahan tanganku, "Eh, mama mau kemana?" tanya Suamiku yang baru saja menstandarkan motornya.
"Ini mama mau kesana dulu!" jawabku melepaskan tangan Mas Raka
"Aduh, mama . Kebiasaan baru saja sampai motor baru di standarin udah nyelonong turun tanpa pamit, ditanya pergi gitu aja."
Aku tersenyum kecil mendengar suamiku mengoceh.
Sampai di toko buah, aku melihat sosok seorang wanita menghampiri suamiku.
"Apa dia wanita yang bernama Lala?"
" Kakak." Teriak gadis yang berdiri melambay-lambay tangan. Aku mendengar gadis itu memanggil suamiku dengan sebutan kakak membuat aku jijik.
Ingin rasanya melemparkan buah jeruk yang aku genggam pada wajahnya.
Dari aku juga melihat suamiku melirik-lirik gadis yang melambaikan tangan itu.
Memilih buah buahan, membuat aku tak fokus karena Gadis itu pun menghampiri Mas Raka yang dari tadi duduk santai di motor depan perumahan, dengan lari kegirangan, tanpa menoleh kekanan dan kekiri. Aku menyumpahi dia jatuh ke atas tanah, mencium tai ayam.
Gaya larinya itu terlihat seperti cacing kepanasan, bergeliat sambil teriak teriak.
Sampai.
Brakk ….
Bahahaha. Aku tertawa terbahak bahak melihat gadis itu terjatuh mencium tanah, Mas Raka beranjak berdiri, ia menghampiri Lala.
Terlihat suamiku begitu perhatian, membuat aku melemparkan jeruk yang aku genggam sampai pecah.
"Bang, cepat bungkus. "
"Baik. Bu. "
Penjual buah buahan itu, membungkus jeruk yang aku pesan, terlihat dari kejauhan, Mas Raka dirayu oleh Lala.
Terlihat jika wanita itu memukul mukul manja bahu suamiku, " Centil sekali si Lala itu. "
Rasa kesal semakin memburu hatiku, membuat perasaan sebagai seorang istri tak menentu.
Aku berjalan berteriak memanggil Mas Raka, agar menungguku, namun gadis itu malah menarik tangan suamiku untuk menaiki motor.
Saat melintas, banyak motor dan mobil melintas, membuat aku begitu susah melintas.
"Mas Raka. "
Memanggil Mas Raka berulang kali, tetap saja suamiku tak melirik ke arahku.
"Suamiku ini kenapa sih, budek ya. Dipanggil beberapa kali, nggak nengok nengok. "
Gadis itu malah semakin menjadi jadi, ia naik pada motor suamiku, dimana Mas Raka hanya menurut seperti orang bodoh.
"Belegug sia mas."
Kata kata kasar keluar begitu saja, membuat aku mengepalkan kedua tangan.
Mas Raka menyalakan mesin motornya, ia pergi bersama dengan Lala, dimana gadis itu ternyata menyadari keberadaanku.
Ia melambaikan tangan dan tersenyum ke arahku.
"Aduh sial sekali, bukannya menjebak malah kena jebak?" Menggerutu kesal diri sendiri, kini aku melintas, mengejar suamiku yang sudah membonceng Lala.
Dengan terpaksa aku berjalan mencari perumahan gadis itu, dan mudah mudahan saja Mas Raka tahan akan godaan si gadis gila itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments