Bab 3 Debat

Menaruh ponsel di atas meja, aku menghentikan obrolan pesan bersama si Lala itu. Gadis yang selalu membuat kegalauan yang katanya sudah punya calon. 

Hah, entah benar atau tidaknya, aku tak tahu. Takutnya berujung fitnah. Mengusap dada bidang,  mulai merebahkan kembali tubuh ini di samping badan suamiku. Menatap langit langit, dimana aku menggerutu kesal di dalam hati. 

"Huu ... Sebenarnya aku masih penasaran dengan jawaban suamiku.

Aku ingin mendengarkan jawaban  dari mulut suamiku langsung, kalau dia tak mengaku, bisa-bisa ku oseng mulutnya. Akan ku tanya lagi suamiku yang hanya diam kalau ditanya tentang si Lala, gadis lugu lugu edan itu."

Meraih ponsel kembali, aku tersenyum sinis, dimana tangan suamiku kini memeluk tubuhku.

"Untung ada bukti, sudah aku kumpulkan, screenshoot, bekas chatting, dan tak lupa pengakuan wanita bernama Lala itu." Menatap sekilas ke arah suamiku yang tertidur lelap, memelototinya, menyunggingkan bibir, " Heh, laki, jangan main-main dengan wanita."

Aku tak mungkin menjadi seorang wanita yang berdrama  seperti sinetron yang ada di canel ikan mengambang di air sumur, yang rela disakitin, dipoligami, yang sabar, dan selalu menangis.

Tidak mungkin, dan jangan sampai, kalau semua terjadi, duh malu aku. Sama yang baca alur cerita ini. 

Dan sekarang. 

Aku punya caraku sendiri, membasmi gadis sok lugu itu. Kalau dia memulai lagi. 

Karna sibuk dengan masalahku sendiri, aku sampai lupa memperkenalkan diri, namaku Alena dan suamiku bernama Raka, aku menikah sekitar tiga tahun, dan dikaruniai anak laki-laki bernama Putra, yang berumur menginjak 3 bulan masih lucu-lucunya.

Aku menerima suamiku  apa adanya tanpa melihat materi, karena aku yakin materi bukan segalanya, namun kesetiaan seorang pria-lah yang membuat segalanya menjadi indah.

Itu menurutku, dan entahlah kalau menurut wanita lain di luar sana.

Memang dari awal pertama menikah, aku dikagetkan dengan mantan Mas Raka yang memberi selamat lewat Inbox Facebook, wanita itu bernama Wina,  kenapa aku bisa tau, jelas aku tahu ponsel Mas Raka  sedang berada di tanganku, dan saat itulah  datang pesan masuk, melirik sedikit, kelihatan pemberitahuan dari aplikasi facebook suamiku

Dan parahnya lagi, Mas Raka malah membalas pesan dari mantan pacarnya itu. Sampai panjang lebar, Mm … siapa yang tak sakit hati coba, sampai aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan.

Namun Mas Raka menolak, karena sebagian undangan sudah tersebar.

Pada akhirnya Mas Raka meminta maaf, ia berkata semua hanya kesalahpahaman saja. 

Aku berkata tegas, sampai Mas Raka bersujud meminta maaf terus menerus. 

Bukan itu saja, aku malah semakin geram, wanita itu membalas pesan suamiku, 

Kalau memang masih ada hal yang belum tuntas diselesaikan, aku tak mau dalam pernikahanku ada sebuah cela yang membuat kehancuran dan membuat aku menyesal di kemudian hari. 

Karena wanita mana yang tidak sakit hati, bila laki laki yang mau menikah dengannya malah berkirim pesan dengan sang mantan dan membahas akan masa lalu. Rasanya ingin ku lempar ponsel milik Mas Raka. 

 "Emh ada cewek tuh, ngasih selamat, belum lagi mengenang masa lalu! Plis deh mantan itu sampah tak perlu lah mengenang masa lalu. Jijik liatnya?" Sindiran, walau Mas Raka sudah bersujud dan meminta maaf. Tetap saja wanita itu selalu mengungkit ketika tersakiti. 

"Apa lagi?" Tanya Mas Raka merasa sudah cukup meminta maaf padaku. 

"Apa marah? Tersinggung, udah tahu mantan masih ajah diladenin." Aku pun berlalu pergi, dan  Mas Raka hanya menggeleng-geleng kepala.

"Kok manyun sih! Maaf ya sayang, tadinya cuman bercanda doang. Kan Mantan juga bisa jadi teman." ucap suamiku sembari mengusap-ngusap rambutku dengan lembut. Ia mencubit hidungku dan berucap lagi, "  Padahal tadi sudah minta maaf loh masih, diungkit ungkit terus. "

"Ya makanya jadi laki itu jangan bikin cewek sakit hati, jadinya kan diungkit terus. Satu lagi, mana ada mantan jadi teman, mantan itu musibah dan hanya menjadi benalu, bagi kehidupan kita." jawabku sambil menyingkirkan tangan  Mas Raka. 

Sampai saat itulah,  aku blokir semua mantan-mantan suamiku  yang berteman di facebook," siapa suruh sok akrab, sorri ya, mantan itu musibah. Karena di dunia ini tak ada yang namanya lawan jenis berteman, kan sudah dijelaskan kalau seorang laki laki dan perempuan belum menikah bercanda, bergurau itu dosa. Dan sudah masuk namanya Zina."

Setelah memblokir semua mantan suamiku yang menjadi pengganggu, mereka kini mengirim pertemanan kepadaku. Menarik, namun sudah kuhapus, inilah diriku. 

Kalau temannya ya boleh-boleh ajah asal jangan melampaui batas, kalau sampai melampaui  batas tak kugorok mereka.

Alenta dilawan ...

Sedangkan di pernikahanku yang ketiga tahun ini, aku dihadapkan dengan sosok wanita yang lemah lembut, sok akrab sok perhatian, dan membuat aku percaya.  

Sampai aku mengomel kesal dan berkata," Apa ini yang disebut wanita munafik, luarnya saja bagus dalamnya busuk."

Hari-hari masih seperti biasa, tak ada tanda suamiku marah-marah dan hanya melihat kontak ponselnya saja. Membuat aku semakin penasaran dan merayunya. 

"Kenapa papah sayang, lagi galau ya?" Tanyaku memperlihatkan perhatian lebih dihadapannya. 

"Emh ... "

Hanya berdehem saja, menggelengkan kepala, melihat Mas Raka terlihat begitu tak bersemangat. 

Sampai suara tangisan anakku terdengar nyaring. 

Oa ... Oa , aku berlari menghampiri anakku di dalam kamar. 

"Duhh, Putra sayang kenapa?"

Menggendongnya menenangkan dalam pangkuanku.  Dimana Mas Raka berteriak. 

"Kenapa putra dari tadi nangis terus?" Tanya Suamiku. 

Aku geram dengan pertanyaanya yang berteriak, membuat aku berteriak balik saat membalas perkataan suamiku. 

"Jelas nangis terus, orang papahnya seneng-seneng terus sama cewek lain, Putra Pun tahu apa yang dirasakan mamanya!" Jawabku sambil menggendong putra. Ke hadapan Mas Raka. 

Mas Raka terlihat diam setelah mendengar ocehanku. Ia seperti malu dan tak berani membantah. 

"Kenapa? Gak suka, ngomong ajah! Celetukku sinis.

"Maunya apa sih marah-marah terus?" Tanya balik pria yang menjadi suamiku.

"Ya, jelas istri marah-marah, suaminya banyak tingkah! Jawabku duduk, untuk menyusui Putra yang terus menangis.

Aku pun bergegas untuk  menidurkan anakku lagi, dan ingin menanyakan soal gadis bernama Lala itu kepada suamiku.

"Sebenarnya ada maksud apa papah sama si Lala, gadis kecentilan itu. Kalau mama punya salah sama papah, ngomong, atau ada kekurangan dalam diri mama, ngomong. "

Karena teriakanku membuat Putra menangis lagi, aku kini mengayun tubuh anakku agar terlelap tidur kembali. 

" Mama mau tanya sama papah. Kurang apa mama selama ini, sabar dalam hal materi, tak pernah melarang papah pergi kemana-mana. Maksud papah  apa menggoda si Lala, papah suka sama dia? Atau jangan-jangan papah punya hubungan spesial sama dia? Tanyaku sedikit tegas.

"Apa lagi mama ini, kan sudah papah jelaskan,  si Lala yang yang menggoda duluan!" Jawab Mas Raka dengan begitu santai. Tanpa memperlihatkan raut wajah bersalahnya. 

"Sudahlah, jangan mengelak, salah ya ngaku salah saja, jangan membela diri kaya si Lala itu, asal papah tahu si Lala ngomong kalau  papah  menggoda si Lala duluan, sok muna!" Ucapku sedikit kesal. Berharap jika suamiku menyadari kesalahanya. 

Namun pada kenyataanya, " Papah mau pergi pusing dengar kamu ngoceh-ngoceh mulu." Suamiku berlalu pergi meninggalkan aku yang sendari tadi meluapkan amarahnya.

"Mas, jangan pergi begitu saja, ayo jelaskan dong."

"Percuman dijelakanpun kamu tidak akan mengerti. "

Suamiku pergi entah kemana hingga ia lupa membawa ponselnya, baru saja ku lirik sebentar, terdengar pemberitahuan lewat Aplikasi Instagram suamiku. Siapakah itu??

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!