Luka Di Balik Cinta
Langit sore itu dihiasi oleh warna-warni senja yang memukau, semburat oranye dan merah muda menyelimuti cakrawala, menciptakan pemandangan yang menenangkan hati. Di balik jendela kamarnya, Seyran Violin Aditama duduk termenung sambil menatap langit yang perlahan gelap. Angin sepoi-sepoi masuk melalui celah jendela, membelai lembut rambut panjangnya yang terurai.
Seyran menarik napas dalam-dalam, mencoba menikmati ketenangan sore itu. Namun, hatinya berdebar kencang saat mengingat kabar yang baru saja ia dengar dari ibunya. Jika hari ini, kakaknya, Daren Vinzt Aditama, akan pulang, setelah selesai liburannya dari Bali. Tidak hanya Kakaknya saja yang pulang? Daren juga akan membawa sahabatnya, Aldebaran Evano Aldibrata untuk menginap selama dua hari. Karena kedua orang tua Aldebaran sedang berada di Singapura dan belum pulang.
Seyran sangat antusias menungu mereka! Nana Aldebaran Evano Aldibrata Selalu berhasil membuat hatinya berbunga-bunga, sehinga membuat pipi Seyran merona dan jantungnya berdebar-debar. Sudah lama Seyran menyimpan perasaan khusus kepada Aldebaran, pemuda tampan, yang berusia 20 tahun. Aldebaran selalu berhasil menarik perhatiannya setiap kali bertemu dengannya. Seyran segera bersiap-siap dan memilih gaun untuk bertemu Aldebaran. Dirinya terus mencoba gaun-gaun itu di depan cermin lalu berkata.
"Oh tuhan! Aku sangat gugup bagaimana aku harus bersikap, ketika nanti Kak Aldebaran datang? Atau, aku harus melakukan sesuatu agar dia memperhatikanku lebih?" gumam Seyran pelan sambil memandangi bayangannya di cermin.
Setelah selesai memilih gaun yang cocok? Seyran segera pergi mandi dan sedikit perawatan. Setelah selesai memakai gaun itu. Seyran mendekati cermin besar di sudut kamarnya, dan menatap penampilannya dengan seksama. Gaun sederhana berwarna pastel yang dia kenakan tampak manis membalut tubuh mungilnya. Rambutnya yang hitam legam tergerai indah, dan mata cokelatnya bersinar penuh harapan.
Dengan cepat, Seyran mengambil sisir dan mulai merapikan rambutnya. Dia menambahkan sedikit lip balm pada bibirnya agar tampak lebih segar.
"Tidak terlalu berlebihan, kan?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil tersenyum malu-malu. Ia ingin terlihat sempurna di mata Aldebaran, namun tidak ingin tampak terlalu mencolok.
Suara deru mobil yang berhenti di depan rumah membuatnya tersentak.
"Mereka sudah datang!" serunya dengan semangat.
Seyran segera berlari menuju jendela dan mengintip ke luar! Benar saja, Daren dan Aldebaran baru saja keluar dari mobil, mereka tertawa sambil membawa beberapa tas di tangan mereka. Hati Seyran berdegup kencang saat melihat senyum hangat Aldebaran yang selalu membuatnya terpesona.
Tanpa menunggu lebih lama, Seyran berlari keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan cepat. Di ruang tamu, ibunya, yaitu Bunda Laila, sudah menunggu putra sulungnya dengan senyum ramah. Ketika Bunda Laila melihat ke arah tangga? Bunda Laila melihat putri bungsunya berlari terburu-buru, lalu menegur putri bungsunya.
"Pelan-pelan, larinya Sayang. Nanti kamu terjatuh," tegur Ibu Laila lembut saat melihat putrinya yang tampak terburu-buru.
"Maaf, Bun. Aku hanya ingin menyambut Kak Daren dan Kak Aldebaran," jawab Seyran sambil tersenyum manis.
Pintu depan terbuka, dan mereka masuk dengan wajah ceria.
"Aku pulang!"
Suara Daren bergema di pintu utama. Daren meletakkan tasnya di lantai dan Aldebaran juga mengikuti di belakangnya Daren dan juga membawa beberapa tasnya.
Bunda Laila dan Seyran menghampiri mereka ke pintu utama. Jantung Seyran berdetak lebih kencang. Namun Seyran mencoba untuk tetap tenang dan biasa saja.
"Selamat datang, Nak. Bagaimana perjalanannya?" tanya Ibu Laila sambil memeluk Daren.
"Perjalanan lancar, Bun. Tidak macet sama sekali," jawab Daren sambil membalas pelukan ibunya.
Seyran menatap Aldebaran yang berada di belakang Kakaknya! Pandangannya tidak bisa lepas dari sosok Aldebaran, yang sedang tersenyum ramah ke arah ibunya.
"Selamat sore, Tante Laila," sapa Aldebaran sopan.
"Selamat sore, Al. Senang sekali kamu bisa mampir lagi kesini. Sudah lama, Kamu tidak mampir kesini Al." balas Ibu Laila dengan hangat.
Aldebaran hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Iya Tan! Al, selain fokus Kuliah. Al juga fokus di kantor membantu Papi." jelas Aldebaran.
Daren yang melihat adiknya berdiri di belakang Bundanya langsung memeluk sang adik! Seyran sedikit canggung di samping ibunya.
"Hei, Seyran! Apa kabar, Dek?" tanyanya sambil mendekatinya dan mengacak-acak rambut adiknya dengan sayang.
Seyran meringis namun tertawa kecil. "Aku baik, Kak. Kangen sekali sama Kak Daren."
"Aku juga kangen sama kamu," balas Daren sambil tersenyum.
Mata Aldebaran kemudian beralih ke arah Seyran.
"Hai, Seyran." sapa Aldebaran dengan senyum yang membuat jantung Seyran hampir melompat keluar.
"H...hai, Kak Al, Apa kabar," jawab Seyran dengan suara sedikit bergetar karena gugup.
"Alhamdulilah, Kakak baik. Kamu juga apa kabarnya, semakin hari terlihat semakin cantik saja," puji Aldebaran tanpa sadar, membuat pipi Seyran langsung merona merah.
"Ah, Kak Al bisa aja. Terima kasih, atas Pujiannya Kak," balas Seyran sambil menunduk malu.
Daren hanya tertawa melihat interaksi mereka berdua.
"Ayo, sekarang kita masuk dan istirahat dulu. Aku capek banget, setelah perjalanan panjang." keluh Daren dan mengajak mereka untuk masuk dan menuju kamar, yang ada di lantai dua.
Mereka semua kemudian masuk ke dalam rumah. Sebelum mereka ke lantai atas! Ibu Laila menyuruh mereka untung mencicipi minuman dan cemilan, yang sudah di siapkan di ruang keluarga. Mereka berempat pun duduk dan menikmati teh hangat dan jus yang sudah di siapkan di atas meja. Mereka berbincang-bincang tentang berbagai hal. Seyran duduk di seberang Aldebaran. Seyran terus mencuri-curi pandang! Seyran mencoba menahan dirinya, untuk tidak terus-menerus menatap pemuda itu.
Selama percakapan, Aldebaran sering kali melontarkan lelucon yang membuat semua orang tertawa. Seyran merasa senang bisa mendengar suara tawanya yang khas dan melihat senyumannya yang menawan dari dekat. Padahal rumor yang beredar di kampus! Aldebaran dan Daren adalah, satu geng yang terkenal dingin dan cuek. Seyran terus berusaha ikut serta dalam percakapan, namun rasa gugup sering kali membuatnya hanya tersenyum dan mendengarkan.
Setelah beberapa saat! Daren berdiri dan meregangkan tubuhnya.
"Aah...! Alhamdulilah sudah kenyang. Bun terimakasih cemilannya." ucap Daren lalu memeluk sang Bunda.
"Iya sama-sama sayang. Sekarang antaranya Aldebaran ke kamar tamu yang ada di sebelah kamar Seyran." ucap Bunda Laila.
"Oke Bun! Al, ayo kita bawa tas-tas kita ke lantai atas." ucap Daren kembali.
Aldebaran hanya mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya.
"Baiklah, ayok."
Jawab Aldebaran, melihat kesempatan itu, Seyran segera menawarkan bantuan.
"Aku bantu bawa tasnya ya, Kak."
Daren menggeleng sambil tersenyum.
"Tidak usah, Dek. Tasnya berat. Kamu duduk saja disini, menemani Bunda." ucap Daren. Namun, Aldebaran menatap Seyran dengan lembut.
"Tidak apa-apa kalau Seyran mau membantu. Tas ini tidak terlalu berat kok." ucap Aldebaran, menyerahkan tas ranselnya yang tidak terlalu berat. Mendengar itu, Seyran merasa hatinya melompat gembira.
"Benarkah? Baiklah, aku bantu bawa ransel yang tidak berat." Jawab Seyran kegirangan.
Mereka bertiga kemudian pergi ke lantai atas, dan menuju kamar tamu yang akan ditempati Aldebaran, selama beberapa hari ke depan. Seyran membawa tas ransel milik Aldebaran, dan berjalan di belakang mereka. Sesampainya di kamar tamu, Aldebaran langsung meletakkan tasnya. Sedagkan Daren merebahkan dirinya di sopa kamar itu.
"Akhirnya sampai juga. Aku benar-benar lelah," keluh Daren, sambil merebahkan tubuhnya dan menutup matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments