"Akhirnya sampai juga. Aku benar-benar lelah," keluh Daren, sambil merebahkan tubuhnya dan menutup matanya.
Aldebaran tertawa kecil. "Dasar pemalas. Baru menyetir beberapa menit saja sudah lelah." ejek Aldebaran kepada Daren.
Daren hanya terseyum tipis! Tadi Daren menyetir mobil dari bandara ke rumahnya. Tapi yang membuatnya cape, karena kemarin malam! Sebelum mereka kembali ke Jakarta. Daren sempat tidak tidur dan berkumpul bersama teman-teman di hotel. Sedangkan Seyran, yang masih berdiri di ambang pintu hanya menyimak obrolan mereka. Seyran meletakkan tas ransel milik Aldebaran, di meja dekat pintu dan Seyran menatap ke arah Aldebaran dan berucap.
"Semoga Kak Aldebaran nyaman dan betah disini. Jika ada sesuatu yang kurang, beri tahu aku ya Kak." ucap Seyran lembut.
Aldebaran menoleh dan tersenyum hangat padanya. "Terima kasih, Seyran. Kamarnya sudah sangat nyaman. Kamu memang perhatian sekali."
Pujian itu membuat Seyran kembali merona. "Sama-sama, Kak. Aku senang jika Kakak merasa nyaman."
Daren yang masih berbaring kemudian bangkit dan menatap jam di dinding.
"Wah, sebentar lagi sudah hampir pukul 06.00 sore dan waktu makan malam akan segera tiba. Aku mau mandi dulu! Al, aku pergi ke kamarku dulu ya?" ucap Daren.
"Oke Daren! Gue juga mau beres-beres barang terlebih dahulu," jawab Aldebaran sambil mulai membuka tasnya.
Daren mengangguk dan berjalan keluar. Daren pergi menuju kamarnya! Kini, tinggal Seyran dan Aldebaran di dalam kamar itu. Suasana mendadak terasa sedikit canggung bagi Seyran, namun ia mencoba tetap tenang.
"Kamu tidak ikut bantu Bunda di bawah?" tanya Aldebaran sambil melipat pakaiannya dan memasukkannya ke dalam lemari.
"Oh, iya aku harus bantu Bunda! Kalo begitu aku kebawah dulu ya Kak." jawab Seyran cepat. Namun, sebelum ia berbalik, ia memberanikan diri untuk bertanya, "Kak Al! Apa makanan favorit yang Kakak suka? Mungkin aku bisa minta Ibu untuk memasaknya."
Aldebaran menatap Seyran dengan mata yang lembut.
"Terimakasih Seyran, kamu sangat perhatian. Tidak usah repot-repot, aku suka makanan apapun yang Tante Laila masak. Masakan Tante Laila selalu enak." Jawab Aldebaran sambil tersenyum.
Seyran tersenyum malu. "Baiklah kalau begitu, semoga Kakak nyaman tingal disini."
"Terima kasih banyak, Seyran. Kamu adik yang baik," puji Aldebaran sambil menutup lemari.
Seyran yang masih terseyum tiba-tiba berhenti? Hati Seyran berdesir mendengar kata yang di ucapkan oleh Aldebaran, kata 'adik' membuatnya sedikit sedih.
"Kenapa Kak Al tidak melihatku, seperti seoran gadis yang menyukainya. Tapi dia melihat aku seperti adiknya?" gumam Seyran dalam hati.
Seyran merasa sedih dan dirinya tidak ingin, dianggap sebagai adik saja oleh Aldebaran. Ia ingin di anggap seperti seorang gadis yang menyukai seorang pria. Padahal umur mereka hanya beda dua tahun saja. Dengan tekad yang mulai tumbuh di hatinya, Seyran berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan apa saja untuk membuat Aldebaran melihatnya sebagai seorang wanita, bukan hanya adik kecil dari sahabatnya!
Seyran segera pamit dan keluar dari kamar.
"Kalau begitu, aku ke bawah dulu, Kak," pamit Seyran sambil tersenyum canggung.
"Baiklah, sampai nanti malam Seyran." balas Aldebaran, membalas senyumnya.
Seyran keluar dari kamar dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia senang bisa berbicara dan berada dekat dengan Aldebaran. Namun di sisi lain, ia merasa harus melakukan lebih banyak untuk menarik perhatian pemuda itu. Malam ini, ia akan menyusun rencana bagaimana cara mendekati Aldebaran dan membuatnya menyadari perasaan yang selama ini dia pendam. Setelah itu Seyran turun dan membantu Bundanya.
*
*
*
Tidak terasa malam pun tiba? Seyran sedang berdiri di balkon kamarnya dan memandang langit yang di penuhi bintang-bintang bertaburan, dan berkelip-kelip seakan menari di atas sana. Memandang keindahan malam dengan hati yang dipenuhi harapan. Angin malam yang sejuk menyapu lembut wajahnya, membawa ketenangan sekaligus kegelisahan dalam hatinya. Di tengah ketenangan malam, hanya ada satu nama yang terus terngiang-ngiang dalam benaknya? Aldebaran Evano Aldibrata.
Tepat pukul 19.00 waktunya makan malam. Seyran keluar dari kamarnya! Saat dia menuruni tangga. Seyran menatap pintu kamar Aldebaran, yang masih tertutup. Ia tersenyum tipis di bibirnya, lalu Seyran berbisik pelan.
"Aku pasti bisa membuatmu melihatku Kak Al! Tunggu saja." gumam Seyran.
Seyran sudah bertekad untuk memulai perjalanan panjangnya, untuk menarik perhatian Aldebaran Evano Aldibrata. Seyran menghela napas panjang, mencoba meredakan debaran di dadanya. Karena beberapa hari kedepan, Aldebaran akan berada di rumahnya, dan setiap hari Seyran akan bertemu dengan pemuda itu. Seyran segera pergi menemui Bundanya di dapur. Namu ketika melewati ruangan meja makan? Ternyata semua angota keluarganya sudah berada di meja makan.
"Apa kabar Al! Lama sekali Om tidak bertemu dengan kamu," ucap Ayah Seyran, yang bernama Denis Aditama.
"Alhamdulilah Aku baik Om! Om juga apa kabar." Jawab Aldebaran.
"Alhamdulilah, seperti yang kamu lihat! Om sangat baik. Terus bagaimana kabar Mami dan Papi Kamu." tanya Ayah Seyran.
"Alhamdulilah Papi dan Mami juga sehat, Om. Kapan-kapan main ke rumah Om. Pasti Papi senang bertemu kawan lama." ucap Aldebaran.
"Insyaallah, nanti kalo om sudah tidak sibuk. Om pergi berkunjung ke rumah kamu. Oh iya, katanya kedua orang tua Kamu, sangat sibuk mengurus bisnisnya di luar negeri." jelas Ayah Seyran kembali.
"Iya Om! Mereka jarang pulang ke Indonesia. Nanti kalo om mau bertemu Papi, Al akan buatkan jadwalnya. Om bilang saja kepada Daren," ucap Aldebaran sambil terseyum.
Seyran terus mengupi obrolan mereka. Lalu obrolan mereka harus terhenti, karena Bunda Laila membawa makanan, yang sudah matang dan di segera di sajikan. Dengan sedikit berlari, Seyran segera pergi ke dapur membantu membawakan makanan yang lain.
"Ayok sekarang makan dulu. Nanti ngobrolnya di lanjutkan." ucap Bunda Laila.
"Iyan tante terimakasih, Al sudah merepotkan tante." ucap Aldebaran.
"Wah apaan sie Al! Kaya sama siapa aja." Jawab Daren kepada sahabatnya itu.
Seyran muncul membawa buah-buahan dari arah dapur.
"Lah, darimana aja sayang. Kenapa baru turun, aduh anak gadis Bunda wangi banget." ucap Bunda di depan mereka yang ada di ruangan meja makan.
Seyran yang di goda oleh Bundanya tersipu malu, dan langsung menundukan kepalanya.
"Yasudah Sey? Kamu duduk saja. Ayah, Al, Daren, kalian mulai saja makan malamnya! Bunda mau ambil puding dulu di kulkas." ucap Bunda dan langsung pergi ke dapur.
Seyran duduk di sebelah kursi Bundanya yang masih kosong, dan yang duduk di depanya adalah Aldebaran. Bunda sudah kembali dari dapur membawa puding, dan segera bergabung di meja makan. Mereka makan malam dengan hening. Karena Ayah Denis mengajarkan kepada semua angota keluarganya, untuk tidak berbicara ketika sedang makan.
*
*
*
Bersambung...?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments