Dendam Sang Pelakor

Dendam Sang Pelakor

Chapter 01

Bandara International, Kota A.

Terlihat dua orang gadis cantik baru saja keluar dari bandara tersebut dengan membawa tas berukuran cukup besar di masing-masing tangan mereka.

Nara Alensya dan Kania Adennia. Ya, dua orang sahabat yang tidak pernah bisa terpisahkan itu, kini kembali ke sebuah kota yang dimana tempat itu menyimpan banyak kenangan pahit bagi keduanya. Atau lebih tepatnya tempat yang menyimpan banyak kenangan masa lalu yang sangat buruk bagi Nara.

"Nara, apa kau yakin untuk kembali kesini lagi?" Tanya Kania.

Nara menatap Kania lalu mengangguk dengan penuh keyakinannya. "Aku yakin, Kania. Aku tidak akan pergi sebelum aku berhasil membalaskan semua rasa sakit yang pernah berikan untukku dulu." Ujarnya.

Kania menghela nafas perlahan lalu tersenyum. "Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi sekarang."

Kania menggenggam tangan Nara lalu membawanya pergi meninggalkan bandara tersebut. Keduanya pun kemudian masuk kedalam sebuah mobil taxi berwarna hitam gelap yang sudah di pesan oleh Kania sebelumnya.

Mobil itu pun melaju pergi mengantarkan dua gadis tersebut ke sebuah Apartement mewah. Dan sesampainya di Apartemet tersebut lantas keduanya pun turun.

Nara sejenak terdiam melihat bangunan Apartement yang nampaknya sangat mahal untuk di sewa itu. Ia mulai berpikir bagaimana bisa sahabatnya itu membawanya ke tempat semewah itu, sedangkan ia tau betul baik dirinya mau pun Kania sudah pasti tidak akan mampu menyewa Apartement tersebut meski hanya 5 menit saja.

"Ayo, Nara." Kania memegang tangan Nara lalu menariknya perlahan membawanya masuk ke dalam Apartement tersebut.

"Kania, tunggu." Nara menarik kembali tangan Kania menghentikan langkahnya.

"Hum, ada apa?" Tanya Kania.

"Apa kita akan tinggal di Apartement ini?" Tanya Nara lalu Kania mengangguk.

Lagi-lagi Nara pun terdiam dengan menatap gelisah wajah Kania. Ia masih tidak percaya jika Kania akan benar-benar membawanya menginap ke Apartement tersebut dengan keterbatasan uang yang mereka miliki.

"Apa yang kau pikirkan, Nara? Apa kau mengkhawatirkan tentang bagaimana kita akan membayar sewanya nanti?" Nara mengangguk dengan cepat dan Kania pun langsung tersenyum lebar melihat kekhawatiran dari sahabatnya itu.

Tidak ingin ambil pusing dan berlama-lama berada di luar Apartement karena memang Kania merasa sangat lelah setelah melakukan perjalannya untuk kembali ke kota A bersama Nara, lantas dengan cepat Kania pun menarik tangan sahabatnya itu membawanya masuk kedalam Apartement yang sudah di sewanya sebelumnya.

Sesampainya di kamar Apartement, Kania membuka kunci pintu kamar tersebut dan masuk kedalam. Sedangkan Nara, ia masih terdiam di ambang pintu melihat bagaimana luas dan megahnya kamar tersebut.

"Kenapa masih saja diam disana? ayo masuklah, Nara." Kania menarik tangan Nara membawanya masuk kedalam lalu menutup pintu kamar dan menguncinya kembali.

Nara yang masih terheran hanya diam dengan menatap Kania dengan rasa yang masih tidak percaya. Melihat tatapan dari sahabat baiknya itu, lantas Kania memintanya untuk duduk di sampingnya.

Kania mejelaskan tentang bagaimana ia bisa menyewa Apartement mewah tersebut dan mengatakan jika ia bisa menyewanya karena ia masih memiliki banyak tabungan setelah tidak lagi bekerja di rumah Reiner.

"Sudah lah, jangan pikirkan apapun lagi. Yang terpenting kita bisa tinggal di sini dengan baik dan ingat apa tujuanmu untuk kembali ke kota ini." Kata Kania.

Mendengar ucapan Kania, seketika kedua tangan Nara langsung saling menggenggam dengan kuat. Ia menahan rasa yang begitu sakit saat mendengar Nama Reiner.

"Kania, aku harus bisa menghancurkan hubungan tuan Reiner dan keluarganya sekarang! Karena mereka aku kehilangan bayiku dan karena mereka juga hidupku hancur, Kania!" Tiba-tiba Nara berteriak dan kembali histeris seperti sebelumnya saat mengingat semua hal tentang Reiner.

Kania mengangguk dan memeluk Nara dengan erat. Ia berusaha menenangkan sahabatnya yang kembali kalut itu. "Iya, Nara. Kau akan melakukannya dan kau pasti bisa membalaskan semua dendammu."

"Kenapa, Kania? Kenapa dia harus melakukan ini padaku? Kenapa, Kania? Kenapa?" Nara menangis sejadi-jadinya di pelukan Kania.

Tak kuasa melihat tangis dari sahabatnya itu, Kania pun juga ikut menangis. Ia tau betul bagaimana Nara selama ini melewati masa sulit dalam hidupnya.

Tapi karena ambisinya yang ingin membalaskan dendamnya, ingatan menyakitkan itu pun muncul kembali dan membuatnya histeris tidak karuan.

Lelah menangis sampai tidak sadar Nara pun tertidur di pelukan Kania. Dengan perlahan Kania membaringkan tubuh kurus Nara itu di tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Jangan khawatir, Nara. Kau akan mencapai tujuanmu. Ya, kau pasti bisa membalaskan rasa sakit hatimu. Hancurkan hidupnya dan buat dia menderita. Biarkan dia merasakan apa yang pernah kau rasakan dulu sampai sekarang." Ucap Kania sembari mengusap lembut kening Nara.

Keesokkan paginya.

Nara terbangun dengan mata sembabnya. Ia duduk dan melihat di sampingnya namun tidak ia dapati Kania di sebelahnya. "Kemana, Kania?" Nara beranjak turun dari tempat tidurnya dan melihat ponselnya.

Di lihatnya ada satu pesan singkat yang di tulis oleh Kania. "Hari ini aku masuk kerja di salah satu resto, sarapan sudah ku siapkan kau bisa langsung makan."

"Baru saja sampai di sini tapi Kania sudah mendapat pekerjaan." Ucap Nara yang merasa tidak enak lantaran Kania bekerja lebih dulu sebelum dirinya.

Sejak Nara mengandung dan keguguran, Kania lah yang selalu menjaga dan merawatnya. Ia merasa sangat menyusahkan sahabatnya itu. Bahkan sampai sekarang ia masih juga menyusahkan karena lagi-lagi Kania yang membiayai hidupnya.

Tidak ingin terus menggantungkan hidunya dengan sahabatnya, Nara pun berinisiatif untuk mencari pekerjaan. Dengan cepat ia pun pergi mandi dan bergegas bersiap untuk mencari pekerjaan.

"Aku tidak akan membiarkan Kania bekerja sendiri. Aku adalah gadis yang hebat, maka dengan itu aku akan mencari pekerjaan dan uang untuk bertahan hidup di kota besar ini." Ucapnya sembari menunggu mobil taxi yang sudah di pesannya.

Tak lama menunggu mobil taxi itu pun sampai dan Nara langsung masuk kedalam taxi tersebut. "Pak, ayo jalan."

"Kita akan kemana, Nona?" Tanya sopir taxi tersebut pada Nara.

Nara yang belum tau akan pergi kemana hanya menggeleng bingung. "Em... aku juga tidak tau, tapi sebaiknya jalankan saja dulu mobilnya, pak." Kata Nara.

Sopir taxi itu pun menggeleng sembari tersenyum saat melihat wajah cantik dari Nara yang sedikit kebingungan. Menuruti apa yang di minta oleh Nara, maka mobil pun 30 menit terus berjalan tanpa tentu arah.

"Non, sebenarnya kau ini ingin di antarkan kemana?" Tanya sopir itu lagi pada Nara. Lantaran sejak tadi mobil hanya melaju tanpa tentu arah akhirnya sopir taxi itu pun menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan.

"Pak, kemana berhenti?" Tanya Nara.

"Haiihhh... sebenarnya kau ini mau kemana, Nona? Apa kau tidak sadar jika kita sudah mengitari jalan ini selama 30 menit lamanya? Dan selama itu kau tidak juga memberi tau harus kemana aku mengantarmu.

Terpopuler

Comments

Desilia Chisfia Lina

Desilia Chisfia Lina

nara welcom back

2023-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!