"Kemana perginya gadis itu? Mungkinkah ia pergi karena kedatangan Melly?" Reiner terus saja bergumam dalam hatinya dengan tatapan yang masih mengitari di sekelilingnya.
"Rein, kau ini sedang mencari apa?" Tanya Melly yang sejak tadi tidak di perdulikan oleh Reiner.
Reiner yang merasa kacau saat tiba-tiba kehilangan Nara lagi itu, lantas dengan kasar menghempas tangan Melly yang sejak tadi menyentuh wajah tampannya tersebut.
"Maaf, Melly. Aku masih banyak pekerjaan jadi sebaiknya kau pulanglah." Dengan cepat akhirnya pria itu pun berlalu begitu saja dari hadapan istrinya itu. Sementara Melly sendiri, gadis itu berteriak meneriaki nama Reiner namun yang di dapatinya hanya lah tatapan dingin sekilas dari pria tersebut.
"Rein, aku ini istrimu! Sampai kapan kau akan menatapku dengan tatapan dinginmu itu!" Ujar Melly dengan suara kerasnya.
"Sial! Aku pikir setelah tidak ada gadis miskin itu, Reiner akan bisa mencintaiku. Tapi kenyataannya, bahkan pernikahan ini pun tetap tidak bisa meluluhkan dirinya." Gerutu Melly dengan amat sangat kesal.
Dan disisi lain di dalam bar, Nara yang baru saja kembali setelah bertemu dengan Reiner, dengan secepat mungkin bergegas mengambil tas kecil miliknya lalu bersiap untuk pergi meninggalkan bar tersebut.
Tapi sebelum itu, ia menemui Steven selaku atasannya untuk meminta ijin pulang lebih awal. "Tuan Steven, bolehkah aku ijin untuk pulang cepat malam ini?"
"Kenapa, Nara? Apa kau sakit?" Tanya Steven lalu Nara pun mengangguk pelan.
"Iya, Tuan. Sepertinya aku merasa kurang enak badan." Jawabnya berbohong.
Sebenarnya Nara merasa sangat tidak enak hati lantaran ini adalah hari pertama dimana ia mulai bekerja. Tapi mau bagaimana lagi, setelah pertemuannya dengan Reiner barusan benar-benar membuat gadis itu tidak bisa berpikir jernih lagi.
Rasanya ia ingin sekali menangis di bar itu, tapi hal itu tidaklah mungkin dilakukannya dengan kondisinya yang saat ini tengah melakoni pekerjaanya.
Dan dengan alasan dirinya yang kurang sehat saat ini, alhasil Steven pun mengijinkan Nara untyk pulang lebih awal namun dengan syarat besok gadis itu harus melakukan lembur kerja sebagai gantinya.
Nara mengangguk dan menyetujui akan hal itu. Dan setelah mendapat ijin dari atasannya untuk pulang, tanpa membuang waktu lagi gadis itu pun beranjak pergi meninggalkan bar tempat ia bekerja.
Sangat lah tidak di pungkiri setelah bertemu dengan Reiner untuk pertama kalinya lagi, hati Nara benar-benar merasa sangat hancur.
Ia masih mengingat dengan betul bagaimana kala itu Reiner yang tidak mau bertanggung jawab atas kehamilannya dan juga menyuruhnya untuk menggugurkan kandungannya hanya agar bisa menikahi wanita pilihan dari kedua orangtuanya.
Tangis Nara seketika terus ia tahan tatkala ia berada di dalam sebuah mobil taxi menuju pulang ke Apartementnya. Sampai tak lama kemudian ia pun sampai di Apartement tempat tinggalnya saat ini bersama Kania, sahabat baiknya.
Brak!
Pintu kamar dibuka dengan keras oleh Nara sampai membuat Kania yang kala itu tengah menikmati secangkir kopi seketika terkejut bukan main.
"Nara, kau darimana sa--"
Greb.
Nara memeluk erat Kania dan tangisnya pun pecah seketika di pelukan sahabat baiknya itu. "Hiks... Kania"
Kania melepas pelukan Nara dan menatapnya dengan sangat dekat. Ya, terlihat kepedihan yang amat dalam yang di tunjukan Nara dari matanya yang seolah membuat Kania seolah bisa menebak akan hal itu.
"Tuan Reiner. Apa kau baru saja bertemu dengan bajingan itu, Nara?" Tanya Kania lalu Nara mengangguk dengan tangisan yang masih berlanjut.
Kania menghela nafas kasarnya seraya tersenyum miris. Tatapan matanya juga seketika tertuju dengan pakaian yang Nara kenakan malam ini. Dress hitam pendek ketat yang mengikuti lekuk tubuh indah dari sahabatnya itu membuat Kania menatapya dengan tanya.
Sadar akan tatapan Kania, dengan cepat Nara mengusap air matanya dan menarik Kania kesisi tempat tidur untuk duduk bersama.
"Aku bisa jelaskan ini." Kata Nara.
"Saat pagi tadi kau pergi untuk bekerja, aku berpikir juga ingin bekerja sepertimu. Tidak disangka dengan cepat aku mendapat pekerjaan di sebuah bar dan--"
"Bar kau bilang!" Nara seketika berhenti bicara saat Kania memotong ucapannya tiba-tiba.
"Kau bekerja di bar, Nara?" Kania beranjak dari duduknya dan menatap Nara dengan sangat tidak menyangka. Pasalnya, bagaimana mungkin Nara bekerja tanpa sepengetahuannya. Dan lagi, pekerjaan yang dilakukannya adalah pekerjaan yang dimana tempat itu adalah tempat berkerumunnya para lelaki hidung belang. Begitulah pikir Kania saat ini.
"Kania, aku tau apa yang kau pikirkan. Tapi aku disana benar-benar bekerja dan bukan--"
"Lalu, Tuan Reiner? Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?" Tanya Kania memotong ucapan Nara.
Nara kembali terdiam seraya meremasi ujung dressnya. Gadis menunduk dan lagi-lagi terlihat tetesan air mata yang menetes membasahi sedikit dress yang dikenakannya.
"Kau pasti tidak bisa mengindarinya lagi kan? Kenapa? Apa dia terlihat semakin tampan atau mungkin terlihat lebih menawan dari sebelumnya?" Pertanyaan Kania itu langsung dijawab dengan anggukan polos dari Nara.
Melihat jawaban dari Nara, sontak Kania langsung merasa geram dan meremas kedua pundak Nara dengan sedikit keras. "Ssshhh... Kania kau menyakitiku." Rintihnya saat pundaknya itu diremas oleh Kania.
"Lihat aku, Nara." Ucap Kania.
Nara mengangkat kepalanya dan menatap kedua mata Kania yang saat itu memerah dan berkaca-kaca hampir menangis.
"Ingat satu hal, Nara. Kau kembali kesini untuk membalaskan dendammu, Kau kembali kesini untuk menghancurkan rumah tangga tuan Reiner dan Melly, Kau juga kembali kesini untuk membalaskan rasa sakit karena mereka kau kehilangan bayimu."
Mendengar semua ucapan Kania, kedua tangan Nara mengepal dengan kuat. Nafasnya seketika terdengar berderu dengan kencang dan air mata penuh amarahnya pun muncul seketika.
Ia menurunkan kedua tangan Kania dari pundaknya dan menggenggam tangan sahabatnya itu dengan erat. "Ya, Kania. Aku ingat semua itu dan aku tidak lupa akan hal itu. Aku akan buktikan padamu bahwa hanya kehancuran lah yang akan mereka dapatkan. Ya, aku akan buktikan itu. Aku akan melakukannya, Kania. Aku akan melakukannya!"
Nara kembali menangis sejadi-jadinya dan Kania pun langsung memeluk untuk menguatkannya. Gadis itu terus menangis dengan mengingat bagaimana rasa sakit yang ia rasakan dulu.
Perlakuan kasar dari orangtua Reiner, ketidak inginan Reiner atas kehamilannya, dan kehilangan bayinya yang di akibatkan dari kejahatan Melly, wanita yang saat ini sudah menjadi istri dari sosok pria yang dulu sangat di cintainya.
Sementara itu di tempat lain, Reiner masih terlihat kebingungan mencari dimana perginya sosok gadis yang masih dicintainya itu sampai saat ini.
Ia rela meninggalkan meetting pentingnya hanya untuk mengejar Nara yang baru saja ditemuinya namun sudah menghilang begitu cepat dari pandangannya.
"Kemana perginya kau, Nara. Aargghh... sial!" Reiner merasa sangat kacau saat ia tidak bisa menemukan gadis itu. Ia sudah mencari kembali di dalam bar dan di sekelilingnya namun juga tidak didapatinya keberadaan Nara.
"Hah... aku hampir melupakan satu hal. Jika Nara ada disini bukankah artinya itu sangat mudah untukku mencari keberadaannya." Dengan senyum smirk di bibirnya lantas Reiner mulai merencakan sesuatu untuk segera menemukan gadis yang sampai saat ini masih sangat di cintainya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
SenjaKala
tabok mau gak rein.?
2023-05-15
0