Brondong

Untuk beberapa saat, Airin hanya diam mematung. Pemuda itu benar-benar nyata, pemuda yang baru saja dia bayangkan wajahnya kini benar-benar berada di hadapannya. Pemuda yang telah membuat hidupnya merasa tidak tenang, kini tersenyum kepadanya. Pemuda bernama Arjuna, akhirnya dia bisa bertemu lagi dengannya setelah sekian lama.

"Bu Airin?" Arjuna kembali bertanya, membuat Airin segera menyudahi lamunan panjangnya juga mencoba untuk menguasai diri dan perasaannya.

"Eu ... Iya, maaf saya melamun tadi. Apa yang ingin kamu tanyakan anak muda?" tanya Airin dengan perasaan gugup.

"Apa ibu yakin ingin memiliki seorang suami yang tidak terlalu kaya dengan alasan Anda sudah memiliki banyak harta? Saya yakin kebanyakan laki-laki di luaran sana tidak berani untuk mendekati Anda karena minder, wanita seperti Anda terlalu sempurna. Laki-laki yang pantas untuk Anda harus laki-laki yang sempurna juga," tanya Arjuna dengan nada suara lantang.

'Pertanyaan macam apa itu? Kenapa dia tahu bahwa banyak laki-laki yang tidak berani mendekati aku karena aku terlalu sempurna?' batin Airin seketika tersenyum kecil.

"Saya rasa pertanyaan itu tidak perlu di jawab anak muda. Silahkan Anda simpulkan sendiri," jawab Airin, dia terlalu gugup hingga tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan pemuda itu.

Arjuna hanya tersenyum menanggapi. Laki-laki itu pun merasa tidak percaya bahwa dirinya akan bertemu kembali dengan wanita itu. Ternyata dia bukanlah wanita sembarangan, wanita ini adalah orang yang sangat luar biasa istimewa.

'Akhirnya kita bertemu lagi, bu cantik,' batin Arjuna menatap lekat wajah cantik yang memliki kehidupan yang begitu sempurna itu.

* * *

Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai motivator, Airin bersama Rosa berjalan di koridor kampus hendak menuju parkiran. Wanita itu berjalan dengan perasaan gelisah. Dia menatap sekeliling mencari seseorang. Ya ... Dia mencari Arjuna, dan berharap bisa bertemu lagi dengannya.

"Ibu mencari siapa?" tanya Rosa menoleh dan menatap wajah Airin kini.

"Jangan panggil aku dengan sebutan ibu di sini. Berasa tua banget aku, kita tidak sedang di kantor. Panggil Airin saja," jawab Airin.

"Lho, kamu 'kan emang tua, Airin." celetuk Rosa tersenyum santai.

"Ish, jangan mentang-mentang aku bersikap santai, kamu jadi kelewat batas kayak gini dong."

"Akh ... Sudahlah, benar yang dikatakan mahasiswa tadi, apa iya kamu bersedia menikah dengan laki-laki biasa saja? Sebagai sahabat aku tahu betul siapa kamu, Rin," lagi-lagi Rosa bersikap santai.

"Ya ... Ya ... Ya ... Kamu memang sahabat terbaik, kamu tahu semua tentang aku, Rosa. Itu sebabnya aku masih mempertahankan kamu sebagai sekretarisku meskipun kamu sudah menikah dan punya anak."

"Apa kamu jatuh cinta kepada laki-laki itu?" celetuk Rosa lagi membuat Airin seketika menghentikan langkah kakinya.

"Kamu ini ya? Astaga, selalu saja tahu semua tentang aku. Apa jangan-jangan kamu itu seorang paranormal, hah?"

"Jadi benar? Ya Tuhan, dia itu masih muda. Istilahnya, si Arjuna itu masih berondong lho."

"Apa masalahnya? Orang bilang, jatuh cinta itu tidak memandang usia dan kasta. Gak salah dong kalau aku jatuh cinta?"

"Masalahnya, dia lagi ada di sini. Tuuuh! Lagi jalan ke sini. By the way, aku duluan ya, babay!" jawab Rosa, menunjuk ke arah lain dimana Arjuna sedang berjalan menghampiri mereka, seketika itu Rosa segera berjalan dengan tergesa-gesa meninggalkan Airin di sana.

"Kamu mau kemana, Rosa?" teriak Airin, seketika merasa gugup, tapi teriakannya diabaikan. Sahabatnya itu benar-benar pergi meninggalkan dirinya.

"Bu Airin," sapa Arjuna tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya kini.

"I-iya, ada apa?"

"Saya hanya mau meminta maaf atas sikap tidak sopan saya malam itu. Saya tidak tahu siapa Anda sebenarnya," imbuh Arjuna.

"Oh itu, gak apa-apa ko. Santai aja."

"Hmm! Baiklah, saya hanya ingin meminta maaf saja, maaf karena saya telah mengganggu waktunya ibu, saya permisi," Arjuna hendak pergi.

"Tunggu, Juna."

Laki-laki itu sontak mengurungkan niatnya.

"Apa kamu melupakan sesuatu," tanya Airin kemudian.

"Maksud ibu?"

"Helm kamu tertinggal, apa kamu tidak ingin mengambilnya?"

"Oh itu, gak apa-apa. Ambil saja untuk kenang-kenangan," Arjuna hendak kembali melanjutkan langkah kakinya.

"Tunggu sebentar, Arjuna."

Pemuda itu kembali menghentikan langkah kakinya.

"Ada apa lagi, Ibu Airin?"

"Aku tidak suka menyimpan barang orang. Apalagi cuma helm biasa seperti itu. Kalau kamu gak keberatan, maukah kamu ikut aku ke kantor untuk mengambil barang itu."

BERSAMBUNG

...****************...

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

AIRIN MODUS...😘😘😘😘😘

2023-06-09

0

Rusliadi Rusli

Rusliadi Rusli

👍👍👍👍

2023-05-26

0

Asiah Erap

Asiah Erap

Ayo Airin cpt ikat itu Arjuna haha

2023-05-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!