Devi Devira
"Ah akhirnya sampai juga aku di negara asalku. Aku sangat merindukanmu ibu, dan kau adik kesayanganku Devi."
"Kalian pasti akan terkejut melihat kedatangan ku. Maaf karena tidak memberikan kabar terlebih dahulu, aku harap ini adalah surprise terindah untuk kalian." ucap gadis cantik yang baru saja turun dari pesawat.
Penampilan yang sangat modis, semakin memancarkan kecantikan parasnya. Senyuman yang senantiasa menghiasi bibir merahnya membuat siapapun akan terpesona saat melihatnya.
Devina dengan cepat melangkah menuju taksi yang kebetulan sedang parkir tak jauh dari tempatnya berdiri.
Namun saat ia hendak membuka pintu mobil, tangannya ditahan oleh seseorang yang berdiri tepat dibelakangnya.
"Aku duluan yang datang kesini nona, jadi aku harap anda bisa menunggu taksi yang lainnya." ucap seorang pemuda yang sedang menahan tangan Devina.
"Kakak yang terhormat, maaf aku sedang tidak ingin berdiskusi dengan anda. Jadi sebaiknya anda jangan mengganggu perjalanan saya." jawab Devina tanpa mau mengalah.
Pemuda itu tersenyum, namun ia tidak berniat untuk meninggalkan tempat itu. Dengan cepat ia mendorong tubuh Devina agar ia bisa segera masuk kedalam taksi.
Suasana yang mendung membuatnya ingin cepat-cepat sampai dikediamannya. Namun hal itu sudah diantisipasi oleh Devina.
Dengan gerakan yang sangat halus, Devina menghindar, dan dengan secepat kilat ia membalas serangan pria tersebut.
Sehingga pria malang itu jatuh tersungkur di atas jalan, ia tidak menduga bahwa gadis cantik yang ada didepannya bisa menghindar dan dengan cepat memberikan serangan balasan.
Devina tersenyum sambil mengerlingkan matanya saat ia sudah berada di dalam taksi. Tanpa memperdulikan pria asing itu, Devina meminta sopir taksi tersebut untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibu yang selama ini sangat ia rindukan. Devina terpaksa ikut dengan sang ayah ke negara lain sejak keduanya memilih jalan masing-masing.
Ia terpaksa terpisah dari saudara kandungnya karena mereka harus mengikuti salah satu dari orang tuanya. Namun meskipun demikian, Devira tetap menjalin komunikasi yang baik terhadap ibu dan juga adiknya.
Kini setelah sekian tahun, akhirnya Devira di ijinkan untuk datang ke negara tempat ia dilahirkan dulu. Ia di ijinkan untuk menemui ibu serta saudara kandungnya itu.
"Mom i am coming!." ucap Devira dengan tersenyum bahagia.
Meskipun rintik hujan mulai membasahi bumi namun hal itu tidak mengurangi antusias Devira untuk bertemu dengan orang-orang yang sangat ia rindukan.
Sedangkan Devan, pria tampan yang arogan itu. Terpaksa harus menerima kekalahannya dari gadis cantik yang baru saja mendorongnya hingga tersungkur di atas tanah.
"Menarik ! baru kali ini ada seseorang yang bisa mengalahkan aku. Lebih parah lagi dia adalah seorang gadis."
"Tunggu girl aku pasti akan menemukan mu kembali dan aku akan membalas hari ini. Hingga hari itu tiba kau akan mengingatnya seumur hidup mu."
"Untung saja tidak ada yang melihat hal memalukan ini, kalau tidak bisa hancur reputasi ku." ucap pria tampan itu.
Kemudian ia segera bangkit dan menghubungi seseorang agar menjemputnya karena gerimis mulai datang.
Tak butuh waktu lama, sebuah mobil hitam datang menghampirinya. Tak mau menunggu lagi pria itu segera masuk ke dalam mobil dan segera berlalu.
Sementara taksi yang membawa Devira mulai masuk ke sebuah komplek perumahan sederhana. Taksi tersebut menuju sebuah rumah yang berwarna putih yang berada di paling ujung.
Saat Devira sampai ia segera turun dan membayar taksi tersebut. Namun ia sedikit ragu, karena rumah tersebut banyak sekali orang yang mendatanginya. Dan ada diantara mereka yang menangis.
"Maaf pak, apakah benar ini rumah ibu Jihan ?." tanya Devira kepada salah seorang yang baru saja meninggalkan rumah tersebut.
"Iya benar." jawab orang tersebut.
"Apa yang terjadi ? mengapa banyak sekali orang yang ...," tanya Devira terhenti saat ia mendengar jeritan seseorang yang sangat menyayat hati.
"Itu anak bu Jihan meninggal dunia. Kasihan neng Devi meninggalkan dengan sangat mengesankan." jawab orang tersebut.
Devira langsung berlari menuju rumah yang ingin sekali ia kunjungi sejak beberapa tahun yang lalu itu. Dan langkahnya terhenti saat ia melihat sang ibu yang menangis pilu didepan sebuah jenazah yang tertutupi kantong jenazah.
Sekujur tubuhnya seakan tak bertenaga, ia perlahan mendekati wanita paruh baya itu. Alangkah terkejutnya ia saat melihat wajah sang adik yang sangat pucat dan terdapat beberapa memar.
Dengan cepat Devira memeriksa kondisi Devi, terdapat beberapa tusukan ditubuhnya. Bahkan sang adik tidak mengenakan pakaian.
Bagaikan disambar petir disiang bolong. Devira tak kuasa menahan tangis. Betapa kejamnya orang yang telah merenggut nyawa sang adik.
Apa salah Devi sehingga ia harus menghembuskan nafasnya dengan cara yang tidak biasa. Gadis yang sangat lembut dan polos itu harus menghembuskan nafas terakhirnya di tangan psikopat.
Devira menghapus air matanya, ia melihat sekeliling. Satu persatu wajah orang-orang disekitarnya ia tatap. Kemudian Devira berdiri dan bertanya kepada mereka semua.
"Katakan siapa yang telah membunuh adikku ? katakan !." tanya Devira dengan penuh penekanan.
Namun tak seorangpun yang mau menjawabnya. Semuanya diam, Devira tersenyum dalam kekecewaannya.
"Apakah kalian semua tidak mempunyai mulut ? apakah kalian semua tidak berani mengatakan sebuah kebenaran ?." tanya Devira dengan penuh emosi.
Ibu Jihan bangkit kemudian memeluk tubuh Devira. Meskipun beliau tidak mengatakan apapun, namun beliau ingin mengatakan bahwa Devira harus tenang.
"Sayang, lebih baik kita urus pemakaman Devi, kasihan ia jika harus menunggu." ucap ibu Jihan dengan lembut.
"Tidak ! aku akan membawa Devi kerumah sakit, ia harus di otopsi agar kita bisa mengetahui apa sebenarnya yang ia alami." jawab Devira.
"Tidak ? apakah kau tidak kasihan jika tubuh Devi harus di otopsi ?." tanya ibu Jihan sbil menggelengkan kepalanya.
"Mom." Devira mencoba untuk menjelaskan keinginannya.
Namun ibu Jihan tetap menggelengkan kepalanya. Dengan lembut beliau memeluk tubuh Devira dan memberikan penjelasan.
Terpaksa Devira menuruti kemauan sang ibu. Namun ia bertekad akan mencari tau sendiri dengan caranya. Ia akan menuntut balas kepada sang pelaku.
Sebagai seorang kakak ia tidak akan rela jika sang pelaku masih bisa bernafas dengan tenang setelah melakukan hal keji terhadap sang adik.
Devira berencana memberikan surprise kepada Devi, namun ternyata ia mendapatkan surprise dari sang adik.
Dimana Devi sudah terbujur kaku, ia menjadi korban pembunuhan dan pemerkosaan dari seseorang yang tidak bertanggung jawab.
Bahkan tak seorangpun yang mau memberitahu siapa pelaku yang biadab tersebut. Devira memeluk tubuh Devi dengan berurai air mata.
"Devi aku akan membalas semua yang kau alami. Seandainya kita tidak tinggal terpisah pasti aku akan melindungi mu dengan segenap jiwa ragaku." ucap Devira diantara tangisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Qiana Lail
Maaf salah ketik, terimakasih atas koreksinya
2023-08-18
0
ARA
"Mengenaskan" kali ya maksudnya thor☺
2023-08-18
0