Devira segera meninggalkan rumah mewah itu, setelah memberikan tugas kepada orang-orang kepercayaannya itu.
Ia kembali ke rumah, ia ingin bertemu dengan sang mommy. Ia begitu sangat sedih mengetahui bagaimana kehidupan yang selama ini Devi jalani.
Apakah sang mommy juga mengalami hal yang sama ?. Dan mengapa takdir begitu kejam memisahkan dirinya dengan saudara kembarnya disaat mereka baru saja saling mengenal.
Dan hal yang paling menyedihkan mereka hanya bertemu di dunia Maya. Di dunia nyata ini mereka belum sempat bertemu dalam waktu bertahun-tahun lamanya.
Devira menangis sambil duduk di depan pintu rumahnya. Ia sangat menyesal karena terlambat datang ke kota ini untuk bertemu dengan saudara kembarnya itu.
Padahal ia sering datang ke kota ini untuk menyelesaikan pekerjaannya, hanya saja waktu ia belum mengetahui tentang Devi dan juga mommy kandungnya.
Dan ternyata kehidupan sang mommy serta saudara kembarnya yang hidup dalam kesederhanaan. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Devi menjalani kehidupannya selama ini.
"Sayang, apa yang terjadi ? mengapa kau menangis dan mengapa pakaian mu seperti ini ?." tanya ibu Jihan dengan khawatir.
"Mom maafkan aku, maafkan aku karena datang terlambat untuk menemui kalian." jawab Devira sambil memeluk tubuh sang ibu.
"Sayang, apa yang kau katakan. Tidak ada kata terlambat untuk pertemuan kita, semua sudah menjadi suratan takdir yang harus kita jalani."
"Coba katakan apa yang membuatmu berfikir seperti itu ?." ibu Jihan memeluk tubuh Devira dan menepuk-nepuk pundak Devira seperti sedang menenangkan seorang anak kecil.
Devira kemudian menceritakan semua yang ia ketahui tentang kenyataan pahit yang dialami oleh Devi setiap hari.
Dimana Devi selalu menjadi bulan-bulanan teman-temannya di sekolah. Bahkan dari sekian banyak siswa dan siswi di sekolah itu tidak ada yang mau membela Devi termasuk Arin sahabat dekatnya itu.
Ibu Jihan ikut meneteskan air mata mendengar hal itu. Selama ini Devi tidak pernah bercerita apa-apa tentang hal buruk yang ia alami.
Devi selalu mengatakan semuanya baik-baik saja. Ia ia sangat berbahagia bisa masuk ke sekolah favorit itu. Hingga beberapa hari yang lalu ia tidak kembali ke rumahnya sampai Polisi datang membawa Devi kembali sebagai korban pembunuhan.
Bahkan dari keterangan Polisi tidak ada saksi dan bukti yang bisa digunakan untuk menyelidiki kasus yang menimpa Devi.
Ibu Jihan berfikir bahwa mungkin ini sudah menjadi nasib Devi. Namun kini beliau mendengar bahwa Devi selama ini selalu menderita menjadi korban bullying di sekolahnya.
Seharusnya sekolah yang menjadi rumah kedua bagi siswa dan siswinya bisa memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi siswa dan siswinya dalam menuntut ilmu.
Bukan sebaliknya menjadi ajang saling menjatuhkan yang lain demi membuktikan siapa yang paling kuat. Jika demikian apa bedanya Sekolah sebagai lembaga pendidikan dengan hutan rimba ?.
Sungguh sangat miris hidup di kota ini bagi si miskin. Karena tidak bisa mendapatkan dukungan dan bantuan saat mengalami bullying dari keluarga kaya dan memiliki jabatan.
"Sayang dengarkan mommy, lebih baik kau akhiri saja niatmu untuk membalas perbuatan mereka terhadap Devi."
"Dan kembalilah ke rumah Daddy. Di Sana kau akan lebih aman dari pada tinggal di sini bersama mommy. Karena mommy tidak bisa melindungi mu. Sama seperti Devi, mommy takut kehilangan mu." ucap ibu Jihan dengan menangis.
Devira menggelengkan kepalanya, ia tidak mungkin mundur dan kembali ke negara asalnya. Ia harus membalas semua perbuatan buruk mereka terhadap Devi.
Jika sang Daddy tidak bisa melindungi Devi selama ini, maka Devira yang akan membalasnya dengan caranya sendiri.
Tekad Devira sudah bulat, apapun yang terjadi ia harus membalas kematian Devi, saudara kembarnya. Setelah semuanya selesai barulah ia akan kembali ke rumah sang Daddy bersama mommy.
"Tidak mom, Devira sudah meminta ijin kepada Daddy untuk membalaskan dendam Devi. Mommy jangan khawatir karena Devira tidak selemah Devi."
"Jika Devi adalah sebuah kelemahan maka Devira adalah sebuah kekuatan yang maha dahsyat. Untuk itu Devira akan membalas mereka semua tanpa terkecuali."
"Siapapun dan apapun kedudukan mereka dan juga keluarganya. Air mata harus dibalas dengan air mata. Nyawa harus dibalas dengan nyawa itulah janjiku kepada Devi." ucap Devira dengan penuh keyakinan.
Ibu Jihan memeluk tubuh Devira. Mereka saling berpelukan dan saling menguatkan. Tanpa sebuah kata mereka sepakat bahwa mereka akan saling mendukung satu sama lainnya.
Setelah itu Devira masuk kedalam kamar Devi, ia mencari-cari sesuatu yang bisa memberikan petunjuk siapa dalang di balik pembunuh Devi.
Dari semua buku-buku mata pelajaran, buku bacaan semuanya Devira periksa. Namun tak ada hal yang mencurigakan sama sekali.
Akhirnya Devira menyerah, ia berbaring di ranjangnya menatap langit-langit kamar. Mencoba berfikir bagaimana caranya ia untuk memulai pembalasan dendamnya itu.
Tings
Ada sebuah notifikasi di jam tangannya. Sebuah jam tangan yang telah ia modifikasi sehingga menjadi barang multi fungsi yang sangat canggih.
Dari jam tangan tersebut, Devira mengetahui bahwa Devan adalah pemimpin sebuah kelompok mafia terbesar di kota ini.
Devan biasa dikenal musuh-musuhnya dengan sebutan King. Selama ini Devira tidak pernah terlibat masalah dengan kelompok mafia tersebut, tapi kali ini ia akan menghancurkan kelompok mafia tersebut hingga tak ada lagi yang akan berani menyebut nama kelompok mafia itu lagi.
Sementara Melani adalah kelompok geng sekolah yang ditakuti karena keluarganya adalah seorang pejabat negara.
Dan Melani sangat tergila-gila dengan Devan. Sayang sekali Devan tidak pernah perduli dengan Melani.
Dan hal yang tidak masuk akal bagi Devira adalah Devi dijadikan sebagai musuh hanya karena Devan pernah menjadi satu team saat mendapatkan tugas dari wali kelas mereka.
Sejak saat itu, Devi selalu menjadi target Melani untuk dijadikan bulan-bulanan. Dan yang paling parah. Arin sebagai sahabat Devi tidak pernah membantunya sama sekali.
"Mereka semua sama saja. Arin apa yang sebenarnya ada dalam pikiran mu sehingga kau diam saat Devi direndahkan !."
"Dan kau Melani, mulai besok kau akan menggantikan posisi Devi selama ini. Kita lihat saja bagaimana aku akan mengajarimu tentang kehidupan ini."
"Hal itu juga akan berlaku untuk dirimu King, karena kau adalah penyebab utama penderitaan yang dialaminya Devi selama ini."
"Kalian tunggu pembalasanku. Kalian akan mengingatnya seumur hidup kalian. Ingat itu." ucap Devira dengan penuh dendam yang menguasai dirinya.
Hal itu terdengar oleh ibu Jihan. Dengan cepat beliau mendekati Devira yang tengah terbakar amarah dan juga dendam.
Perlahan ibu Jihan memeluk tubuh Devira, beliau tidak ingin dendam itu akan membakar putrinya satu-satunya jika ia tidak bisa menguasai amarah dan dendam itu sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments