NovelToon NovelToon

Devi Devira

Bab. 1. Surprise

"Ah akhirnya sampai juga aku di negara asalku. Aku sangat merindukanmu ibu, dan kau adik kesayanganku Devi."

"Kalian pasti akan terkejut melihat kedatangan ku. Maaf karena tidak memberikan kabar terlebih dahulu, aku harap ini adalah surprise terindah untuk kalian." ucap gadis cantik yang baru saja turun dari pesawat.

Penampilan yang sangat modis, semakin memancarkan kecantikan parasnya. Senyuman yang senantiasa menghiasi bibir merahnya membuat siapapun akan terpesona saat melihatnya.

Devina dengan cepat melangkah menuju taksi yang kebetulan sedang parkir tak jauh dari tempatnya berdiri.

Namun saat ia hendak membuka pintu mobil, tangannya ditahan oleh seseorang yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Aku duluan yang datang kesini nona, jadi aku harap anda bisa menunggu taksi yang lainnya." ucap seorang pemuda yang sedang menahan tangan Devina.

"Kakak yang terhormat, maaf aku sedang tidak ingin berdiskusi dengan anda. Jadi sebaiknya anda jangan mengganggu perjalanan saya." jawab Devina tanpa mau mengalah.

Pemuda itu tersenyum, namun ia tidak berniat untuk meninggalkan tempat itu. Dengan cepat ia mendorong tubuh Devina agar ia bisa segera masuk kedalam taksi.

Suasana yang mendung membuatnya ingin cepat-cepat sampai dikediamannya. Namun hal itu sudah diantisipasi oleh Devina.

Dengan gerakan yang sangat halus, Devina menghindar, dan dengan secepat kilat ia membalas serangan pria tersebut.

Sehingga pria malang itu jatuh tersungkur di atas jalan, ia tidak menduga bahwa gadis cantik yang ada didepannya bisa menghindar dan dengan cepat memberikan serangan balasan.

Devina tersenyum sambil mengerlingkan matanya saat ia sudah berada di dalam taksi. Tanpa memperdulikan pria asing itu, Devina meminta sopir taksi tersebut untuk segera meninggalkan tempat tersebut.

Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibu yang selama ini sangat ia rindukan. Devina terpaksa ikut dengan sang ayah ke negara lain sejak keduanya memilih jalan masing-masing.

Ia terpaksa terpisah dari saudara kandungnya karena mereka harus mengikuti salah satu dari orang tuanya. Namun meskipun demikian, Devira tetap menjalin komunikasi yang baik terhadap ibu dan juga adiknya.

Kini setelah sekian tahun, akhirnya Devira di ijinkan untuk datang ke negara tempat ia dilahirkan dulu. Ia di ijinkan untuk menemui ibu serta saudara kandungnya itu.

"Mom i am coming!." ucap Devira dengan tersenyum bahagia.

Meskipun rintik hujan mulai membasahi bumi namun hal itu tidak mengurangi antusias Devira untuk bertemu dengan orang-orang yang sangat ia rindukan.

Sedangkan Devan, pria tampan yang arogan itu. Terpaksa harus menerima kekalahannya dari gadis cantik yang baru saja mendorongnya hingga tersungkur di atas tanah.

"Menarik ! baru kali ini ada seseorang yang bisa mengalahkan aku. Lebih parah lagi dia adalah seorang gadis."

"Tunggu girl aku pasti akan menemukan mu kembali dan aku akan membalas hari ini. Hingga hari itu tiba kau akan mengingatnya seumur hidup mu."

"Untung saja tidak ada yang melihat hal memalukan ini, kalau tidak bisa hancur reputasi ku." ucap pria tampan itu.

Kemudian ia segera bangkit dan menghubungi seseorang agar menjemputnya karena gerimis mulai datang.

Tak butuh waktu lama, sebuah mobil hitam datang menghampirinya. Tak mau menunggu lagi pria itu segera masuk ke dalam mobil dan segera berlalu.

Sementara taksi yang membawa Devira mulai masuk ke sebuah komplek perumahan sederhana. Taksi tersebut menuju sebuah rumah yang berwarna putih yang berada di paling ujung.

Saat Devira sampai ia segera turun dan membayar taksi tersebut. Namun ia sedikit ragu, karena rumah tersebut banyak sekali orang yang mendatanginya. Dan ada diantara mereka yang menangis.

"Maaf pak, apakah benar ini rumah ibu Jihan ?." tanya Devira kepada salah seorang yang baru saja meninggalkan rumah tersebut.

"Iya benar." jawab orang tersebut.

"Apa yang terjadi ? mengapa banyak sekali orang yang ...," tanya Devira terhenti saat ia mendengar jeritan seseorang yang sangat menyayat hati.

"Itu anak bu Jihan meninggal dunia. Kasihan neng Devi meninggalkan dengan sangat mengesankan." jawab orang tersebut.

Devira langsung berlari menuju rumah yang ingin sekali ia kunjungi sejak beberapa tahun yang lalu itu. Dan langkahnya terhenti saat ia melihat sang ibu yang menangis pilu didepan sebuah jenazah yang tertutupi kantong jenazah.

Sekujur tubuhnya seakan tak bertenaga, ia perlahan mendekati wanita paruh baya itu. Alangkah terkejutnya ia saat melihat wajah sang adik yang sangat pucat dan terdapat beberapa memar.

Dengan cepat Devira memeriksa kondisi Devi, terdapat beberapa tusukan ditubuhnya. Bahkan sang adik tidak mengenakan pakaian.

Bagaikan disambar petir disiang bolong. Devira tak kuasa menahan tangis. Betapa kejamnya orang yang telah merenggut nyawa sang adik.

Apa salah Devi sehingga ia harus menghembuskan nafasnya dengan cara yang tidak biasa. Gadis yang sangat lembut dan polos itu harus menghembuskan nafas terakhirnya di tangan psikopat.

Devira menghapus air matanya, ia melihat sekeliling. Satu persatu wajah orang-orang disekitarnya ia tatap. Kemudian Devira berdiri dan bertanya kepada mereka semua.

"Katakan siapa yang telah membunuh adikku ? katakan !." tanya Devira dengan penuh penekanan.

Namun tak seorangpun yang mau menjawabnya. Semuanya diam, Devira tersenyum dalam kekecewaannya.

"Apakah kalian semua tidak mempunyai mulut ? apakah kalian semua tidak berani mengatakan sebuah kebenaran ?." tanya Devira dengan penuh emosi.

Ibu Jihan bangkit kemudian memeluk tubuh Devira. Meskipun beliau tidak mengatakan apapun, namun beliau ingin mengatakan bahwa Devira harus tenang.

"Sayang, lebih baik kita urus pemakaman Devi, kasihan ia jika harus menunggu." ucap ibu Jihan dengan lembut.

"Tidak ! aku akan membawa Devi kerumah sakit, ia harus di otopsi agar kita bisa mengetahui apa sebenarnya yang ia alami." jawab Devira.

"Tidak ? apakah kau tidak kasihan jika tubuh Devi harus di otopsi ?." tanya ibu Jihan sbil menggelengkan kepalanya.

"Mom." Devira mencoba untuk menjelaskan keinginannya.

Namun ibu Jihan tetap menggelengkan kepalanya. Dengan lembut beliau memeluk tubuh Devira dan memberikan penjelasan.

Terpaksa Devira menuruti kemauan sang ibu. Namun ia bertekad akan mencari tau sendiri dengan caranya. Ia akan menuntut balas kepada sang pelaku.

Sebagai seorang kakak ia tidak akan rela jika sang pelaku masih bisa bernafas dengan tenang setelah melakukan hal keji terhadap sang adik.

Devira berencana memberikan surprise kepada Devi, namun ternyata ia mendapatkan surprise dari sang adik.

Dimana Devi sudah terbujur kaku, ia menjadi korban pembunuhan dan pemerkosaan dari seseorang yang tidak bertanggung jawab.

Bahkan tak seorangpun yang mau memberitahu siapa pelaku yang biadab tersebut. Devira memeluk tubuh Devi dengan berurai air mata.

"Devi aku akan membalas semua yang kau alami. Seandainya kita tidak tinggal terpisah pasti aku akan melindungi mu dengan segenap jiwa ragaku." ucap Devira diantara tangisnya.

Bab. 2. Ingin tinggal

Devira mengantarkan kepergian Devi di peristirahatan terakhirnya. Dibawah gerimis yang masih enggan berlalu, Devira masih setia menemani Devi yang kini sudah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.

"Devira, mari kita kembali ke rumah, kita doakan Devi semoga ia tenang di alam sana." ucap Ibu Jihan sambil membelai lembut rambut Devira.

"Tidak mom, aku masih ingin disini menemani Devi." ucap Devira tanpa melihat wajah sang ibu.

"Devira jika kau terus bersedih seperti ini, apakah kau tidak kasihan dengan Devi ?."

"Apakah kau ingin menambah kesedihannya dengan melihat kau seperti ini ?. Tidakkah kau kasihan dengan apa yang telah menimpanya hingga ia harus berada di sini ?." tanya ibu Jihan.

Mendengar hal itu Devira tertegun sejenak, kemudian ia bangkit dan mengikuti sang ibu pulang kembali ke rumah mereka.

Rumah itu nampak ramai, karena masih ada beberapa orang yang ingin menyampaikan belasungkawa kepada ibu Jihan.

Devira masuk kedalam kamar Devi. Ia kemudian segera mandi, setelah selesai ia duduk di meja belajar Devi.

Ia menatap wajah Devi dalam foto yang terpasang disitu. Ia ingat setiap malam mereka selalu melakukan video call saling berkabar tentang kedua orang tuanya.

Sehingga meskipun berada di tempat yang jauh mereka tau keadaan masing-masing. Devira menghela nafasnya kemudian ia mengambil ponselnya untuk memberitahu keadaan Devi kepada ayahnya.

"Sayang bisakah kau bantu untuk membalaskan kematian saudara mu ?." tanya sang ayah dari sebrang telepon.

"Tentu saja Dad, aku menghubungi Dady karena ingin meminta ijin karena akan tinggal di sini lebih lama. Aku ingin mommy tidak bersedih karena kepergian Devi." jawab Devira.

Setelah mengutarakan keinginannya dan hal itu telah mendapat dukungan sepenuhnya dari sang ayah, Devira berbaring di ranjang sambil menatap atap kamar.

"Devi kehidupan ini sangat kejam, sejak bayi kau harus tinggal dengan mommy dengan semua kesederhanaan ini."

"Dan kini kau harus pergi dengan kondisi seperti ini. Devi apa sebenarnya yang terjadi ? mengapa selama ini kau tidak pernah bercerita tentang keadaan yang kau alami ?." tanya Devira.

Devira hanya bisa bertanya tanpa tau jawabannya. Hingga tanpa terasa ia telah berada di alam mimpi. Sementara ibu Jihan melihat putrinya tengah terlelap, perlahan beliau menyelimuti tubuh Devira.

"Sayang tanpa terasa kau telah tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik. Setelah beberapa tahun akhirnya kita bisa bertemu."

"Sayangnya kau kalian tidak bisa bertemu karena Devi harus kembali lebih dahulu. Sayang tetaplah disini." ucap ibu Jihan pelan.

Kemudian beliau mengecup kening Devira sebelum akhirnya pergi meninggalkan Devira yang tengah terlelap.

Namun tanpa beliau sadari Devira mendengar ucapan itu. Devira meneteskan air matanya. Ia tau bagaimana rasanya jika berada di posisi ibu Jihan.

Walaupun ia tidak tahu apa yang menyebabkan keluarga mereka berpisah, namun yang pasti kedua orang tuanya mempunyai sebuah alasan untuk hal itu.

"Mom aku akan berada di sini, aku akan menggantikan Devi ku mohon jangan bersedih. Aku yakin Dady juga akan segera kembali ke sisimu lagi ini janjiku." ucap Devira.

Kemudian ia melanjutkan kembali tidurnya. Meskipun saat ini ia berada di dalam rumah yang jauh berbeda dengan rumahnya, namun karena rasa nyaman berada dekat dengan sang ibu membuatnya mudah terlelap.

Karena apapun yang terjadi dan apapun yang ia miliki tidak akan mampu menggantikan posisi sang ibu dalam hatinya.

Saat pagi menjelang, Devira terbangun karena mencium aroma masakan yang sangat menggugah selera.

Perlahan ia mengucek kedua matanya, ia segera bangkit dan mencari sumber aroma masakan tersebut.

Devira melihat sang ibu sedang mengaduk makanan yang ada diatas kompor, perlahan Devira mendekati sang ibu dan langsung memeluknya dari belakang.

"Morning mom." ucap Devira sambil memeluk tubuh sang ibu.

"Morning cantik. Kau sudah bangun ? cepat mandi dan kita akan sarapan pagi bersama." jawab ibu Jihan.

Devira segera mengangguk kemudian ia masuk kembali ke dalam kamarnya. Tak lama kemudian ia keluar menghampiri sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan paginya.

"Mom apa ini ? aromanya begitu menggoda." tanya Devira saat melihat sebuah masakan yang tersaji diatas meja.

Delam ini, ia tidak pernah melih makanan itu. Karena setiap pagi ia hanya akan bertemu dengan roti dan selai serta makanan ala Barat.

Tetapi sang ayah selalu bercerita bahwa masakan sang ibu sangat jauh lebih nikmat dari pada yang selalu mereka makan di sana.

"Ini namanya rendang masakan khas dari Indonesia. Ini terbuat dari daging sapi yang dimasak dengan aneka rempah. Dan dimasak dalam waktu yang lama."

"Coba kau cicipi ini adalah salah satu makanan favorit Devi dan juga ayahmu dulu saat masih berada di sini." jelas ibu Jihan.

Devira segera duduk kemudian ia mengambil nasi dan sedikit rendang yang aromanya sangat menggugah selera.

Setelah mencicipi Devira langsung jatuh hati. Ia dengan lahap menghabiskan nasi di piringnya, tanpa malu-malu ia mengambil kembali hingga ia benar-benar merasa sangat kenyang.

"Mom makanan ini sungguh sangat luar biasa. Bolehkah aku tinggal di sini ? agar aku bisa merasakan masakan yang sangat luar biasa ini setiap hari." tanya Devira dengan sungguh-sungguh.

"Tentu sayang, kau bisa tinggal disini kapanpun dan sampai kapanpun. Dan mommy akan membuat makanan yang lezat-lezat setiap hari." jawab ibu Jihan dengan tersenyum.

Beliau begitu bahagia, karena putrinya sangat menyukai masakannya. Hal seperti ini sudah sering Beliau bayangkan sejak lama.

Kebahagiaan yang beliau rasakan sedikit berkurang saat teringat Devi. Keduanya adalah saudara kembar yang harus terpisah karena keadaan yang memaksa.

Seandainya ia bisa mengalah mungkin saat ini keluarganya masih utuh dan berkumpul dengan penuh kebahagiaan.

"Mom, apakah aku melakukan sebuah kesalahan ?." tanya Devira.

"Tidak, mommy hanya teringat adik kembar mu." jawab ibu Jihan.

"Mom, mulai hari ini Devira akan menjadi Devi dan juga Devira. Devira akan menjalani kehidupan sebagai Devi, Devira harus menemukan penjahat itu."

"Bisakah mommy membantu Devira ?. Bisakah mommy membantu Devira menjadi Devi ?." tanya Devira sambil menggenggam tangan ibu Jihan.

Ibu Jihan menatap wajah putrinya, keduanya terlahir sebagai kembar identik. Bagi yang tidak tau pasti akan menganggap Devira adalah Devi.

Beliau kemudian mengangguk sebagai tanda setuju. Beliau juga ingin membalas apa yang telah menimpa Devi.

Ibu yang mana yang akan diam saja, jika ada seseorang yang menyakiti buah hatinya, bahkan sampai menghilangkan nyawa buah hatinya.

Selama ini beliau hanya diam bukan karena rela putrinya dibunuh oleh orang yang tak bertanggung jawab. Hanya saja beliau tidak tau bagaimana caranya untuk membalaskan perbuatan penjahat itu.

Kini Devira menawarkan diri untuk menyelidiki sendiri apa yang terjadi kepada Devi saudara kembarnya itu. Tentu saja beliau akan mendukung hal itu.

Bab. 3. Kantin sekolah

Setelah menyetujui rencana Devira, ibu Jihan mengajarkan bagaimana mana Devi bertingkah laku selama ini.

Meskipun mereka kembar namun mereka memiliki karakter yang berbeda. Setelah menguasai bagaimana tingkah laku dan karakter Devi. Devira berencana untuk menggantikan posisi Devi.

Ia akan mengawali pencariannya dari sekolah Devi, karena yang ia tau Devi hanya pergi ke sekolah saja yang tidak didampingi oleh sang ibu.

Devira juga menggunakan ponsel dan nomor yang biasa Devi gunakan. Untuk menunjang penyamarannya ia juga mengubah penampilannya seperti Devi, gadis yang sangat polos dan lugu.

Waktu berlalu begitu lambat, ia ingin sekali segera mendatangi sekolah Devi, dan ia juga ingin tau bagaimana karakter teman-temannya disekolah serta bagaimana mereka memperlakukan Devi selama ini.

Tak terasa pagi menjelang, dengan penuh semangat Devira bersiap untuk pergi ke sekolah dimana Devi menuntut ilmu selama ini.

Hari ini ia di antar oleh sang mommy, karena ia belum tau di mana sekolah Devi. Ibu Jihan juga tak lupa memperkenalkan Arin sahabat dekat dan juga teman satu bangku Devi.

"Pagi Tante." sapa Arin saat bertemu dengan ibu Jihan.

"Pagi Arin, bagaimana kabar mu ?." tanya ibu Jihan.

"Baik Tante, oh ya Tante bagaimana apakah ada kabar dari Devi ? sudah seminggu kami tidak bertemu. Rasanya Arin sangat rindu sekali." tanya Arin.

"Iya Arin, Devi telah kembali. Tetapi ia sedikit kehilangan ingatannya akibat penculikan yang menimpanya."

"Mungkin ia hanya trauma saja, untuk itu tentu minta bantuan Arin agar bisa membantu Devi mengingat semuanya."

"Tante berharap banyak pada mu Arin. Karena Tante tidak tau harus meminta bantuan kepada siapa lagi." jelas ibu Jihan.

"Benarkah Tante ? benarkah Devi telah ditemukan ? kalau begitu dimana Devi ? aku akan selalu merindukannya dan Tante tenang saja, Arin pasti akan membantu Devi." jawab Arin dengan penuh semangat.

Ibu Jihan lalu memanggil Devira yang kini berperan sebagai Devi. Devira berjalan mendekati Arin dan juga ibunya yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Devira tersenyum menatap Arin, ia memperhatikan dengan seksama. Ia yakin bahwa Devi adalah anak yang baik.

"Devi aku sangat merindukanmu." ucap Arin sambil memeluk tubuh Devira.

Devira terlihat sedikit kaku, namun dengan cepat ia membalas pelukan sahabat dekat Devi. Setelah berpesan beberapa kata ibu Jihan pergi meninggalkan Devira dan juga Arin.

Sementara Arin segera mengajak Devira untuk segera masuk kedalam sekolah dan menuju ke kelas mereka.

Devira lebih banyak memperhatikan lingkungan sekitarnya dan ia menatap beberapa teman sekelasnya. Saat guru bidang studi melihatnya yang tidak fokus, Devira segera dipanggil ke depan kelas untuk mengerjakan soal.

Dengan mudah Devira menyelesaikan tugas tersebut. Dan ia kembali duduk di bangkunya lagi. Sementara Arin sedikit terkejut melihat perubahan Devi sahabatnya itu.

Devi memang pintar tapi ia tidak akan bisa menjawab soal jika ia tidak fokus seperti Devi saat ini. Tapi kali ini Devi dengan mudah menyelesaikannya.

Waktu akhirnya berlalu, hingga waktu istirahat tiba. Arin mengajak Devira pergi ke kantin, mereka memesan bakso dan mie ayam.

Devira hanya mengikuti saja apa yang dipesan oleh Arin. Saat Devira berjalan menuju bangku kosong yang ada dipojok ruangan, tiba-tiba saja kakinya dihalangi oleh seseorang.

Devira terjatuh kelantai dan mie ayam yang ia bawa tumpah berserakan. Belum sempat Devira bereaksi segelas es menguyur kepalanya.

Semua yang hadir di dalam kantin itu tertawa melihat apa yang menimpa Devira. Devira menatap seorang gadis yang dengan bangga karena telah melakukan semua itu.

"Apa yang kau lihat ? apakah masih belum cukup aku memberikan pelajaran kepada mu ?." tanya gadis cantik itu dengan arogan.

Arin hanya diam membisu ketika melihat hal yang menimpa Devira. Entah apa sebabnya tapi Devira tak mau ambil pusing akan hal itu.

Satu hal yang ia tau bahwa gadis cantik yang ada dihadapannya saat ini adalah rival Devi, saudara kembarnya.

Dengan cepat Devira mengambil gelas es yang ada didekatnya kemudian ia menyiramkan tepat ke wajah gadis cantik itu. Bahkan ia juga mengambil semangkuk mie ayam disampingnya dan dengan tersenyum Devira menumpahkan diatas kepala gadis arogan itu.

"Hai cupu ! rupanya kau sudah berani melawanku. Lihat saja apa yang akan aku lakukan untuk membalasnya." ucap gadis itu.

Dengan sekali gerakan beberapa gadis yang tadinya duduk santai menikmati makanan dan minumannya bangkit dan mendekati Devira.

Mereka langsung menangkap tangan Devira, namun sayangnya Devira malah membalikkan tubuhnya lalu dengan sangat cepat ia menendang gadis-gadis bodoh yang menuruti perintah temannya yang arogan itu.

Dalam sekali gerakan mereka tersungkur dan berjatuhan ke lantai. Kantin tersebut langsung berantakan karena tertimpa tubuh mereka.

"Kau !." ucap gadis arogan itu dengan penuh keheranan.

Arin juga merasa heran karena Devi sahabatnya bisa melakukan hal luar biasa itu. Biasanya ia hanya bisa menangis tersedu-sedu sambil meminta maaf.

Tapi kini, Devi mampu membalas perbuatan mereka dengan tangan kosong dan juga seorang diri. Sungguh sangat bertolak belakang dengan karakter sahabatnya itu.

"Apa yang membuatmu melakukan hal hina seperti itu ?." tanya Devira sambil mendekati gadis arogan itu yang kini hanya bisa diam membisu.

"Apa yang akan kau lakukan ? stop berhenti disitu !." teriak gadis itu.

"Katakan apa alasanmu sehingga kau melakukan hal seperti itu kepadaku ?." tanya Devira dengan penuh penekanan.

"Aku, aku hanya iseng saja. Aku hanya ingin bermain-main saja.". jawab gadis arogan itu dengan tergugup.

"Iseng kata mu ?." tanya Devira lagi.

Perlahan tapi pasti Devira berhasil berdiri tepat di hadapan gadis arogan itu. Ia menatap tajam wajah gadis yang kini terlihat ketakutan itu.

Terbayang bagaimana hal itu sering Devi alami tanpa bisa membalasnya. Seandainya mereka dibesarkan oleh Dady secara bersamaan pasti Devi akan menjadi gadis yang kuat.

Dan tidak ada seorangpun yang bisa meremehkannya. Apalagi sampai mem bully Devi dengan alasan hanya untuk iseng saja.

"Apa, apa yang akan kau lakukan ?." tanya gadis itu dengan gemetar ketakutan.

"Aku akan membalasnya seratus kali lipat." jawab Devira.

Aura mencekam menyelimuti ruang kantin sekolah tersebut. Tak ada satupun dari mereka yang berani menjawab dan jawabannya salah.

Perlahan terdengar suara langkah kaki beberapa orang. Dan tak lama kemudian terdengar suara tepuk tangan dari mereka yang baru saja datang ke tempat itu.

"Luar biasa ! ternyata si cupu bertindak layaknya suhu." ucap seorang pemuda yang baru saja datang di iringi oleh beberapa pengawal.

Devira menatap ke sumber suara, ia teringat bahwa lelaki itu adalah lelaki yang ingin merebut taksi di bandara saat ia pertama kali datang ke kota ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!