Devira mengantarkan kepergian Devi di peristirahatan terakhirnya. Dibawah gerimis yang masih enggan berlalu, Devira masih setia menemani Devi yang kini sudah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.
"Devira, mari kita kembali ke rumah, kita doakan Devi semoga ia tenang di alam sana." ucap Ibu Jihan sambil membelai lembut rambut Devira.
"Tidak mom, aku masih ingin disini menemani Devi." ucap Devira tanpa melihat wajah sang ibu.
"Devira jika kau terus bersedih seperti ini, apakah kau tidak kasihan dengan Devi ?."
"Apakah kau ingin menambah kesedihannya dengan melihat kau seperti ini ?. Tidakkah kau kasihan dengan apa yang telah menimpanya hingga ia harus berada di sini ?." tanya ibu Jihan.
Mendengar hal itu Devira tertegun sejenak, kemudian ia bangkit dan mengikuti sang ibu pulang kembali ke rumah mereka.
Rumah itu nampak ramai, karena masih ada beberapa orang yang ingin menyampaikan belasungkawa kepada ibu Jihan.
Devira masuk kedalam kamar Devi. Ia kemudian segera mandi, setelah selesai ia duduk di meja belajar Devi.
Ia menatap wajah Devi dalam foto yang terpasang disitu. Ia ingat setiap malam mereka selalu melakukan video call saling berkabar tentang kedua orang tuanya.
Sehingga meskipun berada di tempat yang jauh mereka tau keadaan masing-masing. Devira menghela nafasnya kemudian ia mengambil ponselnya untuk memberitahu keadaan Devi kepada ayahnya.
"Sayang bisakah kau bantu untuk membalaskan kematian saudara mu ?." tanya sang ayah dari sebrang telepon.
"Tentu saja Dad, aku menghubungi Dady karena ingin meminta ijin karena akan tinggal di sini lebih lama. Aku ingin mommy tidak bersedih karena kepergian Devi." jawab Devira.
Setelah mengutarakan keinginannya dan hal itu telah mendapat dukungan sepenuhnya dari sang ayah, Devira berbaring di ranjang sambil menatap atap kamar.
"Devi kehidupan ini sangat kejam, sejak bayi kau harus tinggal dengan mommy dengan semua kesederhanaan ini."
"Dan kini kau harus pergi dengan kondisi seperti ini. Devi apa sebenarnya yang terjadi ? mengapa selama ini kau tidak pernah bercerita tentang keadaan yang kau alami ?." tanya Devira.
Devira hanya bisa bertanya tanpa tau jawabannya. Hingga tanpa terasa ia telah berada di alam mimpi. Sementara ibu Jihan melihat putrinya tengah terlelap, perlahan beliau menyelimuti tubuh Devira.
"Sayang tanpa terasa kau telah tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik. Setelah beberapa tahun akhirnya kita bisa bertemu."
"Sayangnya kau kalian tidak bisa bertemu karena Devi harus kembali lebih dahulu. Sayang tetaplah disini." ucap ibu Jihan pelan.
Kemudian beliau mengecup kening Devira sebelum akhirnya pergi meninggalkan Devira yang tengah terlelap.
Namun tanpa beliau sadari Devira mendengar ucapan itu. Devira meneteskan air matanya. Ia tau bagaimana rasanya jika berada di posisi ibu Jihan.
Walaupun ia tidak tahu apa yang menyebabkan keluarga mereka berpisah, namun yang pasti kedua orang tuanya mempunyai sebuah alasan untuk hal itu.
"Mom aku akan berada di sini, aku akan menggantikan Devi ku mohon jangan bersedih. Aku yakin Dady juga akan segera kembali ke sisimu lagi ini janjiku." ucap Devira.
Kemudian ia melanjutkan kembali tidurnya. Meskipun saat ini ia berada di dalam rumah yang jauh berbeda dengan rumahnya, namun karena rasa nyaman berada dekat dengan sang ibu membuatnya mudah terlelap.
Karena apapun yang terjadi dan apapun yang ia miliki tidak akan mampu menggantikan posisi sang ibu dalam hatinya.
Saat pagi menjelang, Devira terbangun karena mencium aroma masakan yang sangat menggugah selera.
Perlahan ia mengucek kedua matanya, ia segera bangkit dan mencari sumber aroma masakan tersebut.
Devira melihat sang ibu sedang mengaduk makanan yang ada diatas kompor, perlahan Devira mendekati sang ibu dan langsung memeluknya dari belakang.
"Morning mom." ucap Devira sambil memeluk tubuh sang ibu.
"Morning cantik. Kau sudah bangun ? cepat mandi dan kita akan sarapan pagi bersama." jawab ibu Jihan.
Devira segera mengangguk kemudian ia masuk kembali ke dalam kamarnya. Tak lama kemudian ia keluar menghampiri sang ibu yang sedang menyiapkan sarapan paginya.
"Mom apa ini ? aromanya begitu menggoda." tanya Devira saat melihat sebuah masakan yang tersaji diatas meja.
Delam ini, ia tidak pernah melih makanan itu. Karena setiap pagi ia hanya akan bertemu dengan roti dan selai serta makanan ala Barat.
Tetapi sang ayah selalu bercerita bahwa masakan sang ibu sangat jauh lebih nikmat dari pada yang selalu mereka makan di sana.
"Ini namanya rendang masakan khas dari Indonesia. Ini terbuat dari daging sapi yang dimasak dengan aneka rempah. Dan dimasak dalam waktu yang lama."
"Coba kau cicipi ini adalah salah satu makanan favorit Devi dan juga ayahmu dulu saat masih berada di sini." jelas ibu Jihan.
Devira segera duduk kemudian ia mengambil nasi dan sedikit rendang yang aromanya sangat menggugah selera.
Setelah mencicipi Devira langsung jatuh hati. Ia dengan lahap menghabiskan nasi di piringnya, tanpa malu-malu ia mengambil kembali hingga ia benar-benar merasa sangat kenyang.
"Mom makanan ini sungguh sangat luar biasa. Bolehkah aku tinggal di sini ? agar aku bisa merasakan masakan yang sangat luar biasa ini setiap hari." tanya Devira dengan sungguh-sungguh.
"Tentu sayang, kau bisa tinggal disini kapanpun dan sampai kapanpun. Dan mommy akan membuat makanan yang lezat-lezat setiap hari." jawab ibu Jihan dengan tersenyum.
Beliau begitu bahagia, karena putrinya sangat menyukai masakannya. Hal seperti ini sudah sering Beliau bayangkan sejak lama.
Kebahagiaan yang beliau rasakan sedikit berkurang saat teringat Devi. Keduanya adalah saudara kembar yang harus terpisah karena keadaan yang memaksa.
Seandainya ia bisa mengalah mungkin saat ini keluarganya masih utuh dan berkumpul dengan penuh kebahagiaan.
"Mom, apakah aku melakukan sebuah kesalahan ?." tanya Devira.
"Tidak, mommy hanya teringat adik kembar mu." jawab ibu Jihan.
"Mom, mulai hari ini Devira akan menjadi Devi dan juga Devira. Devira akan menjalani kehidupan sebagai Devi, Devira harus menemukan penjahat itu."
"Bisakah mommy membantu Devira ?. Bisakah mommy membantu Devira menjadi Devi ?." tanya Devira sambil menggenggam tangan ibu Jihan.
Ibu Jihan menatap wajah putrinya, keduanya terlahir sebagai kembar identik. Bagi yang tidak tau pasti akan menganggap Devira adalah Devi.
Beliau kemudian mengangguk sebagai tanda setuju. Beliau juga ingin membalas apa yang telah menimpa Devi.
Ibu yang mana yang akan diam saja, jika ada seseorang yang menyakiti buah hatinya, bahkan sampai menghilangkan nyawa buah hatinya.
Selama ini beliau hanya diam bukan karena rela putrinya dibunuh oleh orang yang tak bertanggung jawab. Hanya saja beliau tidak tau bagaimana caranya untuk membalaskan perbuatan penjahat itu.
Kini Devira menawarkan diri untuk menyelidiki sendiri apa yang terjadi kepada Devi saudara kembarnya itu. Tentu saja beliau akan mendukung hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Er Ropah
bru mmpir......
2023-06-24
0
Zaqian Laili
up yang banyak thor
2023-05-13
0