Setelah menyetujui rencana Devira, ibu Jihan mengajarkan bagaimana mana Devi bertingkah laku selama ini.
Meskipun mereka kembar namun mereka memiliki karakter yang berbeda. Setelah menguasai bagaimana tingkah laku dan karakter Devi. Devira berencana untuk menggantikan posisi Devi.
Ia akan mengawali pencariannya dari sekolah Devi, karena yang ia tau Devi hanya pergi ke sekolah saja yang tidak didampingi oleh sang ibu.
Devira juga menggunakan ponsel dan nomor yang biasa Devi gunakan. Untuk menunjang penyamarannya ia juga mengubah penampilannya seperti Devi, gadis yang sangat polos dan lugu.
Waktu berlalu begitu lambat, ia ingin sekali segera mendatangi sekolah Devi, dan ia juga ingin tau bagaimana karakter teman-temannya disekolah serta bagaimana mereka memperlakukan Devi selama ini.
Tak terasa pagi menjelang, dengan penuh semangat Devira bersiap untuk pergi ke sekolah dimana Devi menuntut ilmu selama ini.
Hari ini ia di antar oleh sang mommy, karena ia belum tau di mana sekolah Devi. Ibu Jihan juga tak lupa memperkenalkan Arin sahabat dekat dan juga teman satu bangku Devi.
"Pagi Tante." sapa Arin saat bertemu dengan ibu Jihan.
"Pagi Arin, bagaimana kabar mu ?." tanya ibu Jihan.
"Baik Tante, oh ya Tante bagaimana apakah ada kabar dari Devi ? sudah seminggu kami tidak bertemu. Rasanya Arin sangat rindu sekali." tanya Arin.
"Iya Arin, Devi telah kembali. Tetapi ia sedikit kehilangan ingatannya akibat penculikan yang menimpanya."
"Mungkin ia hanya trauma saja, untuk itu tentu minta bantuan Arin agar bisa membantu Devi mengingat semuanya."
"Tante berharap banyak pada mu Arin. Karena Tante tidak tau harus meminta bantuan kepada siapa lagi." jelas ibu Jihan.
"Benarkah Tante ? benarkah Devi telah ditemukan ? kalau begitu dimana Devi ? aku akan selalu merindukannya dan Tante tenang saja, Arin pasti akan membantu Devi." jawab Arin dengan penuh semangat.
Ibu Jihan lalu memanggil Devira yang kini berperan sebagai Devi. Devira berjalan mendekati Arin dan juga ibunya yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
Devira tersenyum menatap Arin, ia memperhatikan dengan seksama. Ia yakin bahwa Devi adalah anak yang baik.
"Devi aku sangat merindukanmu." ucap Arin sambil memeluk tubuh Devira.
Devira terlihat sedikit kaku, namun dengan cepat ia membalas pelukan sahabat dekat Devi. Setelah berpesan beberapa kata ibu Jihan pergi meninggalkan Devira dan juga Arin.
Sementara Arin segera mengajak Devira untuk segera masuk kedalam sekolah dan menuju ke kelas mereka.
Devira lebih banyak memperhatikan lingkungan sekitarnya dan ia menatap beberapa teman sekelasnya. Saat guru bidang studi melihatnya yang tidak fokus, Devira segera dipanggil ke depan kelas untuk mengerjakan soal.
Dengan mudah Devira menyelesaikan tugas tersebut. Dan ia kembali duduk di bangkunya lagi. Sementara Arin sedikit terkejut melihat perubahan Devi sahabatnya itu.
Devi memang pintar tapi ia tidak akan bisa menjawab soal jika ia tidak fokus seperti Devi saat ini. Tapi kali ini Devi dengan mudah menyelesaikannya.
Waktu akhirnya berlalu, hingga waktu istirahat tiba. Arin mengajak Devira pergi ke kantin, mereka memesan bakso dan mie ayam.
Devira hanya mengikuti saja apa yang dipesan oleh Arin. Saat Devira berjalan menuju bangku kosong yang ada dipojok ruangan, tiba-tiba saja kakinya dihalangi oleh seseorang.
Devira terjatuh kelantai dan mie ayam yang ia bawa tumpah berserakan. Belum sempat Devira bereaksi segelas es menguyur kepalanya.
Semua yang hadir di dalam kantin itu tertawa melihat apa yang menimpa Devira. Devira menatap seorang gadis yang dengan bangga karena telah melakukan semua itu.
"Apa yang kau lihat ? apakah masih belum cukup aku memberikan pelajaran kepada mu ?." tanya gadis cantik itu dengan arogan.
Arin hanya diam membisu ketika melihat hal yang menimpa Devira. Entah apa sebabnya tapi Devira tak mau ambil pusing akan hal itu.
Satu hal yang ia tau bahwa gadis cantik yang ada dihadapannya saat ini adalah rival Devi, saudara kembarnya.
Dengan cepat Devira mengambil gelas es yang ada didekatnya kemudian ia menyiramkan tepat ke wajah gadis cantik itu. Bahkan ia juga mengambil semangkuk mie ayam disampingnya dan dengan tersenyum Devira menumpahkan diatas kepala gadis arogan itu.
"Hai cupu ! rupanya kau sudah berani melawanku. Lihat saja apa yang akan aku lakukan untuk membalasnya." ucap gadis itu.
Dengan sekali gerakan beberapa gadis yang tadinya duduk santai menikmati makanan dan minumannya bangkit dan mendekati Devira.
Mereka langsung menangkap tangan Devira, namun sayangnya Devira malah membalikkan tubuhnya lalu dengan sangat cepat ia menendang gadis-gadis bodoh yang menuruti perintah temannya yang arogan itu.
Dalam sekali gerakan mereka tersungkur dan berjatuhan ke lantai. Kantin tersebut langsung berantakan karena tertimpa tubuh mereka.
"Kau !." ucap gadis arogan itu dengan penuh keheranan.
Arin juga merasa heran karena Devi sahabatnya bisa melakukan hal luar biasa itu. Biasanya ia hanya bisa menangis tersedu-sedu sambil meminta maaf.
Tapi kini, Devi mampu membalas perbuatan mereka dengan tangan kosong dan juga seorang diri. Sungguh sangat bertolak belakang dengan karakter sahabatnya itu.
"Apa yang membuatmu melakukan hal hina seperti itu ?." tanya Devira sambil mendekati gadis arogan itu yang kini hanya bisa diam membisu.
"Apa yang akan kau lakukan ? stop berhenti disitu !." teriak gadis itu.
"Katakan apa alasanmu sehingga kau melakukan hal seperti itu kepadaku ?." tanya Devira dengan penuh penekanan.
"Aku, aku hanya iseng saja. Aku hanya ingin bermain-main saja.". jawab gadis arogan itu dengan tergugup.
"Iseng kata mu ?." tanya Devira lagi.
Perlahan tapi pasti Devira berhasil berdiri tepat di hadapan gadis arogan itu. Ia menatap tajam wajah gadis yang kini terlihat ketakutan itu.
Terbayang bagaimana hal itu sering Devi alami tanpa bisa membalasnya. Seandainya mereka dibesarkan oleh Dady secara bersamaan pasti Devi akan menjadi gadis yang kuat.
Dan tidak ada seorangpun yang bisa meremehkannya. Apalagi sampai mem bully Devi dengan alasan hanya untuk iseng saja.
"Apa, apa yang akan kau lakukan ?." tanya gadis itu dengan gemetar ketakutan.
"Aku akan membalasnya seratus kali lipat." jawab Devira.
Aura mencekam menyelimuti ruang kantin sekolah tersebut. Tak ada satupun dari mereka yang berani menjawab dan jawabannya salah.
Perlahan terdengar suara langkah kaki beberapa orang. Dan tak lama kemudian terdengar suara tepuk tangan dari mereka yang baru saja datang ke tempat itu.
"Luar biasa ! ternyata si cupu bertindak layaknya suhu." ucap seorang pemuda yang baru saja datang di iringi oleh beberapa pengawal.
Devira menatap ke sumber suara, ia teringat bahwa lelaki itu adalah lelaki yang ingin merebut taksi di bandara saat ia pertama kali datang ke kota ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments