Devira berjalan mendekati pemuda yang baru saja datang bersama teman-temannya yang lain. Mereka seolah-olah penguasa di sekolah itu.
Dengan kesombongannya pemuda itu duduk ditempat yang sudah disiapkan oleh temannya. Hal itu tak luput dari pandangan Devira.
"Devan ! lihatlah apa yang cupu ini lakukan terhadap ku." ucap gadis arogan itu dengan wajah yang memelas.
"Benar lihatlah kami juga menjadi sasaran si cupu itu." ucap teman-temannya gadis itu.
Devira hanya diam sambil menyilangkan tangannya di dada. Dan tanpa mereka ketahui Devira memperhatikan satu persatu dari semua siswa dan siswi yang ada di kantin tersebut.
"Silakan kalian lanjutkan ! aku ingin melihat siapa diantara kalian yang akan menjadi pemenangnya." ucap Devan tanpa perduli dengan para gadis yang sedang meminta perhatiannya itu.
"Devan, apakah kau tega melihat aku dipermainkan oleh si cupu itu ?." ucap Melani sambil merajuk.
Devan tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh Melani. Ia fokus dengan gadis yang berdiri dengan tenang dihadapannya itu.
Ia tidak bisa melihat secara langsung siapa sebenarnya gadis itu, karena terhalang oleh Melani dan juga teman-temannya yang lain.
Devi tidak memperdulikan drama yang Melani perankan. Ia hanya muak melihat wajah-wajah mereka yang seolah-olah tak melihat apapun yang terjadi.
"Apakah selama ini Devi diperlukan seperti ini ? jika itu yang terjadi aku akan membalasnya dengan berkali-kali lipat." batin Devira.
Ia segera pergi meninggalkan tempat tersebut. Ia tidak perduli dengan orang-orang yang tak penting seperti mereka.
Ia hanya ingin menghubungi seseorang, untuk mendapatkan informasi tentang Devi. Orang kepercayaannya yang telah ia tugaskan untuk menyelidiki bagaimana Devi diperlakukan selama ini oleh teman-temannya.
Namun langkah kakinya dihentikan oleh Devan. Dengan cepat Devan menarik tangan Devira sehingga ia terjatuh tepat dipangkuan Devan.
Keduanya saling menatap, hal itu membuat Melani kebakaran jenggot. Dengan arogan Melani menarik tangan Devira agar ia segera bangkit dari pangkuan Devan.
"Kau !." ucap Devan saat menyadari bahwa gadis itu adalah gadis yang sama yang ia temui di bandara waktu itu.
"Ingat urusan kita belum selesai." ucap Devira sambil menunjuk ke arah Melani.
Melani tak berani menatap wajah Devira. Ia seperti ayam yang terjebur didalam got. Tak bisa melakukan apapun hanya bisa menunggu pertolongan dari orang yang berbaik hati.
Sementara Devan bangkit menatap kepergian Divira dengan tersenyum. Ia seperti menemukan sesuatu yang selama ini ia cari.
"Cari tau siapa gadis itu." ucap Devan memberi perintah kepada seseorang dari ponselnya.
"Kau ingin tau siapa gadis itu ? biar aku beritahu. Dia adalah Devi gadis cupu yang sering menjadi permainan kami."
"Bahkan bukan hanya kami tetapi mereka teman-teman mu juga sering melakukan hal yang sama."
"Hanya saja entah apa yang terjadi hari ini, mengapa ia bisa berubah seperti itu, sangat menakutkan." jelas Melani.
Devan menatap kearah teman-temannya, meminta penjelasan dari mereka semua.
"Devan kami bisa menjelaskan semuanya. Ini tidak seperti yang kau duga. Kami hanya, ... ." ucapan itu terhenti saat tangan Devan terangkat ke atas.
Setelah itu ia pergi meninggalkan kantin sekolah itu. Tanpa mau di ikuti oleh teman-temannya yang lain. Ia sangat kecewa dengan sikap teman-temannya yang telah berlaku semena-mena terhadap gadis itu.
"Mengapa aku sangat kecewa melihat kebencian Dimata indah itu. Sebenarnya apa yang terjadi, mengapa kebencian itu terlihat sangat mengerikan." batin Devan.
Devan segera keluar dari Sekolah itu, dengan kecepatan tinggi ia melajukan mobil sportnya membelah keramaian jalan raya.
Hal itu tak luput dari perhatian Devira, ia tersenyum melihat hal itu.
"Ini baru lawan yang seimbang. Jika ia pelaku pembunuh itu, maka aku tidak akan segan-segan lagi."
"Devi, sabarlah sebentar lagi. Aku akan membalas mereka semua dengan cara yang lebih menyedihkan dan sangat menyakitkan."
"Agar mereka tidak bisa lupa seumur hidupnya. Dan mereka akan berfikir seribu kali saat akan melakukan hal bodoh itu lagi." batin Devira.
Ia kemudian memakai kacamata hitamnya, dan keluar dari sekolah dengan menggunakan taksi online yang sudah ia pesan sebelumnya.
Sementara Arin melihat semua yang terjadi dari balik dinding kelas, dimana tidak ada yang mengetahui akan hal itu.
Sedangkan Melani dan yang lainnya tak habis pikir dengan perubahan sifat Devi. Bagaimana mungkin si cupu yang setiap hari mereka jadikan mainan kini bisa memberikan serangan balik yang lebih mengerikan.
"Apa yang terjadi ? Mengapa si cupu itu bisa berubah seratus delapan puluh derajat seperti itu. Bukankah terakhir kali ia sudah berjanji tidak akan pernah muncul lagi di sekolah ini."
"Apakah kau sudah memberi pelajaran kepada gadis cupu itu ?." tanya Melani kepada teman-temannya.
"Sudah, kami sudah melakukan seperti apa yang kau perintahkan waktu itu." jawab teman-teman Melani.
Kemudian mereka segera pergi meninggalkan kantin sekolah dan menuju ke basecamp tempat mereka berkumpul selama ini.
Setelah sampai, Melani melemparkan barang-barang yang ada diatas mejanya. Ia berteriak frustasi, karena lagi-lagi Devan mengabaikannya.
"Devan ! apa kurangnya aku ini ? mengapa kau masih saja mengabaikan aku. Aku telah menyingkirkan semua wanita yang ada disamping mu."
"Tetapi tetap saja kau tidak pernah melihat ku ada. Devan !. Ah !." teriak Melani.
Ia kemudian menangis sambil menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya. Ia benar-benar frustasi sekali.
Teman-teman yang lain hanya bisa menghela nafas panjang. Karena mereka telah berusaha sebaik-baiknya namun tetap saja Devan tak pernah perduli dengan Melani.
Devan lebih asik dengan dunianya sendiri. Entah apa kekurangan Melani sehingga membuat Devan enggan walaupun hanya sekedar melihat Melani.
Sementara Devira, kini sudah sampai di sebuah rumah mewah. Ia segera disambut oleh beberapa orang. Dan ia segera masuk ke rumah tersebut.
Devira kini tengah duduk sambil melihat sebuah video yang berhasil diretas oleh orang-orang kepercayaannya dari rekaman cctv disekolah.
Devira mengepalkan tangannya melihat bagaimana anak-anak sekolah itu memperlakukan Devi saudara kembarnya itu.
Seperti sebuah adegan di zaman penjajahan. Dimana Devi sebagai bangsa yang terjajah. Devi seperti kerbau yang di cucuk hidungnya.
Yang selalu melakukan apapun yang mereka perintahkan. Tanpa bisa menolak apa lagi membela dirinya.
"Cari tau siapa Devan dan juga Melani. Aku ingin kau segera memberikan informasi itu secepatnya. Dan jangan pernah muncul secara terang-terangan dihadapan ku."
"Aku ingin membalas dendam atas perbuatan mereka sebagai Devi, gadis cupu yang selalu mereka permainkan dan mereka hina itu."
"Mereka harus menanggung seribu kali lipat atas apa yang telah mereka perbuat terhadap Devi." ucap Devira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
X'tine
mantap thor, jadi panas hati baca org yg kena bully... tapi tidak bisa melawan 😒 turut berduka ya devira
2023-06-11
0