Hati Yang Terjual

Hati Yang Terjual

Sepakat.

Dengan tanpa basa basi, Raya meninggal kan ruangan tempat dia dan ayahnya berbicara, ruangan itu adalah ruang tamu mansion besar keluarga nya. Suasana hening walaupun di sekitar nya banyak pelayan, hanya ketukan hells milik nya yang terdengar di ruangan itu. Raya menatap sekeliling jika benar keluarganya bangkrut maka mereka semua akan kehilangan pekerjaan, namun pernikahan adalah hal yang ingin dia lakukan sekali seumur hidup namun bagaimana bisa hal itu terjadi jika dia menikah dengan seorang laki-laki bangsawan yang cukup tersohor itu, bukankah sudah biasa untuk orang-orang kaya memiliki lebih dari satu istri sama seperti ayahnya yang memiliki dua istri. Sementara dirinya hanya ingin menjadi istri satu-satunya untuk suaminya.

"Ayah, bukan kah ayah tahu aku ingin menjadi seorang istri satu-satunya untuk suamiku. Jika aku menikah dengan orang itu, bagaimana bisa itu terjadi. Kenapa ayah mesti menikahkan aku? Kenapa buka Rivana yang merupakan anak haram itu."

Raya berucap dengan lantang, seluruh rumah mendengar ucapan itu begitu juga dengan Rivana, yang merupakan saudari Rayana mereka sama ayah tapi beda ibu.

"Dia itu kakakmu, bagaimana bisa kamu berbicara seperti itu." ucap Calveen dengan keras dia membentak putrinya itu.

"Ayah, apakah masuk akal anak pertama yang lahir dari istri ke dua." timpal Raya sebelum akhirnya pergi dari tempat itu.

Rayana Calveen, seorang gadis bermata biru dengan tubuh putih mulus kini dia berusia 25 tahun, memang sudah waktunya dia menikah namun saat ini dia hanya ingin menjadi satu-satunya istri untuk suaminya. Rayana Memiliki seorang saudari mereka beda ibu namun satu ayah namanya Rivana Calveen, sejak kedatangan nya ke Mansion Calveen, dia sudah mulai merebut satu persatu dari Rayana, mulai dari kasih sayang ayahnya hingga kamar pribadi dan yang lainnya. bahkan hingga saat ini Raya masih harus mengalah demi keluarga mereka.

Aleen Abercio, seorang pria tampan rupawan yang menjadi seorang pewaris tunggal. Berkat kegigihan dan kerja kerasnya dia sudah menjadi seorang CEO di usia 25 tahun dan kini usianya telah menginjak angka 28 tahun.

Aleen sendiri adalah laki-laki yang kurang suka dengan perempuan dia selalu menganggap perempuan itu adalah makhluk yang ribet dan susah di atasi.

"Tuan di bawah ada tamu yang ingin bertemu dengan anda, apa anda ingin menemui nya?" tanya Theo yang merupakan asisten pribadi dari Aleen.

"Theo, bukankah kamu tau mana yang penting dan tidak penting jadi kamu bisa mengaturnya jika itu penting." jawab Aleen sambil menatap tajam ke arah Theo yang membuat laki-laki berkaca mata itu mengeluarkan keringat dingin.

"Tapi tuan yang datang bukan rekan bisnis jadi saya tidak bisa mengambil keputusan." ucap Theo sambil menyeka keringat yang bercucuran di kening nya.

"Jadi siapa yang datang?" tanya Aleen sambil terus menatap sekertaris nya hingga dia salting karena ketakutan.

"Nona Rayana Calveen." jawab Theo.

Aleen membuka matanya lebar-lebar kemudian dia beranjak dari tempat duduknya dan berlalu keluar begitu saja. Hal itu justru membuat Theo semakin tidak tau apa yang harus dia lakukan dan apa yang akan di lakukan.

"Theo, lain kali kamu harus mengubah panggilanmu kepadanya menjadi Nyonya."

Hal gila apalagi yang di ucapkan sang presdir bagaimana bisa dia memanggil nyonya kepada seorang wanita yang belum menikah, bukankah itu akan merusak reputasi seseorang. Walaupun Aleen sudah menyarankan untuk menyumbangkan dana yang tidak kecil kepada perusahaan Calveen dengan syarat dia harus menikah dengan Rayana namun hal itu belum di putuskan oleh Calveen, dia berkata untuk bertanya dan berdiskusi dengan keluarganya terlebih dahulu.

Aleen berjalan dengan langkah kaki yang santai, sementara Theo mengikuti nya sambil sesekali menyeka keringat dingin. Apa yang harus dia lakukan dengan calon nyonya nya, ya itu jika Rayana mau. Dia bisa ikut berdebat dengan urusan bisnis namun dia tidak bisa ikut berdebat karena urusan rumah tangga, sungguh ironis dia sendiri tidak ada pengalaman untuk itu.

Sampai di tempat yang di tuju, seorang wanita tengah duduk sambil menikmati secangkir teh yang di hidangkan di perusahaan itu. Rayana menatap ke luar gedung megah itu, pantas saja tempat itu di juluki kerjaan bisnis karena memang tempatnya sangat besar dan megah.

"Nona Rayana ya?" tanya Aleen dengan spontan yang membuat Raya kaget hingga percikan teh nya mengenai celana Aleen.

"Ahh... maaf." ucap Raya gugup.

"Tidak apa-apa." jawab Aleen.

Theo yang berada di belakang ternganga melihat hal itu, keringat dingin yang baru saja bercucuran seakan-akan hilang begitu saja. Orang yang rela memutuskan proyek ratusan milyar hanya karena tidak sengaja di pegang oleh nona pemilik proyek kini justru biasa saja saat teh itu menyembur ke celana nya.

"Nona Rayana, Saya Aleen Abercio."

Aleen mengulurkan tangan nya kemudian Raya menanggapi hal itu dengan senyuman manisnya, walaupun kesannya di paksakan karena memang dia sangat canggung hari ini.

Aleen mengajak Raya ke sebuah ruangan khusus yang ada di perusahaan itu, ruangan yang memang di desain khusus memilki dinding kedap suara yang baik hal itu berfungsi untuk meminimalisir kejadian bocornya hal-hal penting atau proyek penting perusahaan.

Raya mengamati tempat itu udaranya sejuk dan nyaman, desain casual dan elegan di dominasi dengan warna abu-abu.

"Tuan anda suka sekali warna abu-abu?" tanya Rayana dengan mata tetap menatap seluruh ruangan itu.

"Nona Rayana, apakah anda datang jauh-jauh kesini hanya untuk bertanya tentag hal sepele seperti ini."

Aleen bukan tidak sabar menghadapi Rayana namun dia ingin gadis itu mengatakan maksud kedatangannya terlebih dahulu daripada mengurusi hal tidak penting seperti itu.

"Tuan saya tidak ingin di jual hanya untuk menutup hutang ayah, saya sadar diri tuan jika saya tidak seberharga itu."

"Nona Rayana aku tidak bilang aku membelimu, aku hanya bilang pada ayahmu jika aku mau berinvestasi jika aku menikahimu."

"Jika hanya untuk menikah kenapa harus aku tuan? Kenapa tidak Rivana, ayah selalu bilang jika dia lebih baik daripada aku."

"Nona Rayana aku dan kamu itu sama, aku tidak suka banyak wanita yang merepotkan. sedangkan untuk kakakmu apakah kamu berfikir anak yang lahir di luar nikah itu pantas untukku,"

Rayana terdiam sejenak jadi Aleen tau tentang kakaknya yang merupakan anak haram, bagaimana bisa dia tahu apakah laki-laki itu menyelidiki keluarganya.

"Itu artinya tuan tidak akan memiliki selir atau istri selain saya kan?" tanya Rayana sambil menatap laki-laki bertubuh tegap di depannya. laki-laki itu mengangguk.

"Tuan aku suka berbelanja dan menghabiskan uang." ucap Rayana.

"Dan aku punya uang yang bisa kau habiskan nona."

Rayana tersenyum kemudian dia berkata "Sepakat." sambil membungkukkan badannya. Tak lama kemudian Rayana izin pamit keluar dia hendak pulang dan mengizinkan ayahnya untuk menerima pernikahan itu. Aleen tersenyum menatap wanita itu pergi, wanita yang sangat takut jika seorang laki-laki memilki istri lain. Ada apa sebenarnya dengan Rayana kenapa dia berkata bahwa dia suka menghabiskan uang.

Theo yang berada di belakang Aleen pun mengusap keringat, kenapa laki-laki kaku itu tiba-tiba tersenyum seperti itu.

"Theo, kenapa Rayana bilang bahwa dia suka menghabiskan uang? Bukankah hal biasa bagi nona muda menghabiskan uang."

"Itu karena nona Rayana, oh tidak maksudnya Nyonya. Karena setiap kali dia habis membeli sesuatu ayah ataupun ibu tirinya akan berteriak jika dia hanya suka menghabiskan uang. Walaupun barang yang di beli tidak seberapa hal itu akan berbeda dalam cerita orang tuanya."

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!