Rayana dengn suasana hati yang baik kembali ke mansion walaupun tempat itu sudah bukan tempat yang nyaman untuknya setelah ibunya meninggal namun dia tetap kembali ke sana, karena Rayana tidak ingin tempat yang di wariskan kakeknya untuk dirinya di miliki oleh ibu dan anak yang datang ke sana sebagai tamu tersebut.
“Ayah, aku akan menikahi Aleen Abercio, laki-laki itu sangat tampan dan ramah. Tatapan matanya benar-benar membuat duniaku seakan-akan ingin
runtuh.”
Rayana berucap dengan ekspresi yang bangga karena di sana ada kakak dan ibu tirinya, tujuannya adalah membuat orang-orang itu iri. Dan benar saja Rivana menggigit bibirnya karena amarah dan cemburu.
“Kamu datang menemui tuan Aleen?” tanya ayahnya sambil mengerutkan keningnya.
“Benar sekali ayah, awalnya aku ingin bertanya kepada tuan Aleen kenapa dia mau menikahi aku bukan Rivana, padahal ayah selalu mengagungkan Rivana dan merendahkan aku. Kamu tau apa jawaban nya ayah."
Ayahnya menggeleng melihat tingkah antusias ayahnya sebenarnya ibu tirinya sudah tidak tahuan lagi namun dia ingin tahu apa alasan tuan Aleen tidak ingin menikahi Rivana.
"Tuan Aleen bilang, anak haram seperti dia tidak pantas untuknya. Dengan gagah dan sorot mata yang tajam tuan Aleen berkata 'Nona Rayana, apakah anak haram seperti itu pantas mendampingi ku.'"
Bagaikan menemukan jackpot, Rayana mengatakan itu dengan antusias kemudian dia berjalan dengan langkah kaki tenang, ibu tirinya hendak mengayunkan tangannya dan menampar Rayana namun dengan sigap Rayana menangkap tangan wanita itu kemudian berkata.
"Nyonya Calveen, yang hendak kau tampar ini adalah calon nyonya Aleen Abercio, apa kamu berani melakukannya."
Mendengar hal itu Rivana semakin mengigit bibirnya karena cemburu dan iri, apapun yang tidak bisa dia miliki jangan sampai orang lain memiliki nya apapagi itu Rayana.
"Ahhhh.. akhirnya aku bisa segera meninggalkan kamar kumuh di rumah ini. Ayah aku titip rumah ini ya, aku ingat rumah ini di wariskan kepadaku oleh nenek. Jangan sampai tamu-tamu kita mengklaim rumah ini miliknya." ucap Rayana dengan senyuman nya yang manis, walaupun senyuman itu terkesan di paksakan namun dia sangat puas dengan hari ini.
Rayana masih dengan senyuman yang manis, berani sekali dia menggunakan nama tuan Aleen untuk mencari alasan namun benar-benar keajaiban bahkan namanya saja sudah memberinya keamanan yang sangat dia butuhkan, ibu tirinya bahkan tidak berani memukulnya. Biasanya cacian dan pukulan sudah biasa dia rasakan saat ucapannya sudah tidak lagi sesuai dengan keinginan ibu tirinya.
Rayana merebahkan tubuhnya di ranjang kecilnya kemudian dia menatapi ponselnya, benda kuno yang dia gunakan itu adalah bekas dari Rivana namun dia tersenyum karena hal itu bisa dia gunakan untuk membuka kedok dari ibu tirinya bagaimana tidak, anak kandung nya selalu menggunakan benda-benda baru sementara anak tirinya menggunakan benda-benda usang, hal itu pasti bisa menyita perhatian publik.
Banyak sekali rencana yang ingin di jalankan oleh Rayana mungkin hal itu akan biasa saja jika semuanya berada di dalam kendalinya. Sementara itu di luar sana ayah dan ibu tirinya masih berdiskusi mengenai rencana untuk mengatur pernikahan itu.
"Kalian jangan coba-coba mengacaukan ini, kalian masih bisa tinggal di tempat ini karena kebaikan hati Rayana, jika dia sudah memilki keinginan agar kalian tidak tinggal di sini siapapun tidak akan bisa untuk menghentikan keputusannya. Seperti yang dia katakan Mansion ini memang di wariskan oleh neneknya untuk Rayana."
Iri dan dengki kenapa mesti dia yang terlahir sebagai anak haram, kenapa bukan Rayana namun semua itu kembali pada takdir, bukankah itu arinya Rayana akan memakai gaun mewah dan menjadi pusat perhatian seluruh wanita. Bukankah harusnya semua itu menjadi miliknya kenapa sekarang harus menjadi milik Rayana.
“Sial kenapa mesti wanita itu, semua ini harusnya menjadi milikku. Apa yang di lihat tuan Aleen dari wanita yang tidak berguna itu.”
Rivana menampik semua yang ada di depannya, prabot vas dan lain-lain pecah dan berserakan di lantai. Hal itu memang sudah biasa di lakukan saat dia kesal namun kali ini dia benar-benar kesal, kenapa wanita itu bisa mendapatkan segalanya dengan mudah sementara dia harus berjuang dulu.
“Tenang dulu, kita bisa menggagalkan pernikahan mereka, namun kamu harus memastikan rancana ini tidak bocor sampai ke telinga ayahmu.”
“Kenapa seperti itu bukankah kita selalu mendapat dukungan dari ayah?”
Rivana nampak heran saat ibunya merencanakan sesuatu tanpa memberitahu ayahnya terlebih dahulu. Karena biasanya ayahnya selalu mendukung apapun yang mereka lakukan kecuali membunuh orang. Namun kali ini kenapa ibunya memilih melakukan itu secara diam-diam.
“Karena ayahmu tidak akan membiarkan siapapun mengganggu keuntungannya, termsuk kita.”
Mendengar hal itu Rivana mengangguk paham, dua anak yang memiliki nama yang hampir sama namun memiliki tempramen yang berbeda, ayahnya memilih nama-nama itu supaya mereka menjadi dekat namun siapa sangka mereka justru tidak bisa akrab. Rivana kini tahu alasan ibunya, pernikahan Rayana dan Aleen memang sebuah keuntungan bagi ayahnya jadi sekeras apapun dia mencoba dan meminta ayahnya untuk tidak melangsungkan pernikahan itu ayahnya pasti akan menolak dan memperingatkan mereka untuk tidak macam-macam jadi sekarang jalan satu satunya
adalah melakukan semuanya sendiri.
Nyonya Calveen atau Sandra, mengingatkan bawahannya untuk membereskan tempat itu dan membersihkan seperti semula, kemudian Sandra dan Rivana beranjak dari tempat itu. Dan saat itu tuan Calveen hendak keluar dari rumah menyaksikan hal itu.
"Kenapa barang-barang ini hancur?" tanya Calveen kepada pelayan yang hendak membersihkan tempat itu.
"Nona Rivana memecahkannya tuan."
Calveen menghela nafas kemudian dia memperingatkan pelayan itu untuk mengawasi ibu dan anak itu agar tidak menganggu keuntungannya. Mungkin dahulu adalah keputusan yang salah terlalu cepat untu membawa anak dan ibu itu masuk ke dalam rumah itu hingga mereka tidak sadar akan posisinya.
"Ingatkan juga kepada mereka, jika mereka terus memecahkan barang maka uang bulanan akan di potong seharga barang tersebut."
pelayan tersebut mengangguk kemudian menjawab baik tuan, meskipun itu bukan awal yang bagus untuk Rayana karena pasti Rayana akan menjadi orang pertama yang di anggap membuat mereka susah, namun itu awal yang baru untuk mengatur pengeluaran di mansion yang membengkak sejak ibu dan anak itu datang.
"Kemana ayah pergi?" tanya Rayana saat dia keluar dari kamar dan melihat ayahnya menutup pintu.
"maaf nona kami kurang tahu." ucap pelayan yang tengah membersihkan ruang tamu keluarga tersebut.
"Vas yang harganya ratusan juta pecah begitu saja, benar-benar orang yang tidak tahu caranya menghargai uang." ucap Rayana sambil melihat tumpukan serpihan vas yang ada di lantai.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments