Aku Akan Menjaganya.

Perjalanan ke rumah sakit sudah semakin dekat, mereka memang memilih jalan-jalan kecil untuk mencegah kemacetan di depan mata. Tidak peduli walaupun mobil mahal limited edition itu harus tergores semua demi mereka cepat sampai di rumah sakit.

sampai di rumah sakit, semua dokter harus memprioritaskan siapa orang yang dia tangani, Aleen juga menginginkan perawatan terbaik untuk Rayana.

"Semua harus yang terbaik. Ingat salah sedikit saja aku akan membuat kalian kehilangan pekerjaan." ucap Aleen yang membuat bulu kuduk para dokter yang bertugas di hadapannya itu merinding.

Mereka membawa Rayana yang kesakitan ke ruang icu, mereka memotong-motong gaun yang di gunakan oleh Rayana supaya mereka bisa lebih baik menanganinya.

Dokter itu melihat luka yang panjang seperti sabetan cambuk, mereka juga melihat kulit yang mulai melepuh dan mengeluarkan darah. Semua di bersihkan dengan baik dan juga diberi obat dan perban. Untung saja lukanya tidak serius, walaupun ada beberapa luka yang menyebabkan rasa sakit itu menjadi lebih parah.

berapa jam kemudian, Rayana di dorong keluar oleh dokter-dokter tersebut mereka menjelaskan apa yang terjadi kepada Rayana dan dampaknya setelah itu mereka juga menyarankan agar wanita itu melakukan rawat inap saja di rumah sakit agar mereka lebih mudah untuk melakukan pekerjaan mereka.

Bangsal terbaik yang sudah di siapkan lengkap juga dengan pelayanan terbaik.

"Tuan anda bisa pulang untuk mendisiplinkan putri dan istri anda, anda harus melakukan nya sendiri karena jika saya yang melakukan nya cerita nya akan berbeda."

"Oh iya biarkan saja pelayan itu di sini, jika saya kembali ke kantor maka dia bisa menjaga Rayana dengan baik. Aku melihat ke setia'an dan ke khawatiran dalam dirinya."

"Tuan maksud anda adalah bibi Sui, dia adalah pelayan kediaman kami yang melayani sejak mendiang istri pertama saya atau ibunya Rayana."

Aleen mengangguk, Calveen pun segera berpamitan dengan baik kemudian kembali kediamannya. Tapi bagaimana cara dia mendisiplinkan istri dan anak pertamanya, jika mereka di pindah rumah maka akan lebih buruk kenyataan jika mereka merencanakan rencana jahat mereka lagi untuk mencelakakan Rayana. Karena jika jauh sangat tidak mudah bagi mereka untuk mengawasi gerak gerik ibu dan anak itu.

"Ibu sakit ibu." ucap Rayana dalam tidurnya, Sui benar-benar tidak tega melihat itu dia berkali-kali menepis air matanya sendiri.

"Nona kenapa seperti ini, andalah pemilik tempat itu namun anda justru di perlakukan dengan tidak baik oleh mereka. Jika saja nyonya dan nyonya besar masih ada, mereka pasti tidak akan berani melakukan ini walaupun anda meludahi wajah mereka."

Sui mengusap -usap rambut Rayana, sesekali dia juga menyeka wajah Rayana dengan air hangat. Kasih sayang yang dia berikan sudah seperti ibu sendiri walaupun dia tahu dia tidak mungkin menjadi ibu bagi Rayana.

“Tuan nona terus mengeluarkan keringat dingin sejak dia kehilangan kesadaran, bagaimana ini.” Tanya Sui sambil menghadap ke arah Aleen dan Theo.

"Tidak apa-apa dokter sudah memberikan obat kepadanya, sebaiknya kita pergike luar untuk mencari makanan. Aku tidak tau makanan apa yang nona mu suka, jadi ayo kita cari bersama.” Ucap Theo sambil mendekat ke arah bibi Sui.

“tapi bagaimana dengan nonaku?”

“Tidak apa-apa dia akan menjaganya.” Ucap Theo sambil menatap ke arah Aleen yang tengah berdiri di sampingnya.

“Ya, aku akan menjaganya.”

Mendengar hal itu bibi sui mempercayakan Rayana kepada Aleen toh mereka sebentar lagi akan menjadi suami istri jadi tidak ada salahnya kan untuk mempercayakan Rayana kepada calon suaminya sendiri.

"Baik tuan Aleen terima kasih."

Aleen mengangguk, Theo dan Sui keluar dari ruangan vvip tersebut dia meninggalkan dua insan yang ada di dalam kamar tersebut untuk pergi membeli makanan.

"Aku akan menjagamu Rayana, mungkin kamu akan membenciku jika tahu siapa aku sebenarnya. Namun hal itu tidak menghalangi niatku untuk menjagamu." ucap Aleen sambil duduk di samping Rayana, Rayana yang sudah setengah sadar mendengar kata-kata itu dia ingin tahu apa yang di sembunyikan oleh Aleen namun dia tidak ingin implusif dan menanyakan apa yang menjadi rahasianya.

"Ughhh..." Rayana mulai membuka mata, dia melihat sosok bertubuh tegap duduk di sampingnya.

"Kamu sudah bangun?" ucap Aleen sambil membantu Rayana untuk membetulkan bantalnya.

"Tu-an." ucap Rayana.

"Sudahlah kamu istirahat dulu jangan banyak berbicara."

Aleen membetulkan bantal Rayana dia juga membetulkan selimut Rayana, siapa yang bisa menyangka jika laki-lagi ambigu itu bisa selembut itu. Rayana pun terdiam dia menatap ke sekeliling ruangan untuk namun dia tidak melihat siapapun di sana.

"Oh, pelayanmu. Aku minta dia ikut dengan Theo untuk membeli makanan. Kamu pasti lapar kan?"

Rayana mengangguk, pelayan yang di maksud Aleen sudah pasti bibi Sui karena selain wanita tua itu sudah tidak ada lagu pelayan yang mau menjaga dirinya dengan sepenuh hati.

"Apakah ayah sudah tahu?"

"Aku minta kepada ayahmu untuk menyelesaikan masalah ini dengan istri dan putri sulungnya. Ini hanya peringatan mereka tidak boleh lagi menyakiti mu."

Rayana hanya mengangguk ternyata ayahnya tidak salah memilihkan dia seorang suami, pasti ayahnya sudah mempertimbangkan untuk menerima pernikahan antara dirinya dan Aleen, ayahnya masih menyayangi nya walaupun kasih sayangnya dibatasi oleh Rivana dan Sandra. Sementara Rahasia yang dibilang Aleen Rayana juga tidak ingin banyak tahu ataupun mencari tahu dia hanya ingin hidup dengan tenang.

Sampai di rumah, Calveen berteriak dengan keras memanggil Sandra dan juga Rivana.

"Sandraaa... Rivana... keluar kalian." ucap Calveen dengan amarah yang menggila.

"Sayang ada apa? kenapa kamu berteriak-teriak. Malu sama pelayan." ucap Sandra sambil menuruni tangga lantai dua di susul oleh Rivana yang diam saja.

"Bukankah sudah pernah ku katakan jangan mengganggu keuntunganku, apakah itu saja sulit untuk kalian. Rivana menyiramkan air panas kepada Rayana, dan Rayana mendapat cambukan dari kalian. Jika tuan Aleen sampai membatalkan investasi maka kalian jangan harap tinggal di tempat ini." ucap Calveen tersulut emosi.

"Ayah kenapa harus Rayana yang menikahi tuan muda sempurna, kenapa bukan Rivana. Bagian mana yang lebih baik dari gadis itu." ucap Rivana kesal karena dia dimarahi ayahnya gara-gara Rayana.

"Dari mana? Dari perbedaan status saja sudah jelas Rivana. Kamu jangan lupa, uang yang kau gunakan mansion yang kamu tinggali itu adalah harta warisan Rayana. Setidaknya kalian harus berfikir sebelum bertindak jika saja Rayana mati kalian tahu akibatnya? Seluruh harta keluarga ini perusahaan dan Mansion akan di berikan kepada yayasan. Hal itu yang terjadi jika Rayana mati dan belum memiliki keturunan."

Calveen meletakkan bokongnya dengan kasar selalu seperti itu, ibu dan anak tersebut tidak pernah mendengarkan kata-katanya mereka selalu saja bertindak sesuka hati mereka tanpa memikirkan akibatnya.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!