Bekas Luka

Rayana tengah menuang air minum ke dalam gelas, walaupun pelayan di sana tidak melayani dia seperti halnya melayani Rivana karena takut jika terlalu baik ke raya mereka akan di pecat, namun mereka masih menaruh hormat sewajarnya kepada Rayana dan tidak memperlakukan Raya seperti orang asing ataupun dengan tidak baik.  Raya tengah meneguk air yang baru saja dia tuang dengan perlahan dan anggun, hidupnya yang baru akan segera di mulai.

“Raya kenapa kamu tidak menyusul ayahmu? Bukankah dia akan bertemu dengan tuan Aleen, mungkin saja membahas soal pernikahanmu atau membahas soal membatalkan pernikahan itu.”

“Rivana, tidak ada gunanya kamu memprovokasi aku. Nyatanya semua yang kamu perjuangkan sampai sekarang masih milikku, sebaiknya kamu berfikir

kapan kamu hendak angkat kaki dari tempat ini. Seperti yang aku katakan tempat ini milikku, baik status, kekayaan dan pasangan sempurna semuanya milikku. Kecuali status sebagai anak haram apa yang bisa kamu miliki.”

Byur air panas yang ada di cangkir stanilees steel berukuran 500 ml yang ada di tangan Rivana mengalir begitu saja membasahi rambut dan bahu Rayana, gadis itu menutup matanya dan mengrenyit kesakitan. Rayana menjatuhkan gelasnya dan seketika gelas itu pecah, rasa sakit di leher dan bahunya membuat dia tidak bisa memegang gelas dengan baik. Biasanya Rivana jika menyiramkan air tidak di bagian-bagian

yang berakibat fatal seperti itu.

“Nona-nona anda tidak apa-apa?” tanya seorang pelayan dengan sigap mendekati Rayana, sementara satu orang lain datang untuk memberitahu nyonya mereka.

“nyonya-nyonya gawat, nona Rivana menyiramkan segelas airmendidih ke leher nona Raya. Dengan status nona Raya saat ini saya kha...?” belum sempat pelayan tersebut menyelesaikan kata-katanya sandra sudah pergi begitu saja.

Sampai di tempat kejadian perkara, ibu satu anak itu melihat Rayana yang meringis kesakitan sambil memegangi rambutnya dengan tangan yang gemetar, sekujur tubuh Raya sudah hampir basah ada bercak darah juga yang keluar dari tubuhnya.

“Kenapa kalian diam saja, kenapa tidak segera bawa kerumah sakit.”

Setelah mendengar itu seluruh orang menjadi panik, mereka berusaha untuk membawa raya ke rumah sakit dengan mobil yang ada di rumah, karena jika memanggil ambulan hal itu akan menyebabkan kepanikan yang tidak perlu. Rayana di papah keluar dari mansion besar itu oleh seorang pelayan tua,

pelayan itu adalah pelayan pribadi mendiang ibunya yang punya hak istimewa terus melayani Rayana sampai dia tua dan tidak kuat bekerja bibi Sui namanya.

Wanita tua itu melirik sinis kepada Rivana, kenapa setiap anak itu melakukan kesalahan keluarga itu selalu menutupinya dengan baik, dia sudah sangat merasa kesal dengan tingkah ibu dan anak itu.

“Bibi ini perih sekali.” Ucap Raya sambil menahan air

matanya.

“Kita akan segera pergi ke rumah sakit nona, jika tidak

tahan menangislah. Air yang hampir setengah teko teh ini mungkin akan membuat kulitmu melepuh. Apalagi cangkir yang di gunakan adalah cangkir yang tahan

panas.”

Bibi Sui terus mengipas leher dan bahu Rayana, walaupun mobil itu sudah full ac namun Rayana masih terus mengerang kesakitan.

“Berapa lama lagi kita akan sampai?” tanya bibi Sui kepada supir yang mengemudi.

“Jalanan sedikit macet, karena ini jam pulang kerja.”

Bibi Sui menghela nafas dia tidak tega melihat Raya

mengerang kesakitan, wanita itu pasti merasa sangat terbebani karena kebaikan yang pernah di lakukan oleh ibu dan nenek rayana kepada keluarganya. Bibi sui

menghela nafas, dia melihat ke sekeliling nampak sosok tidak asing di depan matanya.

“Tuan besar.” Ucap bibi Sui sebelum akhirnya dia keluar dan menghampiri mobil mewah yang nampak atasannya itu dari luar.

Wanita yang berusia kurang lebih 40 tahun itu bergegas keluar dan mendekati mobil mewah yang di naiki oleh tuannya itu.

“Tuan besar-tuan besar.”

Sui memanggil tuannya itu dengan lantang hingga siapa saja yang berada di dalam mobil itu menoleh ke arahnya.

“Ada apa? Kenapa kamu di sini?” tanya Calveen yang

terheran-heran melihat wanita itu di jalan.

“Tuan tolong cari jalan ke rumah sakit tercepat, nona Raya disiram air panas oleh nona Rivana dan sekarang bahunya melepuh hingga mengeluarkan darah.”

Mendengar hal itu Calveen gelagapan, karena yang duduk di dekatnya adalah aleen, laki-laki paruh baya itu mengeluarkan keringat dingin.

“Jadi ini caramu merawat calon istriku tuan, kamu membiarkan dia di tindas?”

Aleen tidak lagi ingin mendengarkan penjelasan dari calon ayah mertuanya, kemudian dia turun begitu saja menghampiri mobil yang tengah ikut terjebak macet tersebut. Dia mengeluarkan rayana menggendong gadis itu masuk ke dalam mobil.

“Nona anda harus baik-baik saja.”

“Bibi kamu bisa ikut masuk kesini.” Ucap Aleen yang membuat Theo memelototkan bola matanya, biasanya tidak sembarang orang bisa masuk ke

dalam mobil itu dan kini pelayan pun ikut masuk.

“Tapi tuan pakaian saya kotor, saya takut mengotori mobil tuan.”

“Masih lebih penting mana antara mobilku dengan nonamu.”

“tentu saja nona saya.”

“Jika begitu masuk, jangan mengulur waktu.”

Sui mendengar nada datar dari dalam mulut Aleen, nada itu benar-benar membuat bulu kuduknya merinding kemudian dia duduk di samping Theo.

"Maaf tuan saya harus ikut dengan anda."

"Tentu itu tidak masalah bi." jawab Theo lebih tenang dari Aleen sendiri.

mobil itu melesat melewati jalan-jalan kecil mencari jalan pintas menuju rumah sakit, Raya sendiri masih terus meringis kesakitan sambil berusaha memegangi bahunya.

"Kenapa dia bisa kesakitan seperti ini?" tanya Calveen kepada bibi sui.

"Maaf tuan besar, saat itu waktu perusahaan hampir jatuh dan anda sedang berada di perusahaan menangani kekacauan. Nyonya dan nona Rivana bertengkar dengan nona Raya, dan nona Rayana mendapat pukulan cambuk beberapa kali. Jadi mungkin luka itu semakin sakit karena terkena air panas."

Mendengar hal itu Calveen mengehela nafas, benar-benar si4l dua wanita itu, mencintai wanita itu mungkin adalah dosa terbesar Calveen bukankah sudah berkali -kali di peringatkan untuk tidak membawa masalah bagi keuntungan nya tapi nyatanya ibu dan anak itu tidak pernah puas dan selalu membuat masalah.

"Jadi intinya dia dianiaya karena uang?" Aleen bertanya dengan nada datar dan bibi sui tidak menyadari itu.

"benar seperti itu tuan." jawab Sui.

"Tuan berapa harga yang harus saya keluarkan untuk membeli keselamatan dan keamanan nya sebelum saya bisa membawanya untuk tinggal bersama saya."

mendengar hal itu bibi Sui kaget, ternyata orang yang bertanya kepadanya bukanlah tuan besarnya melainkan Aleen calon suami dari nona nya. Sampai saat ini tidak tahu berapa banyak luka yang di tanggung oleh Raya karena keluarga baru ayahnya.

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!