Nikahi Aku, Dokter Rama

Nikahi Aku, Dokter Rama

Salah Paham

Rasa cinta dari seorang wanita bernama Nala Brianna kepada keluarganya begitu besar. Nala berumur dua puluh tujuh tahun, dan hidup bersama dengan seorang adik laki-laki setelah kematian ibunya dulu, tepat lima bulan yang lalu.

Kematian sang ibu karena sebuah kecelakaan, dan kini membuatnya begitu takut untuk harus kehilangan adiknya sekarang, yang sedang mengalami sebuah penyakit tumor hingga menyebabkan kerusakan hati yang parah. Ia bahkan sampai rela banting tulang dari pagi hingga bertemu pagi kembali hanya demi bisa membayar biaya rumah sakit agar sang adik bisa melakukan operasi demi kesembuhannya, meskipun pendidiknya dengan sangat terpaksa harus ia tinggalkan.

Berjalan mondar-mandir di depan pintu operasi adiknya dengan penuh kegelisahan. Begitu besar harapan yang sedang ia harap demi kesembuhan Aidan—adiknya. Namun sampai dua jam tak ada satu pun dokter atau suster yang keluar.

”Aku tahu bahwa kau tidak akan membiarkan aku tinggal seorang diri—kan, Dokter? Jadi, selamatkan adik saya karena saya sudah banting tulang hanya demi operasi ini berjalan lancar. Tolong jangan buat saya kecewa untuk kedua kalinya." Nala mencoba mengingat dengan pembicaraannya bersama seorang dokter muda sebelum operasi berjalan.

Dirinya semakin yakin bahwa adiknya kali ini akan diselamatkan.

Tepat ketika pintu ruang operasi terbuka, namun dengan tiba-tiba seorang dokter muda ke luar dengan raut wajah yang terlihat sedih. Semakin membuat hatinya Nala cemas ketika melihat dokter tersebut.

”Apa yang sebenarnya terjadi, Dok? Katakan bahwa adikku selamat." Nala terlihat sangat cemas, apalagi saat dokter tersebut tak menjawab apapun yang ia tanyakan.

Tanpa banyak menunggu, membuat Nala bergegas dengan cepat untuk masuk ke dalam ruangan operasi adiknya itu, namun sayangnya, ia melihat para suster sedang mengemas barang-barang operasi mereka, dan adiknya sedang terbaring lemah dengan wajah yang pucat.

Hal yang tidak pernah ia duga bahwa akhirnya sekarang ia harus ditinggalkan seorang diri untuk selamanya. Betapa hancurnya hati Nala ketika melihat tubuh lemas adiknya yang sudah tak lagi bernyawa, itu menjadi sebuah hari buruk yang kembali datang padanya.

Membuat tangisnya Nala pecah, dan ia segera memeluk tubuh sang adik. Namun, ia tahu bahwa sebuah tangisan tak akan membuat adiknya kembali hidup.

Seperti sedang kerasukan setan, Nala tak sengaja melihat kearah sebuah gunting bekas operasi adiknya itu di atas meja. Dengan bergerak cepat ia mengambil gunting tersebut dan berniat untuk bisa membalaskan dendam atas kematian adiknya.

”Kamu juga harus ikut merasakan mati, Dokter Rama!" Nala berteriak keras dengan membawa gunting runcing itu kearah belakangnya sang dokter. Namun untuk saja seorang suster sempat menahan tubuhnya.

Hingga membuat gunting di tangan Nala terjatuh, dan untuk sekali lagi ia menjerit sampai-sampai mendorong tubuh suster tersebut.

Pihak rumah sakit lain mencoba memanggil Dokter Rama yang masih berada di luar pintu utama kembali masuk ke dalam ruangan tersebut demi bisa membuat Nala tenang. Tentu saja dengan obat penenang.

”Dok, keluarga dari pasien tidak terima dengan kematian yang sedang menimpa adiknya ini. Dia hampir saja mengarahkan gunting ini padamu, Dok."

"Biar saya yang lihat.”

”Baik, Dokter," ucap Suster Kana yang menjadi pendamping saat operasi tiba.

Dokter Rama segera berjalan mendekat kearah keluarga pasien yang sedang ia tangani sebelumnya. Membuat Dokter Rama terlihat sangat sedih ketika harus mengetahui bahwa pihak keluarga mencoba tidak terima dengan keputusan takdir.

Pria bernama lengkap Rama Bimasena Prawira, dan sudah menjadi kebanggaan keluarga serta tempat kerjanya saat ia meraih gelar sebagai dokter yang berprestasi. Berumur tiga puluh tahun, dan telah sukses diusia yang terbilang muda. Serta telah mengikuti jejak dari ayahnya untuk menjadi seorang dokter, meskipun berbeda spesialis dengan sang ayah. Sekaligus membantu sang ayah dalam pendirian rumah sakit pribadi tempat mereka bekerja sekarang, termasuk calon pewaris untuk rumah sakitnya.

Sudah begitu banyak pasien yang ia tangani, dan memang ada yang selamat juga tidak, tentu saja semua itu tergantung takdir dari sang pencipta. Akan tetapi, baru kali ini Dokter Rama melihat pihak keluarga pasien membantah dengan kemalangan yang sedang terjadi. Padahal jelas-jelas dirinya sudah melakukan yang terbaik demi bisa menyelamatkan nyawa pasiennya, tetapi takdir berkata lain.

Membuat Dokter Rama segera berjalan mendekat kearah Nala dengan tidak membawa suntikan apapun. Meskipun membuat para suster sedikit khawatir jika sewaktu-waktu pihak keluarga pasien berontak, namun Dokter Rama menginginkan agar bisa berdamai.

”Maaf, Nona. Bisakah aku membantumu berdiri sekarang? Mungkin kamu butuh sejenak untuk curhat denganku, tentu saja aku tahu akan kesedihanmu ini, tapi mengertilah aku sebenarnya juga tidak menginginkan hal ini terjadi. Tetapi kami bukanlah Tuhan, melainkan hanya seorang dokter biasa," ucapnya. Dokter Rama masih berusaha mengulurkan tangannya demi mendapatkan perdamaian, tentu saja dirinya tidak mau pihak luar mendengar kabar tak mengenakan seperti ini.

Dengan cepat Nala menepis perdamaian yang sedang Dokter Rama mulai. Ia bangun dengan perlahan, dan langsung mendorong tubuh Dokter Rama berkali-kali sembari tangisan terus saja mengalir deras.

”Jika kau tahu aku sedang sedih, lalu kenapa kamu tidak bisa menyelamatkan adikku?! Aku telah membayar mahal biaya operasinya, tapi untuk kedua kalinya kamu telah mengecewakan hidupku, Dokter! Semua kerja keras ku hanya untuk mereka, tapi kau menghancurkan mimpiku!” Nala tidak peduli sekalipun banyak orang melihat tingkah bodohnya itu.

"Bahkan aku tahu kalau Dokter Rama terlahir dari keluarga Bimasena. Di mana harta kekayaan keluargaku hilang karena sebuah penipuan yang dilakukan oleh keluarganya dulu. Pasti ini sebabnya Dokter Rama tidak ingin pihak keluargaku selamat. Tapi, aku tidak bisa memberitahukan hal ini sekarang, sampai dia bisa menembus semua kesalahannya itu," batin Nala saat ia mengingat tentang kejadian masa lalu, di mana semua tanah rumahnya digusur saat pembangunan rumah sakit tersebut secara paksa.

”Hentikan, Nona. Kamu bisa membuat nama baikku tercoreng," bisik Dokter Rama dengan perlahan. Tentu saja dirinya tidak mau rumah sakit yang sudah mati-matian ia bangunkan ini menjadi sepi hanya karena sikap gila wanita itu.

"Kamu memikirkan nama baikmu?! Wah ... Lihatlah kalian semua di sini. Dokter ini berusaha mengancam ku. Setelah Dokter membuat ibuku tiada, lalu sekarang adikku. Kenapa tidak sekalian suntik mati aku saja?! Apa kau juga ingin kembali merampas semua milikku begitu saja?" Nala terus saja mendorong tubuh Dokter Rama sampai-sampai pria itu terhimpit oleh dinding.

“Sial! Dia bukannya takut, tapi sekarang mengeraskan suaranya. Tapi tunggu, aku sepertinya pernah menangani ibunya dulu, ternyata dia orang yang sama,” batinnya Dokter Rama ketika melihat tak ada lagi jarak antara dirinya dengan Nala.

”Baik, Nona Nala. Sekarang ikut denganku ke dalam ruangan ku, dan kita akan membahas masalah ini. Aku juga akan bertanggung jawab. Tapi tolong, kecilkan suaramu atau aku akan benar-benar memberikan obat penenang untukmu," ancam Dokter Rama sembari ia memegangi kedua tangannya Nala demi sedikit menjauh.

Mendengar ancaman yang sepertinya bukan sekedar ancaman biasa. Tentu saja Nala merasa takut karena ia hanya seorang diri, berbeda dengan Dokter Rama.

Dengan perlahan Nala menghindar sembari menjawab dengan anggukan kecil. ”Baik, aku akan mendengarkan saran mu. Ya sudah sebaiknya kita ke ruangan mu sekarang karena aku juga harus mengurus pemakaman untuk adikku nantinya.”

”Mari, Nona. Ikut saja. Suster, tolong jaga adik dari Nona ini sebelum saya kembali ke sini," perintah Dokter Rama dengan melirik tajam ke arah Nala

Dengan sangat terpaksa, Dokter Rama harus meladeni pertengkaran bodoh dari pihak keluarga pasiennya, padahal ia paling malas untuk harus berdebat, dan tidak menyukai kebisingan. Namun sekarang, ketampanannya terlihat semakin jelas saat jaket putih kebanggaannya ia lepaskan hingga otot-otot lengannya terlihat jelas.

Mampu membuat Nala menelan ludah, saat hati yang memikirkan tentang kegilaan setelah melihat pesona ketampanan dan kegagahan dari sang Dokter Rama. Namun, pikirannya berusaha ia segarkan kembali demi sebuah niat untuk adiknya.

Terpopuler

Comments

Darni Anny Darniar

Darni Anny Darniar

hai

2023-06-16

0

𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢

𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢

Salam kenal Author.

2023-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!