“Katakan sebenarnya apa yang sedang kamu inginkan dariku?” tanya Dokter Rama dengan raut wajahnya yang datar. Sangat berbeda ketika berada di depan banyak orang dengan di dalam ruangannya yang hanya berdua saja bersama dengan Nala.
”Nyawa mu, Dokter," sahut Nala dengan tidak kalah dinginnya. Tatapan tajam yang sejak tadi tak hentinya Nala berikan, namun membuat Dokter Rama justru terkekeh ketika mendengar permisi Nala yang sangat konyol.
"Nyawaku? Permintaan bodoh apa ini? Hei, dengarkan satu hal. Kau tidak akan bisa menang meskipun mencoba untuk bersikeras melawanku," ujar Dokter Rama sembari berjalan dengan semakin mendekat, dan justru membuat Nala perlahan berjalan mundur.
Nala bisa melihat bahwa sifat lain dari Dokter Rama yang tidak ia perlihatkan di depan banyak orang, tentu saja ia merasa sedikit takut. Akan tetapi, demi membuatnya tidak malu, Nala berusaha bersikap seolah-olah begitu berani.
”Jangan mengancam ku, Dokter Rama. Aku bisa gunakan ancaman mu ini juga sebagai bukti bahwa kamu telah sengaja membunuh adikku. Aku akan menuntut mu." Nala mulai terlihat lemah, dan raut wajahnya jelas sekali ketakutan, meskipun ia masih berusaha bersikap tegas, tapi tatapan tajamnya dengan perlahan tak berani menatap kearah Dokter Rama.
“Kamu tidak bisa menuntut ku, Nala. Sebab, kamu sudah menandatangani surat perjanjian dengan pihak rumah sakit sebelum adikmu dioperasi. Jadi, lakukan apapun itu karena semuanya tidak akan membuatmu berhasil untuk menuntut ku apalagi mengambil nyawaku ini," ujar Dokter Rama sebelum akhirnya ia pun pergi.
Membuat Nala hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat saat mendengar bahwa kali ini Dokter Rama telah menang. Tapi, ia tidak akan tinggal diam begitu saja.
”Baiklah, Dokter. Jika kekerasan tidak akan bisa membuatku menang, maka dengan godaan aku akan menghancurkan dirimu, lihat saja pembalasan dendam ku demi adik dan ibuku," gumamnya Nala saat melihat punggungnya Dokter Rama semakin menjauh darinya.
Dengan rasa putus asa Nala pun pulang bersamaan dengan jasad adiknya. Ia hanya bisa memberikan yang terbaik untuk sesi pemakaman tiba, dan adiknya di tempatnya berdekatan dengan ibunya.
Hanya bisa menatap kearah pemakaman adiknya dengan penuh kesedihan, dan menaburkan bunga dengan tangisan.
Kini ia benar-benar telah sendiri, namun saat itu seseorang mengusap kedua bahunya dengan perlahan. Membuat Nala melirik ketika kedatangan sahabatnya yang entah sejak kapan sahabatnya itu tiba.
”Nala, aku turut berduka atas apa yang sedang menimpa adikmu," ucap Jordan Paul, tetapi Nala hanya menjawab dengan anggukan kecil.
Jordan Paul, pria yang sejak kecil sudah tumbuh bersama dengan Nala, meskipun umur mereka terpaut lebih lama Jordan lima tahun, namun semua itu bukanlah halangan besar untuknya berteman. ikut merasa sedih dengan apa yang sedang menimpa sahabatnya kini. Setelah kepergiannya ke luar negeri, banyak hal yang membuat Jordan merasa cemas dengan keadaan Nala di kotanya. Tentu saja rasa cemasnya itu pun terbukti.
”Jordan, aku senang akhirnya kamu kembali. Jujur sekarang aku sendirian," ucap Nala dengan perlahan.
Membuat Jordan tak tega ketika mendengar hal itu, ia dengan cepat membawa Nala masuk ke dalam pelukannya.
"Tenanglah, Nala. Sekarang kamu tidak akan lagi sendirian. Aku di sini untukmu karena mulai detik ini aku akan membuka perusahaan properti baru di sini.”
”Terima kasih, Jordan," sahut Nala. "Meskipun kamu akan menemaniku, Jordan. Tetapi bagiku sumber kebahagiaan ini adalah sebuah keluarga yang lengkap, dan bodohnya aku yang harus mempercayai Dokter Rama yang kejam itu! Sekarang aku harus kembali, dan memikirkan cara untuk balas dendam," batinnya.
Dengan cepat Nala melepaskan dirinya dari pelukan sang sahabat, dan membuat Jordan kebingungan dengan apa yang sedang Nala perbuat.
”Kamu mau pergi ke mana, Nala?”
”Aku harus pulang."
"Aku akan mengantarmu, Nala.”
”Tidak perlu, Jordan. Aku hanya ingin sendiri untuk sekarang." Nala pun berlari agar membuat Jordan tak mengikuti langkahnya.
"Astaga ... semoga saja Nala tidak melakukan hal bodoh lagi. Sebab, dia selalu melakukan hal bodoh setiap kali ia marah," gumam Jordan dalam rasa cemasnya. Ia pun segera bergegas ke mobilnya demi bisa mengikut larinya Nala.
Ternyata Nala telah lebih dulu pergi naik taksi, dan ia berhenti di sebuah danau yang bisa ia gunakan untuk menenangkan dirinya di kala penat tiba. Dari jauh Jordan hanya berusaha menjaga karena ia tahu wanita itu sedang butuh ketenangan setelah banyak masalah yang datang.
Membuat Nala telah memikirkan semua rencana gila yang akan ia buat nanti demi pembalasan dendamnya ini. Tak ingin terus menangis meskipun air matanya dengan perlahan turun sendiri. Namun, ia berusaha untuk tetap kuat. Menghapus air matanya, dan mengambil sebuah ponsel agar bisa mencari apa yang ia butuhkan.
Memesan beberapa gaun terbuka yang akan ia gunakan dalam rencananya nanti, dan senyuman tipis terlukis di raut wajahnya kini.
“Lihat saja, Dokter Rama. Kamu tidak akan lepas dariku. Jika dendam ini belum bisa terbalaskan, maka sampai mati pun aku akan mengejar mu,” gumam Nala dengan begitu percaya dirinya.
Keputusannya telah bulat, dan sekarang Nala pun bisa kembali ke rumahnya dengan tenang sebelum besok pagi ia akan mulai beraksi, tentu saja ia harus mempersiapkan beberapa perlengkapan terlebih dahulu.
Tiba di rumahnya, dan tepat saat itu paket yang sedang ia pesan pun telah tiba. Membuat raut wajahnya Nala begitu bahagia, dan sudah tak sabar ia ingin mencoba gaun indah dengan beberapa bagian tubuh yang terbuka.
Ada tiga gaun yang ia pesan dengan warna yang berbeda. Pertama ia mencoba memakai gaun merah menyala yang hanya menutupi setengah tubuhnya, dan terbuka di perut juga sepanjang punggungnya. Ia menatap kearah pantulan cermin, terlihat dirinya begitu cantik mempesona.
Namun tiba-tiba saja, tangannya ditarik dari arah belakang hingga membuat Nala terjatuh ke dalam pelukan Jordan.
”Hei! Apa kau sudah gila, Nala? Apa yang kamu lakukan dengan gaun seperti ini? Adikmu baru saja pergi, sadarlah!" bentak Jordan ketika selalu tidak habis pikir setiap kali melihat Nala melakukan hal bodoh dan konyol yang terlalu ceroboh.
"Tentu saja aku begitu sadar, Jordan. Tapi jangan ganggu kesenangan ku. Sekarang ke luar kamu dari rumahku, cepat!” usir Nala dengan berteriak keras.
”Kau sudah tidak waras, Nala. Jangan membuat adik dan ibumu kecewa hanya karena kamu putus asa. Di sini masih ada aku yang akan menemani dirimu. Sekarang lepaskan gaun mu atau aku akan merobeknya paksa, jadi hentikan sifat kecerobohan mu ini," ancam Jordan.
“Aku tidak bisa memberitahukan kamu dengan apa yang akan aku buat ini, Jordan. Tentu saja kamu akan melarangnya. Sebaiknya kamu tidak perlu tahu apapun tentang balas dendam yang akan aku selesaikan,” batinnya Nala.
Menatap kearah Jordan dengan penuh tajam tanpa ada rasa takut yang membuat Nala bisa dengan mudah menuruti keinginan pria itu begitu saja.
”Jangan mengatur hidupku, Jordan. Ke luar kamu dari sini atau aku akan berteriak.”
”Tapi, Nala-"
“Pergi dari sini, Jordan! Aku butuh waktu sendiri, tolong mengertilah!" paksa Nala dengan tegas. "Maafkan aku, Jordan. Tapi, tekad ku sudah bulat demi membuat ibu dan adikku mendapatkan keadilan, meskipun aku tidak tahu yang aku lakukan sekarang benar ataupun salah. Tapi, hatiku ingin melakukannya," batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments