Gadis Nakal

"Kampret banget! Dikasih untung malah nolak. Mbak, saya enggak jahat kok."

“Saya tidak sedang main-main dengan Anda, jadi jangan coba-coba permainan saya. Jika tidak taksi ini akan saya tandai,” tegas Nala dengan ancamannya.

”Ya ampun, Mbak, kok galak banget? Sebetulnya saya mau niat baik padahal. Jadi saya bisa kenalkan Mbak dengan gebetan saya yang juga bekerja di rumah sakit ini. Nantinya Mbak bisa minta pakaian suster padanya, tapi tentu saja tidak bisa gratis, Mbak.”

”Dasar! Dia ternyata mau memeras uangku. Tapi sudahlah demi keadilan untuk ibu dan adikku, akan aku lakukan," batinnya.

"Ya sudah berapa yang kamu minta?"

"Lima juta, Mbak."

"Apa? Lima juta? Hei! Kamu pikir aku mau dibodohi seperti ini? Sebaliknya saya ke luar dari taksi ini saja."

"Ya, Mbak. Kok cuma segitu saja enggak mau kasih. Ya sudah, tapi kesempatan ini tidak akan datang dua kali ya, Mbak. Masih untung Mbak ketemu saya di sini." Supir taksi pun terlihat kesal, dan ia mulai menghidupkan mobilnya.

Membuat Nala merasa resah, dan akhirnya ia pun setuju. "Ya sudah saya akan kasih uangnya sama kamu, tapi setelah kamu tunjukan gebetan mu itu sekarang.”

”Nah gitu dong, Mbak. Kan sama-sama enak. Sebentar ya, Mbak. Saya coba telepon dulu.”

Tak berapa lama seorang suster pun datang kearah taksi tersebut, dan sesuai perjanjian mereka akhirnya Nala benar-benar memberikan uang demi kepentingannya.

Nala tak jadi pergi, dan suster bernama Ella pun mengajak Nala ke tempat yang lebih sepi.

”Nah sekarang Mbak Nala bisa pakai pakaian suster milik saya ini. Kebetulan di sini banyak pakaian yang bisa saya gunakan lagi," ucap Suster Ella.

"Baiklah, aku setuju. Tetapi setelah itu aku juga bisa kan datang ke dalam ruangan mu ini untuk berganti pakaian kapanpun yang aku mau?"

"Tentu saja, Mbak Nala. Kan Mbak sudah mau membayar mahal kepada calon pacar saya. Jadi, Mbak bisa datang ke sini kapanpun juga. Tapi ngomong-ngomong, Mbak sebenarnya cocok loh sama Dokter Rama yang ganteng itu. Mbak ini cantik sekali," puji Suster Ella dengan kejujurannya.

"Ah kamu bisa saja. Tapi, saya sudah cocok kan jadi suster seperti di sini? Masalahnya sekarang bagaimana aku menutup wajahku ini? Sama saja bohong dong?" Nala terlihat bingung.

"Tenang, Mbak Nala. Kan ada masker ini. Silahkan di coba, Mbak. Pasti Dokter Rama tidak akan kenal, dan satu lagi Dokter Rama juga malam ini ada piket malam. Jadi mungkin dia tidak akan pulang."

"Baiklah kalau begitu, terima kasih banyak, Ella. Kalau begitu aku pergi dulu." Nala merasa begitu yakin dengan penampilan barunya sekarang ini.

Layaknya seperti suster sungguhan, Nala berjalan dengan santai meskipun ia tak membuka maskernya, dan sesekali ia menunduk ketika para pekerja rumah sakit lewat di dekatnya.

Tepat ketika melihat Dokter Rama berjalan pergi ke luar, dan ini kesempatannya agar bisa segera masuk ke dalam ruangan pribadi Dokter Rama untuk mengerjakan tugasnya.

Hampir dua jam Nala menunggu seorang diri hingga akhirnya pintu ruangan tersebut pun terbuka. Namun saat itu, ia tak langsung memperlihatkan jati dirinya.

Tepat ketika Dokter Rama ingin istirahat karena sudah tak ada jadwal piket. Ia pun melepaskan pakaian dokternya dan hanya meninggalkan kemeja biasa, berjalan kembali setelah mencuci wajahnya.

Dengan rambut basah dan masih meneteskan sedikit air, mampu membuat ketampanan Dokter Rama semakin terlihat. Betapa senangnya Nala saat melihat penampilan Dokter Rama, ia sampai tersenyum manis. Namun tiba-tiba saja, Nala mengusap wajahnya dengan cepat.

”Astaga, apa yang sedang aku pikirkan sekarang? Aku tidak boleh terpesona apalagi jatuh cinta dengan Dokter Rama. Tugasku hanya satu yaitu balas dendam," batinnya.

Dengan perlahan berjalan ke luar dari arah bawah meja, namun kedatangannya justru membuat Dokter Rama terkejut, ditambah pakaiannya yang putih.

Dengan cepat Dokter Rama mengusap jantungnya karena terkejut. Tetapi ia heran ketika melihat seorang suster bisa ada di ruangan pribadinya seperti ini.

”Hei, Sus. Apa yang sedang kamu lakukan? Ini jam istirahat ku. Ayolah kau ingin aku meminta kepada papaku supaya dipecat, ya?"

”Tentu saja, Dokter. Aku ingin dipecat dari rumah sakit ini agar bisa masuk ke dalam hidupmu," sahut Nala dengan gaya bicaranya yang kembali ia buat demi bisa terlihat tergoda sembari ia membuka penyamarannya itu.

"Astaga, kau lagi. Ya ampun ... mimpi apa aku semalam bisa bertemu lagi dengan wanita bodoh seperti ini," gumamnya. Berkali-kali Dokter Rama mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sungguh tak berpikir bahwa ketenangannya akan terganggu.

"Kenapa, Dok? Merasa rindu ketika melihat wajahku kan? Aku tahu, Dokter Rama. Jadi ... nikahi aku segera. Ayo ... Dok. Aku akan sangat rela kalau kamu yang menikahi ku," paksa Nala sembari merengek kecil dan kembali berbuat gila dengan perlahan membuka kancing pakaian susternya.

"Aku rasa kamu harus bertemu dengan psikiater. Sepertinya setelah kematian ibu dan adikmu, otak mu jadi ... ya seperti itulah, terkadang pas, tapi terkadang miring," ketusnya. Dokter Rama ikut memperagakan ketika berbicara.

”Tak apa, Dokter. Asalkan otakku miring karena dirimu. Aku sangat senang walaupun miring sebelah," sahut Nala dengan pakaiannya yang sudah terbuka setengah. Kali ini ia tidak ingin mengakhiri semuanya dengan sia-sia.

Melangkah lebih mendekat, dan langsung mendorong tubuh Dokter Rama sampai terjatuh ke sofa. Nala tak ingin terburu-buru karena dia hanya bisa mencari kesempatan demi membuat pria itu mau menikahinya dan masuk ke dalam kehidupannya.

Posisi mereka yang sudah begitu dekat, dan akhirnya Nala dengan sengaja menatap wajah Dokter Rama begitu dalam. Tapi, tangannya tak berhenti untuk bisa membuka kancing Rama satu-persatu.

Tiba-tiba saja pintu ruangan pun terbuka, dan sontak membuat mata Dokter Rama melotot ketika melihat ayahnya datang. Memang sering sekali ayahnya dengan pemilik rumah sakit itu masuk dengan seenaknya ke dalam ruangannya itu.

Tak bisa menyangkal ketika melihat posisinya bersama dengan Nala. Ditambah pakaian Nala yang ikut berantakan. Ia ingin mengatakan sesuatu kepada ayahnya, tapi tiba-tiba saja sang ayah menahan dengan tangannya.

”Rama, segera datang ikut ke dalam ruangan Papa."

“Tapi, Pa, aku-”

”Sekarang!"

"Sial," gumamnya. Dokter Rama pun tak ada pilihan dan hanya bisa melirik dengan tajam kearah Nala.

Namun tidak dengan Nala yang justru membalas lirikan tersebut dengan sekali kedipan mata, hatinya pun berkata. "Bagus sekali. Semoga saja papanya Dokter Rama bisa segera meminta agar menikahi ku dengan anaknya. Jika begini maka rencana ku berjalan lebih mudah. Tapi, aku harus bisa pastikan semuanya sendiri."

Dengan cepat ikut merapikan pakaiannya, dan tak lupa memakai maskernya. Nala pun ke luar mengikuti di belakang. Tepat di depan pintu ruangan, pintunya pun tertutup, dan membuat langkahnya terhenti.

”Sial! Apa yang sedang mereka bicarakan? Apa mungkin papanya Dokter Rama meminta untuk menikahi ku atau justru sebaliknya? Bagaimana jika aku dipanggil lalu setelah itu dihukum mati atas tindakan bodoh ku ini? Argh ... gawat!" gerutunya dalam batinnya. Nala begitu cemas sampai membuatnya tak henti berjalan mondar-mandir di depan ruangan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!