SILENT

SILENT

LAURENSIA

"Lepaskan!"

Satu teriakan histeris dari seorang wanita cantik yang malam hari ini terbangun dari tidurnya.

Dengan cepat sang wanita cantik tersebut menyalakan lampu kamar dan menegak air mineral yang ada di samping tempat tidurnya.

"Rupanya aku mimpi buruk lagi"

Setelah berhasil mengatur nafasnya sang wanita cantik tersebut pada akhirnya mengatakan hal itu sambil menyeka keringat yang sejak tadi sudah bercucuran.

"Mungkin aku tidur terlalu sore, sehingga mimpi itu pada akhirnya datang lagi."

Wanita cantik tersebut mengatakan hal itu sambil memandang ke arah langit - langit kamar.

"Tuhan, sampai kapan aku harus di hantui akan hal ini? sungguh Tuhan ini sangat menyiksaku."

Dengan menutup wajah dengan ke dua tangannya sang wanita cantik tersebut mengatakan hal ini.

"Tuhan, aku mohon aku ingin beristirahat, ya Laurensia ingin tidur Tuhan, tolong bantu aku untuk memejamkan ke dua mata ini. Amin."

Laurensia kembali memanjatkan doa agar dirinya bisa tertidur dengan nyenyak tanpa mimpi buruk yang menghantui lagi.

Dengan usaha keras pada akhirnya Laurensia memejamkan ke dua matanya dan tertidur dengan lelap.

Malam yang dingin di salah satu negara yang terkenal akan pemandangan alamnya, ya malam yang dingin di negara J, di dalam kamar mewah terlihat satu wanita dewasa yang saat ini sedang sedang berusaha untuk tertidur.

Berbagai macam cara dia lakukan untuk dirinya bisa tetap stabil secara mental dan emosi, karena di saat sendirian wanita tersebut baru bisa menjadi dirinya sendiri.

"Selamat pagi nona Lauren."

Malam yang dingin pada akhirnya berganti dengan pagi yang hangat, pagi ini Lauren turun ke lantai satu untuk sarapan, seperti biasa aktivitas ini yang akan Lauren lakukan sebelum dirinya berangkat ke kantor dan memulai setiap aktivitasnya yang padat.

"Pagi Denisa, apakah semuanya sudah tersedia dengan baik?"

"Tentu saja nona Lauren, pagi ini kita akan berangkat lebih pagi karena akan ada rapat dengan beberapa pemegang saham di perusahaan."

Lauren yang saat ini sedang menikmati sarapan pagi, hanya menganggukkan kepalanya tanda bahwa dirinya setuju dengan semua jadwal yang telah di buatkan oleh Denisa sang asisten pribadinya.

"Nona, apakah sore ini perlu saya jadwalkan nona untuk perawatan tubuh?"

"Tidak perlu Denisa, aku ada janji dengan George."

"Baik nona Laura."

Sang asisten pribadi hanya bisa tersenyum dengan perkataan dari Lauren.

"Ayo Denisa kita berangkat, jangan sampai waktu kita terbuang percuma untuk sesuatu hal yang tidak kita inginkan."

Lauren mengatakan hal tersebut sambil bangkit dari tempat duduknya, sungguh sarapan pagi yang dia makan, seperti langsung tertelan tanpa terkunyah sedikitpun olehnya.

Pagi ini dengan anggun Lauren, wanita dewasa nan cantik jelita berjalan menuju ke dalam parkiran mobil.

Tubuhnya yang indah, rambutnya yang hitam panjang, serta ke dua kakinya yang jenjang membuat Lauren banyak menjadi incaran para pengusaha kaya raya.

"Nona Lauren, apakah nona tidak ingin bertemu dengan Mr. Chu?"

Di dalam mobil Denisa mengatakan hal itu kepada Denisa.

"Sama sekali tidak, aku bukan wanita pengemis pekerjaan meskipun itu dengan nominal sangat tinggi, aku sudah berdiskusi dengan George masalah Mr, Chu dan George memberikan saran kepada ku untuk menolak pekerjaan ini."

Sekali lagi Denisa hanya menganggukkan kepalanya saja saat Lauren kembali menyebutkan nama George yang begitu berarti di hati Laurensia.

Tak butuh waktu lama ketika mobil mewah tersebut masuk ke dalam satu parkiran eksklusif khusus untuk ceo perusahaan.

Kwang Corp adalah nama perusahaan yang telah di didirikan Laurensia dengan ke dua tangannya yang dingin, wanita yang sangat ambisius di dalam setiap karirnya, namun wanita yang sama bisa berubah menjadi yang lembut untuk kekasih pujaan hatinya.

"Sayang, apakah kau sudah cukup lama menunggu ku?"

Sesampainya di ruang kerja Lauren langsung merentangkan ke dua tangan untuk bersiap memeluk sang pujaan hati yang memang sejak tadi sudah menunggunya di dalam ruangan.

"Lau, hentikan kebiasaan mu yang seperti ini, kita berdua belum menikah, tidak sepantasnya melakukan hal itu sebelum waktunya."

"Meskipun hanya berpelukan?"

"Ya lau."

Dengan cepat sang pujaan hati menganggukkan kepalanya sambil mengatakan hal tersebut.

"Baiklah George, aku bangga dengan setiap prinsip yang selalu kau katakan ini, ada apa sayang kenapa pagi - pagi sekali kau sudah ada di dalam ruangan ku?"

George yang mendengarkan perkataan Laura langsung tersenyum dan mengeluarkan satu kotak makan dari dalam tasnya.

"Ini, makanlah di waktu istirahat siang nanti, kemarin kau mengatakan jika lambung mu sedikit bermasalah, aku yakin karena pekerjaan mu yang padat membuatnya seperti itu, hari ini aku membuatkan mu bubur dengan rasa yang pastinya enak, sebelum makan hangatkan kembali di dalam pemanas."

Sejenak Lauren terdiam dengan perkataan George, hatinya sungguh saat ini sangat terenyuh dengan satu hal yang telah George lakukan terhadapnya.

"Lau apakah kau tidak mau menerima bubur pemberian ku ini?"

Deg

Suara lembut dari George langsung membuat Lauren kembali tersadar.

"Maafkan aku George, seharusnya sebagai calon istri mu, aku lah yang harus melakukan hal ini, sungguh saat ini aku sangat malu kepada mu."

George yang mendapatkan perkataan dari Lauren kini hanya tersenyum.

"Lau, dengarkan, aku menikahi mu bukan untuk mencari koki, aku menikah dengan mu karena aku membutuhkan seorang penolong dan juga teman di dalam setiap langkah kehidupan ku ini."

George mengatakan hal tersebut dengan duduk di samping Lauren.

"Ketahuilah, mungkin di area membuat makanan aku memang bisa, namun di area - area yang lain aku sangat yakin kau akan menjadi penolong ku."

Laki - laki dan wanita itu memiliki kedudukan yang setara, namun tugas yang diberikan oleh Tuhan berbeda, dan aku sangat yakin dengan hadir mu di dalam kehidupan ku akan membuat aku lebih bisa mengalami banyak hal, jadi apakah kau tidak mau menerima bubur buatan ku hanya karena rasa malu Lau?"

George mengatakan hal tersebut sambil tersenyum menatap Lauren.

"George, kuakui kau adalah laki - laki yang selalu bisa membuat hati ku teduh dengan sempurna, aku selalu berterima kasih kepada Tuhan karena Tuhan telah menghadirkan mu di dalam kehidupan ku."

"Dan terima kasih kau telah menjatuhkan pilihan mu terhadap laki - laki sederhana seperti ku."

"Sederhana namun di hadapan Tuhan kita adalah manusia yang spesial."

Lauren mengatakan hal tersebut sambil tersenyum di hadapan George.

"Jadi pagi ini aktivitas apa yang akan kau lakukan George?"

"Aku akan melayani ibadah di salah perkumpulan anak - anak muda di pusat kota, aku akan membagikan apa yang akan menjadi pesan Tuhan di acara tersebut."

"Tuhan akan selalu menyertai mu George, doa ku akan selalu bersama dengan mu sayang, ya pasti Tuhan akan memakai mu secara luar biasa."

"Terimakasih Laurensia calon istri ku tercinta."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!