TUAN MUDA JOE

George mengatakan hal tersebut dengan menggenggam tangan Lauren.

"Apakah rasa terima kasih mu hanya dengan ini?"

Lauren yang mendapatkan sentuhan kepada tangannya langsung mengatakan hal itu lagi kepada George.

"Ya sayang, aku sudah berjanji kepada diri ku sendiri bahwa aku akan menjaga mu dengan sepenuh hati ku, rasa sakit akan sangat terasa jika aku tidak bisa menepati janji ku sendiri di hadapan Tuhan dan juga dengan mu."

"Percayalah cinta yang aku miliki lebih besar daripada sentuhan fisik yang selama ini biasa dilakukan oleh sepasang kekasih yang sedang di mabuk asmara."

Senyum George yang sangat manis membuat Lauren tidak kuasa untuk terus menatapnya.

"George terus ingatkan aku, jika aku sampai hilang kendali seperti tadi, jujur aku sangat menginginkan untuk mendapatkan pelukan mu, aku sangat menginginkan untuk bisa lebih dekat lagi dengan ku, namun hati ku selalu terenyuh ketika kau menyebutkan alasan demi alasan kenapa sampai saat ini kau masih terus menjaga tubuh ku dengan baik."

"Pasti Lau, aku akan mengingatkan mu, aku ingin kita menikah dengan kesucian daripada kita yang masing - masing bisa kita pertanggung jawabkan di hadapan Tuhan."

"George, jam berapa ini? apakah kau tidak terlambat?"

Tiba - tiba saja Lauren melihat arlojinya dan memberitahukan kepada George untuk segera berangkat.

"Ah ya kau benar, anak - anak muda di sana pasti sudah menunggu kedatangan ku, Lau aku pergi dulu jaga diri mu dengan baik."

Lauren hanya bisa tersenyum memandang ke arah George yang kini mulai berjalan ke arah pintu dan pada akhirnya membuka ke dua pintu tersebut.

"Kesucian, ya kesucian kata - kata ini yang selalu aku ingat saat aku berbicara dengan mu George."

Lauren mengatakan hal tersebut sambil berdiri menatap jendela kantornya.

George adalah salah satu pemuka agama yang berkonsentrasi terhadap pergerakan anak - anak muda di negara tersebut, hampir setiap hari dirinya berada di rumah ibadah untuk menceritakan pesan Tuhan kepada setiap orang yang datang untuk berdoa, hampir setiap hari pula George menjadi pendengar anak - anak muda yang datang kepadanya dengan berbagai kasus.

Kehidupan yang berbanding terbalik antara Laurensia yang seorang pengusaha dengan George yang merupakan salah satu pemuka agama di kota mereka tinggal.

Namun cinta dan kasih sayang yang pada akhirnya tetap membuat ke dua insan ini untuk tetap saling mencintai.

Sementara itu di lain tempat, siang hari nampak satu laki - laki tampan keluar dari jer pribadinya.

"Selamat datang kembali tuan Joe."

Beberapa pengawal mengatakan hal tersebut saat sang tuan muda datang kembali ke negaranya.

"Pagi, Leo bagaimana apakah kau sudah mempersiapkan kendaraan ku?"

"Tentu sudah tuan Joe."

"Kemarikan kuncinya."

Leo sang asisten pribadi dengan cekatan langsung mengambil satu kunci motor dan meletakkan kunci tersebut ke dalam ke dua tangan Joe.

"Aku akan pergi naik motor, kalian saja yang ada di dalam mobil jelek itu."

Joe mengatakan hal tersebut sambil berlalu dari hadapan para pengawal, sejak kecil Joe sangat menyukai motor, dan meskipun saat ini Joe adalah salah satu pengusaha muda terkaya, Joe masih dengan kebiasaan lamanya, yaitu berpergian dengan menggunakan kendaraan roda dua kesayangannya.

"Negara ini, negara ini sama sekali tidak berubah."

Joe mengatakan hal tersebut dengan memandang ke sekeliling sambil terus berkonsentrasi dengan kendaraannya.

"Edeline, aku bersumpah akan mencari mu sampai ke ujung dunia, ya aku akan melakukan hal itu agar kau bisa mengetahui bahwa sampai saat ini aku masih sangat mencintai mu, apapun keadaan mu saat ini."

Di dalam perjalanan dengan hembusan angin Joe mengatakan hal tersebut kepada dirinya sendiri, rasa cintanya yang tulus terhadap wanita bernama Edeline telah membuatnya menjelajahi berbagai benua dan negara, ya sampai saat ini Joe masih setia di dalam mencari keberadaan dari Edeline.

"Nona Laurensia, apakah anda baik - baik saja?"

Denisa yang mendapatkan sang nona muda tiba - tiba saja berteriak di dalam ruangan segera bergegas masuk.

"Ah Denisa sepertinya aku kembali bermimpi buruk."

Laurensia rupanya tertidur dan saat dirinya tertidur, tanpa dia sadari ada teriakan demi teriakan keluar dari dalam mulutnya.

"Nona, apakah perlu aku panggilkan dokter untuk nona? nona sangat pucat sekali?"

Denisa yang iba melihat sang nona muda akhir - akhir ini sering bermimpi buruk mencoba untuk mencarikan solusi untuknya.

"Tidak perlu Denisa, aku masih normal, dan aku akan baik - baik saja."

"Nona, sungguh anda akan baik - baik saja? aku sangat mengkhawatirkan keadaan nona Lauren."

"Ya Denisa, aku baik - baik saja, Denisa aku ingin meminta tolong kepada mu."

"Katakan saja nona."

"Apakah ada agenda kerja lagi sore ini?"

Dengan cepat Denisa langsung menjawab apa yang telah di tanyakan oleh nona mudanya tersebut.

"Sejauh ini tidak ada nona, namun.."

"Namun apa Denisa?"

"Mr. Chu kembali mengajak nona Laurensia untuk bertemu."

"Batalkan saja Denisa."

"Tapi nona ini sudah yang ke dua puluh kalinya, saya hanya takut jika penolakan ini akan berdampak kepada perusahaan ini."

"Aku tidak peduli Denisa, apa yang aku yakini betul dan juga telah di dukung oleh tunangan ku George, maka aku tetap akan pada pendirian ku, selain tuan Chu apakah ada janji lain yang harus aku tepati?"

Dengan cepat Denisa langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada nona."

"Bagus, aku akan menjemput George di tempat ibadah seperti biasa, jika ada sesuatu hal yang penting aku minta kau untuk menanganinya terlebih dahulu."

"Baik nona Laurensia."

Setelah Denisa mengatakan hal tersebut, Lauren langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan ruang kerjanya begitu saja.

Bagi Lauren uang tidak akan pernah dia permasalahan, dia sendiri tidak pernah takut untuk menjadi wanita miskin, ketika hal yang dia tolak itu memang sesuai dengan hati nuraninya, terlebih ketika semua hal tersebut di dukung oleh sang pujaan hati, maka dengan tenang Lauren akan tetap mengikutinya."

"Selamat datang tuan Joe, senang sekali berjumpa dengan anda."

satu laki - laki paruh baya mengatakan hal tersebut sambil membungkukkan badannya.

"Paman Yuan, tidak seharusnya anda memperlakukan ku seperti ini, seharusnya aku lah yang membungkukkan badan ku di hadapan anda."

Joe mengatakan hal tersebut sambil membungkukkan badan di hadapan paman Yuan.

"Paman, tempat ini sama sekali tidak pernah berubah, dari aku kecil sampai sebesar ini."

Joe mengatakan hal tersebut sambil melihat tempat sekeliling yang di tumbuhi berbagai macam tanaman sehingga membuatnya sangat sejuk.

"Ya tuan Joe, ini semua berkat Keluarga tuan Joe, yang selalu menjadi donatur tetap rumah doa hingga sampai seperti ini, dimana semakin hari semakin banyak orang - orang yang datang untuk berdoa."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!