AKU SUDAH SIAP

Kini George melihat Lilian dan Andrea keluar dari dalam ruangan konseling, ya untuk pertama kali di dalam hidupnya George melanggar satu peraturan yang pernah dia buat sendiri di masa yang telah berlalu.

"Nona Lilian semoga kau bisa menguasai diri mu dengan baik, biarkan Tuhan yang menuntun mu, biarkan Tuhan sendiri yang akan berproses dengan segala luka hati mu, bagian ku hanya bisa mendoakan mu saja nona."

George mengatakan hal tersebut dengan perlahan, karena sejak tadi Lilian selalu menolak untuk didoakan oleh George.

"Ah rupanya Lauren menghubungi aku."

George mengatakan hal tersebut sambil melihat beberapa panggilan masuk di ponsel atas nama Laurensia tunangannya..

"Sebaiknya aku langsung saja ke ruang eksklusif untuk menemui Lauren, kasihan pasti dia menunggu ku cukup lama."

George mengatakan hal tersebut sambil membuka pintu ruang konseling dan bergegas berjalan menuju ke ruang eksklusif di lantai dua untuk bertemu dengan wanita yang dia cintai.

Ruang eksklusif sengaja di bangun untuk para Pastor beristirahat setelah menyampaikan pesan dari Tuhan di dalam rumah ibadah tersebut.

Fasilitas di dalam ruang eksklusif sangat lengkap dan itu semua Laurensia yang membuat dan menjadi donatur utama sampai ruang eksklusif tersebut berhasil untuk di bentuk.

Sementara itu di malam yang sama namun di tempat yang berbeda, nampak satu orang laki - laki tampan sedang duduk di bangku taman sambil sesekali mengadakan wajahnya ke langit untuk melihat banyaknya bintang yang saat ini begitu indah.

"Tuan Joe, anda sendirian di taman ini?"

Satu suara paruh baya mengatakan hal tersebut kepada Joe yang saat ini masih asyik memandang ke arah langit - langit.

"Paman Yuan."

Joe yang mendengarkan suara paruh baya tersebut segera menoleh ke belakang dan mendapatkan satu laki - laki paruh baya sedang tersenyum ke arahnya.

"Boleh paman duduk di samping tuan Joe?"

"Ah tentu saja boleh paman, silahkan."

Joe langsung menggeser tempat duduknya untuk paman Yuan yang kini mulai duduk di sampingnya.

"Tuan, apa yang tuan lakukan malam - malam seperti ini di dalam taman? mengapa tuan tidak ikut saja ke ruang doa untuk berdoa bersama - sama dengan kami?"

Seketika itu juga Joe tersenyum sinis dengan semua hal yang telah paman Yuan katakan kepadanya.

"Aku berdoa paman? masih pantaskah aku berdoa di hadapan Tuhan setelah semua hal yang telah aku lakukan di dalam kehidupan ku?"

Joe mengatakan hal tersebut sambil kembali menatap ke arah langit dan mencoba mengingat - ingat kembali semua hal - hal bodoh, semua hal - hal buruk yang telah dia lakukan di masa lalu.

"Tuan Joe, kita semua adalah manusia yang tidak sempurna, dan kita semua adalah manusia yang sangat membutuhkan doa sebagai ketenangan kita terhadap Tuhan."

Paman Yuan mengatakan hal tersebut sambil tersenyum kearah Joe.

"Yang menjadi pertanyaan ku, apakah Tuhan mau mendengarkan aku paman?"

"Paman sangat yakin, seberapa buruk apapun masa lalu kita, Tuhan akan tetap mau untuk mendengarkan kita, Tuhan rindu untuk setiap ciptaaannya kembali lagi."

Joe langsung tertawa dengan setiap hal yang dikatakan oleh paman Yuan.

"Meskipun aku seorang pembunuh? atau aku seorang laki - laki pencandu ****? atau seseorang yang lainnya?"

"Ya, semua doa akan di dengarkan Tuhan dengan sangat baik tuan Joe."

Paman Yuan untuk kesekian kalinya menyakinkan Joe akan hal ini.

"Apa yang dikatakan oleh paman Yuan mungkin benar, namun sampai saat ini hatiku sama sekali belum tergerak untuk masuk ke dalam ruang doa tersebut paman, maafkan aku."

"Tidak perlu untuk meminta maaf tuan Joe, semua ada waktunya untuk kembali, namun jangan terlalu lama, karena waktu yang akan kita buang dengan percuma lewat setiap hal yang akan kita lakukan itu."

Joe yang mendengarkan perkataan dari paman Yuan hanya bisa menganggukkan kepalanya.

"Satu hal yang menjadi tujuan utama ku mengelilingi negara adalah aku sedang mencari seseorang paman."

Seketika itu juga paman Yuan langsung mengernyitkan kepalanya.

"Siapa seseorang tersebut yang membuat tuan Joe sampai rela terus berkeliling negara?"

"Dia wanita yang aku cintai, ya wanita yang sampai saat ini tidak pernah aku lihat wajahnya."

Paman Yuan yang mulai mendengarkan cerita Joe hanya bisa memandanginya dengan tajam.

"Bagaimana bisa tuan Joe mencintai wanita dan belum pernah melihat wajah sang wanita tersebut?"

"Entahlah paman, namun wangi dan lekuk tubuhnya sungguh membuat ku bisa menjadi gila."

Joe mengatakan hal tersebut dengan menarik nafasnya dalam - dalam.

"Nama wanita itu adalah Edeline."

Dengan menatap langit, Joe mengatakan siapa wanita pujaan hatinya itu.

"Ya Edeline adalah wanita yang sangat aku cintai, wanita yang selalu menghabiskan malam - malam bersama dengan ku di atas tempat tidur, Edeline pemilik rumah prostitusi terkenal di negara H, sungguh paman mungkin aku sudah gila dengan mencintai dirinya."

"Dan karena wanita inilah aku menjadi budak seksual, hampir setiap hari aku melakukan hal itu dengannya, meskipun dengan satu syarat, aku tidak boleh membuka topeng yang selalu melekat erat di wajahnya."

"Tuan apakah tuan Joe, tidak bisa melepaskan wanita yang bernama Edeline tersebut? karena yang paman lihat candu atas nona Edeline begitu besar di dalam hati tuan Joe."

Seketika itu juga Joe langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak bisa paman, dia masih menjadi candu ku paling dalam hingga saat ini, menurut sumber yang aku terima Edeline ada di dalam negara ini, aku tau negara ini sangat luas, namun dengan berbagai cara aku akan menemukan Edeline dan membawanya kembali ke dalam pelukan ku."

Tidak ada lagi kata - kata yang di sampaikan oleh paman Yuan kepada Joe, candu yang begitu dalam terhadap Edeline membuat paman Yuan sangat sulit untuk mengatakan hal demi hal lagi kepada Joe.

"Tuan Joe, lebih baik sekarang anda beristirahat, esok hari akan lebih segar jika ingin duduk kembali di taman ini."

"Ya paman, apa yang kau katakan itu benar, ayo paman kita beristirahat."

Joe mengatakan hal tersebut sambil bangkit dari tempat duduknya dan berjalan bersama dengan paman Yuan meninggalkan taman.

Sementara itu di ruang eksklusif.

"Lau maafkan aku, kau menunggu ku hingga selarut ini."

George mengatakan hal tersebut kepada Lauren yang saat ini sedang melayaninya makan.

"Tak masalah George, sudah menjadi bagian ku di dalam hal ini untuk mendukung mu."

Lauren mengatakan hal tersebut dengan senyumannya yang manis.

"Jadi kau tidak cemburu ketika aku harus melakukan konseling dengan lawan jenis?"

Seketika itu Laurensia tersenyum.

"George aku tau apa profesi mu, aku tau kau akan berhubungan dengan hati banyak orang, dan aku sudah siap akan hal ini."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!