Saat aku sedang memasak di dapur untuk makan malam, tiba tiba ibu mertuaku datang menghampiri aku yang sedang menumis bumbu oseng daging yabg sudah ku presto terlebih dahulu sebelum ku masak agar empuk dan tidak alot.
"Sar, suami kamu kok belum pulang juga? Ini kan udah selsai magrib Sar." tanya ibu mertuaku menghawatirkan putra semata wayangnya.
Aku memang lupa memberi tahu ibu mertuaku jika putranya hari ini ijin lembur padaku.
"Oh, iya bu. Maaf ya bu, Sari lupa bilang ke ibu kalo mas Ridwan lagi lembur bu." jawabku sembari terus mengoseng bumbu yang ada di wajan agar tidak gosong.
"Memang biasanya dia juga lembur?" tanya ibu lagi.
"Iya bu, akhir akhir ini memang mas Ridwan sering pulang telat dan larut malam ke rumah. Jika Sari tanya juga alasannya tetap sama, lembur karena banyak kerjaan dan target produksi yang harus cepat di selesaikan." jelasku pada wanita yang usianya sudah menginjak kepala 5 ini.
"Apa iya manajer lemburnya sampek larut malam?" tiba tiba pertanyaan itu muncul dari ibu.
Deg!
Entah mengapa hatiku menjadi tidak enak rasanya setelah mendengar pertanyaan dari ibu, dulu aku juga sering lembur tapi hanya dua jam saja. Pada saat magrib sudah berberes pulang, itu juga sudah termasuk lembur dua jam dan pernah karena ada suatu permasalahan yang membuatku harus lembur ekstra sampai jan 9 tapi itu hanya sekali saja.
Yang aku tau memang lembur di suatu perusahaan hanya sampai jam 9 malam maksimalnya, tapi entah dengan perusahaan mas Ridwan ini lemburnya bisa sampai jam dua belas malam. Kadang aku juga heran, dia kan memiliki bawahan untuk membantu tugasnya. Apa iya semua tugasnya bisa dia handel sendiri sampai larut malam setiap harinya?
Karena setiap kali mas Ridwan ku tanya mengapa lemburnya bisa sampai malam, dia hanya menjawab jika dia adalah manajer produksi sebuah pabrik tentu berbeda dengan aku dulu yang bekerja sebagai menajer sebuah perusahaan. Itulah sebabnya aku tidak bertanya berulang kali, karena aku kasian pada mas Ridwan yang sudah lelah bekerja seharian penuh lalu pulang pulang masih mendapat banyak pertanyaan dari istrinya yang hanya memiliki fikiran curiga.
"Sari juga gak tau bu, setiap kali Sari tanya kata mas Ridwan banyak pekerjaan menumpuk dan target produksi yang harus dia cepat selesaikan. Mas Ridwan juga bilang kalo manajer perusahaan itu beda sama manajer produksi di suatu pabrik." jelasku pada ibu mertuaku agar tidak berfikir yang tidak tidak pada putranya.
"Memang biasanya Ridwan pulang jam berapa?" tanya ibu.
"Gak tentu bu, kadang jam sebelas malam kadang jam dua belas. Tapi paling cepet kalo lembut pulangnya jam sepuluh bu." jawabku apa adanya tanpa menambah atau mengurangi kenyataan.
"Masya'Allah.. Apa iya lembur sampai selarut itu?" tanya ibu lagi seperti tidak percaya.
"Bener kok bu." aku mengangguk mantap atas pertanyaan yang ibu berikan.
Hanya saja, mas Ridwan tidak pernah lembur sampai tidak pulang ke rumah. Yang aku tau hanya tiga minggu lalu mas Ridwan ada urusan kerja di luar kota selama tiga hari, yang mengharuskan dirinya wajib hadir karena salah satu orang yang berperan penting dalam pabriknya.
Tentu saja aku sebagai seorang istri mengijinkan suamiku untuk bekerja, jika aku melarangnya lalu ia mendapat sangsi dari atasannya malah menambah masalah saja bukan?
Selagi suamiku tidak pernah macam macam di luar rumah dan tetap baik dalam segala hal entah itu cara memperlakukan ku maupun dalam hal tanggung jawab, aku tidak akan mempermasalahkan urusan pekerjaannya.
"Ya udah kalo gitu, kamu nggak usah bilang Ridwan kalo ibu dateng ke sini ya Sar. Biar dia tau sendiri setelah sampai di rumah, ibu pengen lihat jam berapa nanti pulang lemburnya suami kamu itu. Jadi penasaran rasanya, seperti apa lembur bagai kuda yang di lakukan oleh suami kamu hingga selarut ini." sahut ibu kemudian berlalu ke luar dapur.
"Iya bu." hanya kata itu yang bisa aku ucapkan.
Tapi sejujurnya aku memang sangat penasaran juga dengan pekerjaan mas Ridwan, bukan kah di setiap perusahaan memiliki staf staf yang tugasnya membantu urusan atasannya? Tapi mengapa suamiku ini lemburnya melebihi karyawan yang lain, hem.. Memang nampak aneh.
Setelah selsai memasak dan menyiapkan makan malam di meja makan, aku memanggil ibu dan ayah mertuaku yang sedang bersantai di ruang keluarga untuk makan malam dahulu.
"Ibu, Ayah... Sari udah selesai masaknya, ayo kita makan malam bersama sama dulu bu. Mumpung semuanya masih anget." ucapku pada ibu.
"Iya Sar, ayo yah!" ibu menoel pundak ayah.
"Loh, apa gak nunggu suami kamu pulang dulu Sar?" tanya ayah mas Ridwan mentapku.
"Enggak yah, mas Ridwan tadi siang sudah bilang akan pulang larut malam jadi dia meminta Sari untuk tidak menunggunya makan malam." jelasku.
"Oalah, kerja kok sampek malem malem gitu yang di kejar itu apa wong masih muda. Apa ndak pengen punya waktu banyak bareng kelauarga?" ucap ayah mertuaku bangkit dari duduknya.
Aku hanya diam tak bisa menjawab lagi, sedangkan ibu juga dia tak ingin menanggapi ucapan suaminya.
Ting!
Suara ponsel yang ku letakan di samping kanan tanganku berbunyi, di layar yang menyala terdapat nama My Husband dengan emot love di belakangnya.
"Panjang umur.." gumanku pelan.
Baru saja kami membicarakan mas Ridwan, tiba tiba dia sudah menghubungiku saja.
"Kenapa Sar?" tanya ibu mertuaku saat aku memegang benda pipih berbentuk persegi panjang milik ku itu.
"Enggak kok bu, ini lo mas Ridwan kirim pesan. Padahal kita baru aja ngomongin soal mas Ridwan, eh tiba tiba ada pesan masuk dari mas Ridwan." ucapku sembari tersenyum.
"Memang Ridwan kirim pesan apa?" tanya ibu.
Aku menatap layar ponselku, senyumku pudar setelah membaca pesan dari suamiku yang berisi 'Aku lembur sampai jam 12 Sar, kamu cepat makan malam lah sendiri. Jangan menungguku, tidur lah duluan.' itu lah pesan singkat yang mas Ridwan kirim kan untuk ku.
Aku mengulurkan ponselku pada ibunyang sedang duduk di hadapanku.
Ibu meletakan sendoknya, lalu menerima ponselku dan membaca pesan yang di kirim mas Ridwan.
"Bener bener keterlaluan si Ridwan itu, sudah pagi tidak makan masakan istrinya. Malam juga dia tidak mau memakan masakan istrinya juga, kalau begitu ngapain kamu capek capek masak Sar?" ucap ibu padaku.
Aku hanya bisa tersenyum kecut, sedangkan ayah mertuaku hanya bisa menggelengkan keplanya pelan melihat tingkah putra semata wayangnya.
Padahal hal itu sudah biasa terjadi di dalam rumah tangga kami pada akhir akhir waktu ini, tapi bagi ibu dan ayah mertuaku sepertinya terlihat tidak begitu baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
sari terlalu percaya sama suami sih, jadinya diselingkuhin
2023-06-12
0
Nurasiah Marpaung
kenapa ngga kamu tanya teman kantornya kamu ko ngga curiga masa tiap malam lembur jadi istri waspada jgn sampai suamimu di rebut sahabatmu
2023-05-12
0
Izaz Tismaini
bodoh amat
2023-05-11
0