Chapter 2

Setelah selesai menata makanan di wadah bekal berbentuk kotak, aku segera meraih tas yang tersusun di laci dapur. Ku ambil satu tas berwarna navi, ku masukan kotak nasi berwarna hitam dan satu kotak sedikit kecil berwarna hitam juga yang berisi potongan buah apel dan melon sebagai buah pelengkap. Tak lupa sendok garpu dan juga sebotol susu coklat ke dalam tas tersebut, karena di kantor suamiku tentu terdapat air mineral jadi aku tidak perlu membawakan suamiku air putih lagi.

"Akhirnya beres juga!" gumanku tersenyum sembari mengusap usapkan kedua tanganku.

Hari ini aku sangat bersemangat karena akan mengantar bekal makanan ini ke kantor suamiku, opor adalah makanan favorit suamiku sejak dulu makanya aku sering memasak ini saat mas Ridwan libur kerja di hari minggu. Hanya saja akhir akhir ini suamiku jarang libur setiap hari minggu, setiap ku tanya selalu saja alasannya sama yaitu lembur karena banyak pekerjaan menumpuk dan proyek yang harus di selesaikan cepat waktu. Lalu aku bisa apa selain mengiyakan saja? Andai saja kami memiliki momongan, pasti putri kami akan merengek setiap hari minggu meminta ayahnya untuk menemaninya pergi jalan jalan di akhir pekannya.

Ah, membayangkan hal itu membuatku tersenyum senyum sendiri tanpa sadar.

Aku segera membawa tas kotak makan itu ke meja makan, melatakannya di atas sana. Lalu segera masuk ke kamar untuk mandi.

Sebenarnya aku tidak pernah mandi sesiang ini, biasanya aku akan mandi jika selesai memasak, mencuci piring, dan menyapu. Jadi setelah mandi hanya perlu menjemur pakaian saja, karena sebelum mandi tinggal memencet tombol mesin cuci agar selesai saat sudah mandi. Tapi hari ini berbeda, tadi selesai menyapu ku lihat rumput rumput liar di taman nampak tidak rapi. Jadi sengaja aku memotong rumpung tersebut agar terlihat rapi kembali dan mencabut ramput rumput kecil yang tumbuh di paving pinggir rumah.

Selesai mandi dan berdandan, aku segera keluar kamar tapi tak lupa memakai parfum agar tetap segar dan juga wangi.

Hari ini aku mengenakan dres berwarna maroon dengan pajang rok di bawah lutut, nampak terlihat cocok di tubuhku yang langsing dan terlihat mencolok bersih di kulitku yang putih. Jam kecil berwarna hitam juga bertengger di pergelangan tangan kiriku, nampak manis dengan cincin pernikahanku dan mas Ridwan di jari manisku.

"Cangtip!" gumanku memutar tubuhku di depan cermin kamar.

Aku memang rutin merawat tubuhku, bagiku tubuh adalah aset agar rumah tangga tetap romantis dan harmonis. Tapi tidak tau prinsip orang lain, itu hanya pendapatku saja.

Ceklek!

Ku buka pintu kamarku, tak lupa menguncinya.

Langkah kaki ku kemudian menuruni satu persatu anak tangga menuju meja makan, kemudian ku raih tas yang sudah ku siapkan tadi lalu berjalan menuju bagasi.

Di rumah ini, aku hanya hidup berdua dengan suamiku. Tidak ada asisten rumah tangga maupun sopir, aku selalu menanamkan prinsip harus bisa menjadi wanita serba bisa dalam segala hal. Selagi aku bisa mengerjakan sendiri, kenapa harus meminta bantuan orang laian alias asisten rumah tangga bukan?

Kami memiliki dua buah mobil, satu mobil milik mas Ridwan berwarna putih dan satu mobil milikku berwarna merah.

Kehidupan rumah tangga kami alhamdulillah termasuk berkecukupan tidak kekurangan apapun selama aku menjadi istri mas Ridwan, hanya saja Tuhan masih belum memberi kami momongan.

Jam sudah menunjukan pukul 11.47 tapi aku masih terjebak macet di area sekitar kantor mas Ridwan, padahal 13 menit lagi mas Ridwan sudsh istirahat siang. Aku datang ke mari tidak memberi tahu suamiku karena tadi dia tidak lagi membalas pesanku, pesanku juga masih centang satu mungkin dia sangat sibuk hingga mematikan data selulernya.

Cit!

Tepat pukul 11.59 aku berhasil sampai tepat waktu di area parkiran kantor mas Ridwan.

Aku memarkirkan mobilku di dekat pintu keluar, karena pikirku aku tidak akan lama hanya mengantar makanan saja lalu langsung pergi ke mall untuk mencari kado pernikahan temanku besok.

Ku raih kotak bekal makan di jok samping kiriku, saat hendak membuka pintu mobilku tiba tiba aku melihat suamiku membuka pintu mobilnya yang sedang terparkir tak jauh dari tempat mobilku terparkir.

"Itu kan mas Ridwan, mau ke mana dia? Apa iya dia mau mencari makan di luar?" gumanku.

Lalu aku meraih tas jinjing berwarna maroon senada dengan bajuku hari ini, ku rogoh ponselku untuk segera menelfon mas Ridwan agar dia tidak jadi membeli makanan di luar.

Tut.. Tuuuutt... Tut..

"Hallo Sar." ucap mas Ridwan dari seberang sana.

"Hallo mas, kamu mau ke mana? Ini aku bawain kamu bekel makanan loh, aku udah ada di parkiran gak jauh dari mobil kamu." ucapku sembari terus mengamati mobil mas Ridwan yang masih belum beranjak.

"Hah?" jawab mas Ridwan.

"Kok hah sih mas jawaban kamu?" tanyaku.

"Iya maksud mas kenapa kamu gak bilang dulu kalo mau datang ke kantor bawain bekel, kan mas jadi kaget kalo kamu udah ada di sini." jawab mas Ridwan.

"Ya kan biar suprize mas, lagian tadi aku pikir kamu pasti sibuk kan karena meeting kerja pagi pagi." jawabku dengan nada lembut.

"Ya udah kalo gitu, kamu di sebelah mana biar mas samperin?" tanya mas Ridwan.

"Biar aku aja yang samperin kamu mas, sekalian aku mau keluar parkiran soalnya mau cari kado di mall buat dateng ke acara nikahan temen aku besok. Kamu bisa temenin aku kan mas?" tanyaku sembari menyetir mobil keluar dari barisan.

"Besok malem ya?" tanya mas Ridwan dengan nada berbeda.

"Iya mas, kenapa? Mas lembur lagi ya besok?" tanyaku sembari menyetir menuju tempat mas Ridwan berdiri.

Tok Tok Tok!

Mas Ridwan mengetuk pintu mobilku.

Segera ku taruh ponselku dan membuka kaca jendela mobil untuk memberikan tas kotak bekal kebpada suamiku, tapi aku tidak bisa turun karena di belakangku sudah ada mobil yang mengantri untuk keluar. Maklum saja, jam istirahat jadi para karyawan akan keluar untuk mencari makan siang.

"Ini mas, maaf ya aku gak turun." ucapku sembari menyodorkan tas kotak bekal pada suamiku.

"Iya sayang gak apa apa, makasih ya udah anterin makan siang buat aku. Lovyu!" ucapnya lalu melambaikan tangannya.

"Lovyu too." ucapku lalu menutup kaca jendela dan melakukan mobilku keluar area kantor suamiku.

Ku raih kembali ponselku yang masih terhunung oleh panggilan telpon suamiku.

"Hallo, mas?" ucapku memastikan mas Ridwan masih stay pada poselnya.

"Gimana mas? Besok bisa kan?" tanyaku lagi.

"Em.. Gimana ya sayang, besok kayanya mas gak bisa." ucap suamiku.

"Yah, mas.. Masa' ijin gak lembur sehari aja gak boleh sih mas di kantor kamu itu?" sahutku dengan nada yang agak kecewa.

Tentu saja aku sedikit kecewa, mas Ridwan akhir akhir ini selalu lembur tak ada waktu luang lagi untukku bahkan sekedar mengobrol setelah bekerjapun sekarang jarang karena pulangnya yang larut malam malam.

"Ya kan lembur gak tiap hari, sayang." jawabnya dengan nada santai.

"Gak tiap hari gimana sih mas, orang mas akhir akhir ini terus terusan lembur kok." sahutku tak mau kalah.

"Ya udah, liat besok dulu yaa.. Kalo mas bisa dan dapet ijin, mas gak akan lembur dan akan temenin kamu dateng ke nikahan temen kamu. Tapi mas gak bisa janji lo, oke?" ucap mas Ridwan.

"Hemm..." jawabku kesal, pun aku meragukan ucapannya jika besok tidak lembur.

Terpopuler

Comments

meris dawati Sihombing

meris dawati Sihombing

bukan bagasi, garasi..
Alur cerita gk perlu hrs detail kali, tutup bekal ambil wadah, 🤗

2025-02-06

0

Sukliang

Sukliang

hrsnya mulai curiga

2023-06-14

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

dgn alasan lembur, padahal dia ngapelin selungkuhannya

2023-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!