Chapter 3 Marshal's Past (2)

Malam itu, aku masih belum tertidur lelap. Tiba-tiba aku mendengar suara teriakan kembali. Aku keluar dari kamar ku dengan cepat. Ku lihat ibu terduduk di lantai dan Ayah mencoba memukul ibu dengan vas bunga. Aku berlari dengan cepat ke arah ibu ku. Dan.

Brakk!!

Vas bunga itu mengenai tepat ke bahu ku. Meninggalkan bekas luka pada bahu ku. Saat itu, aku benar-benar tidak sadar, seakan ada seutas tali yang menggerakkan tubuhku untuk melindungi Ibu dari lemparan vas bunga itu. Vas itu mengenai tepat di bahu ku. Rasanya begitu sakit. Sangat sakit. Bahu ku tak bisa diam meronta kesakitan.

Ayah terduduk di hadapan ku memperhatikan lantai yang tak lain adalah darah ku yang mengucur dari bahu ku. Aku tahu bahu ku sakit, aku tahu akan hal itu. Tapi... tetap saja aku tidak menghiraukan rasa sakitnya. Melainkan perhatian ku tertuju pada sikap ayah yang berubah drastis.

"Apa yang kau lihat Joel?! Bawa Marshal ke rumah sakit" Teriak ibu yang masih bisa dapat kudengar.

"bukan urusanku".

Bagai petir menyambar di siang bolong, hati ku sakit akan perkataan Ayah yang sama sekali tidak seperti ayah yang ku kenal. Ayah berdiri kemudian berkata "suka atau tidak, aku akan tetap meninggalkan kalian, aku sudah menemukan kebahagiaan yang lebih bisa membuat ku bahagia daripada kalian berdua, satu hal lagi restoran dan rumah ini akan menjadi milik kalian, jadi tidak perlu khawatir untuk hidup gelandangan di jalan" ujarnya.

"Maksud Ayah apa? Ayah mau pergi kemana? Bawa Marshal dan ibu juga! " jawab ku yang tak bisa lagi menahan bendungan air mata di ujung mata ku. Dia berbalik membelakangi ku "ayah akan pergi ke tempat yang sama sekali tidak kamu ketahui". Dia mulai melangkah untuk pergi menjauh dariku. Tempat yang sama sekali tak kuketahui katanya?! Itu sama saja aku tak bisa bertemu dengan yang kembali. Takkan ku biarkan?!.

" Pembohong! " teriakku sambil berlari dan memeluk Ayah dari belakang.

"Pembohong! ".

" Ayah pembohong! ".

" Ayah pernah bilang kalau Ayah tidak akan pernah meninggalkan aku dan ibu".

"Lalu kenapa Ayah ingin meninggalkan kami sekarang?! Ayah gak ingat ketika bernyanyi bersama? Ketika kita memasak bersama? Ketika kita bermain di pinggir danau? Apa Ayah gak ingat ketika aku belajar bermain piano? Ayah gak ingat ekspresi Ayah ketika Ayah senang aku bisa bermain piano? Ketika kita membuat kue? Dan ketika kita berfoto keluarga bersama? Ayah gak ingat?! Apa Ayah gak merasa semua itu adalah sebuah kebahagiaan? Lalu apa nya yang kurang bahagia Ayah? Ayah bilang bahagia itu ketika kita selalu di kelilingi keluarga. Lalu kenapa Ayah berbohong?! ".

Ayah tidak menjawab pernyataan ku. Dia hanya mendengus kesal, dan melepaskan pelukan ku dengan kasar, membuat ku terjatuh ke lantai. Aku mencoba berdiri, tapi kaki ku terkunci. Ayah langsung pergi dari rumah, aku masih bisa melihat punggung lebar yang selalu menggendong ku pergi menjauh dari jangkauan ku. Aku meneriakkan nama nya dengan keras, tetap saja dia tidak menjawab teriakan ku.

Dia pergi, dia benar-benar pergi. Setelah kepergian nya dari rumah, ibu langsung membawa ku kerumah sakit. Selama di perjalanan ke rumah sakit, aku masih tetap meneriakkan nama Ayah. Ibu, mencoba untuk menenangkan aku yang kini berada di pelukan nya. Aku tak henti-henti nya menangisi kepergian Ayah.

Sekarang aku tanya, bagaimana perasaan kalian ketika kalian di tinggal pergi oleh orang yang kalian sayangi?! Sakit bukan?!

*~*

Sehari

Dua hari

Tiga hari

Empat hari

Ayah sudah empat hari pergi meninggalkan kami. Tanpa kabar dari nya. Sampai... aku melihat berita di siaran televisi yang menyatakan di bawah nya tertulis kata " menikah". Aku bingung, kenapa wanita di sebelah Ayah bukan ibu, melainkan wanita yang sama sekali tak ku kenal. Aku tersadar, Ayah telah menikah lagi. Jadi ini alasannya pergi meninggalkan kami? Itukah?

Grrr!!

Aku berlari ke kamar ku sambil membawa gunting di tangan kanan ku. Ku lepaskan semua foto-foto Ayah yang terpajang di dinding kamar ku, dan ku gunting semua. Ku gunting foto Ayah dan hanya menyisakan foto ku dan ibu. Aku menangis. Aku menangis sejadi-jadinya ketika menggunting foto ini.

Aku benci dia! Aku sangat membenci ayah! Tapi tak bisa. Aku juga menyayangi nya. Dia Ayah ku. Dia bukan suami yang buruk. Dia bukan Ayah yang buruk. Dia Ayah yang baik. Tapi... Kenapa dia malah memilih orang yang baru saja ingin menyanyangi nya, sedangkan kami yang di sini akan selalu menyayangi nya?! Kenapa?!

Setelah mengetahui kabar Ayah yang hilang selama 4 hari. Kesehatan ku memburuk. Aku tak mau makan dan keluar dari kamar. Sehingga aku harus di rawat di rumah sakit. Di rumah sakit, aku masih tetap mencari-cari keberadaan Ayah. Walau tak tahu dia dimana, aku masih berharap kalau dia akan kembali ke sisi ku. Tapi... Hari itu tak kunjung datang. Aku masih bersedih atas kepergian Ayah. Aku hanya ingin dia kembali ke rumah. Hingga... Sesuatu datang pada ku.

"Jangan terlalu bersedih, kamu terlihat seakan-akan menyalahkan Tuhan atas ke tidak adilan pada diri mu, lihatlah sekeliling mu, banyak orang yang memiliki masalah lebih sulit dari mu"

-FROM A-.

Sepucuk surat datang bersamaan perawat membawa makan siang ku. Membuat ku terasa tertampar. Aku lupa, Tuhan memberikan cobaan karena makhluk nya bisa mengatasi nya. Seharusnya aku tidak perlu terus bersedih seperti ini. Seharusnya aku bersyukur, aku masih punya ibu dan keluarga yang sayang pada ku. Benar.. Aku tidak boleh meratapi semua ini. Aku harus berubah.

Aku sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Semenjak surat itu datang, aku benar-benar berubah. Aku tak pernah menangisi dan menanyakan keberadaan ayah lagi. Karena aku sendiri sudah melupakan itu. Ibu... yang tahu kalau aku pasti akan menanyakan keberadaan ayah, dia membuang semua gambar ayah.

Karena itu, aku tidak melihat gambar diri yang terpajang di dinding. Hanya tersisa foto ku bersama ibu. Tadi nya sih begitu. Aku berharap aku bisa melupakan semua ini. Tapi... aku lupa. Jika suatu saat nanti masalah yang lebih besar akan datang pada ku.

Brakkk!!!

Saat itu sudah 2 tahun berlalu. Kakek ku meninggal dunia, bertepatan dengan itu, aku melihat sosok ayah di pemakaman kakek. Karena melihat nya, aku berlari ke arah nya, sambil meneriakkan nama nya. Tapi, ada yang aneh, dia juga berlari menjauh dari ku. Seakan dia tidak senang akan keberadaan ku di sana. Aku tak menyerah, aku masih berlari ke arah nya. But, yeahh, aku lupa.

Di sana ada jalan raya. Aku tak melihat truk putih melaju kencang ke arah ku berlari mengejar ayah. Aku tertabrak, tubuh ku terpental hingga ke trotoar. Ironis nya, ayah hanya melihat ku dari kejauhan dengan tatapan datar. Karena tabrakan itu. Membuat kaki ku lumpuh seperti sekarang ini.

Pertama, aku harus menerima kenyataan kalau ayah tidak bisa kembali ke sisi ku. Dan kedua, aku harus menerima kenyataan kalau aku akan berakhir di kursi roda. Entah untuk berapa lama aku berada di kursi roda, mungkin selamanya. Dan itu adalah... Keadaan yang sangat berat untuk di terima anak berumur 10 tahun seperti ku.

Terpopuler

Comments

💞🌜Dewi Kirana

💞🌜Dewi Kirana

lanjut terus thor

2020-05-16

0

Calista Andriani

Calista Andriani

lanjut Thor

2020-04-18

0

maynchara

maynchara

ayo thor, jadiin karakter marshal itu kuat

2020-04-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!