Nama ku Marshal Aprilia. Panggil saja Marshal. Aku tidak terlahir sebagai anak orang kaya. Aku lahir di keluarga yang biasa. Terlalu biasa. Mereka memperhatikan pertumbuhan ku, memperhatikan pendidikan ku, memperhatikan hubungan pertemanan ku. Mereka selalu mengkhawatirkan segala tentang ku. Aku bosan terlalu di khawatirkan. Tapi... mereka kan keluarga ku. Wajar bukan?! Ayah ku nama nya Joel, dan Ibu, Merisa. Dari kecil, aku selalu hidup serba kekurangan.
Aku ingat waktu ketika kami makan satu nasi kotak bagi tiga. Kalau kebanyakan orang, mereka pasti tidak kenyang makan nasi kotak satu bagi tiga pula. Tapi bagi ku, itu sudah kenyang, karena aku memakan nya bersama keluarga ku. Kenangan itu masih saja selalu membuat hati ku teriris. Karena hidup kami yang cuma tinggal di gubuk tua waktu itu, aku sering menangis karena digigit nyamuk. Saat kecil, aku belum terlalu mengerti yang namanya hidup susah. Karena difikiran ku hanya ada kata "main". Ya jelas anak kecil:).
Waktu TK, aku sekolah seperti anak pada umumnya. Waktu kecil aku sering dihina teman-teman sekelas ku, mereka menghina ku kalau baju ku usang dan bau tanah. Aku tak menghiraukan semua itu. Karena bagiku, pakaian usang dan bau tanah ini adalah hasil jerih payah ayah dan ibu ku. Tadinya aku memang tidak menghiraukan hal itu, tapi mereka semakin menghina ku. Mereka menghina ku kalau aku tidak pantas bersekolah di sana. Karena aku terlalu miskin bagi mereka. Jadi, kami pindah rumah ke Surabaya.
Disana kehidupan baru ku dimulai. Ayah mulai membuka usaha kecil-kecilan. Dengan berjualan makanan di depan rumah. Ketika membuka warung, hidup kami berubah. Kami tinggal di rumah, bukan gubuk lagi. Kami makan tidak bagi tiga lagi. Aku juga sudah punya kamar sendiri. Aku juga sudah masuk ke TK yang baru. Disana teman-teman nya lebih baik dari sekolah sebelumnya. Mereka diajarkan untuk tidak membeda-bedakan manusia. Karena di mata Tuhan, manusia itu sama. Tidak ada yang kaya dan miskin.
Pernah suatu ketika, aku bermain jungkat-jungkit bersama orang yang tak ku kenal. Saat itu aku lihat ada seorang anak laki-laki yang termenung sendirian. Dia duduk sambil membaca buku. Aku menghampiri nya tanpa rasa takut sedikit pun. Aku mencoba untuk menyapa nya.
" Halo sedang baca apa? " sapa ku yang mencoba akrab.
Dia menatap ku sambil tersenyum pada ku. Aku duduk di sebelah nya sambil memperhatikan apa yang dia baca. Saat aku kepergok ngintipin dia, aku langsung menarik pandangan ku dari buku nya itu.
"Ada apa sih? " tanya nya.
"Nggak ada. Kamu kok sendirian? Gak punya teman? Kalau gitu kamu mau gak temenan sama aku? Nama ku Marshal" tanya ku sambil mengajak nya bersalaman.
"Boleh. Nama ku Archery, panggil saja begitu" jawab nya sambil bersalaman dengannya.
"Nama mu bagus. Archery dalam Bahasa Inggris, yang berarti panahan dalam Bahasa Indonesia".
"Tepat sekali".
Aku malah dapat teman, laki-laki lagi. Aku memang tidak terlalu mengenal banyak orang di TK itu. Tapi... Aku mungkin saja bisa berteman dengan Archery. Ku rasa dia akan menjadi teman yang baik. Setiap malam aku selalu bercerita pada diary kesayangan ku. Kalau, betapa senang nya aku bertemu dengan Archery. Ketika kami bermain bersama, membaca bersama, dan ketika kami menjahili orang bersama.
Aku menceritakan semua kejadian yang kami lewati bersama pada diary ku. Siapa tahu kan diary ini bisa mengingat kan aku pada nya. Jika suatu saat kami tidak bisa bertemu lagi. Aku sangat takut kalau aku tidak bisa bertemu dengan nya lagi, ya semoga saja tidak. Kurasa, hidup ku akan sempurna di sini, apalagi kalau bersama Archery. Tapi tidak untuk waktu yang cukup lama. Sampai...
Hari lulus nya kami dari TK. Aku tidak bisa mengikuti Archery yang akan sekolah di sekolah negeri. Aku akan sekolah di rumah. Lebih tepat nya homeschooling. Karena pada saat kelulusan TK, hidup kami sudah banyak berubah.
Ayah yang punya jiwa kewirausahaan, membuat warung kecil-kecilan kami menjadi restoran yang besar. Kami pindah rumah kembali. Ke rumah yang lebih besar dari rumah yang kami tinggali sekarang ini. Semenjak itu aku tidak pernah bertemu dengan Archery lagi. Hal yang kutakuti benar terjadi. Aku tak dapat bertemu dengan nya lagi.
Tapi, kami sempat bertemu sebelum aku pindah rumah. Aku masih ingat tangisan nya yang mengalir ketika melepas kepergian ku. Dia sempat berkata "Jangan lupakan aku Marshal. Walau suatu saat ketika kamu melupakan aku, aku akan tetap mengingat mu. Karena kamu adalah sahabat ku".
Aku dan dia sempat bersalaman sebelum pergi. Aku juga ingat ketika dia meneriakkan nama ku ketika aku mulai pergi menjauh dari nya. Dia melambaikan tangan mungil nya ke arah ku, dan aku membalas nya dengan lambaian dan senyuman. Yang mungkin senyuman terakhir ku yang mengingat nya.
Karena...
Brukk!!
Ketika aku terjatuh dari rumah pohon kerabat ku. Kepala ku berdarah, ibu tak henti-henti nya menangis melihat kondisi ku saat itu. Aku langsung dilarikan kerumah sakit. Beruntung nya, aku tidak apa-apa. Hanya saja aku melupakan seseorang. Yaitu sahabat terbaik ku, Archery.
Aku sama sekali tak mengingat nya kembali. Aku hanya mengingat semua keluarga ku. Tidak dengan Archery. Selama aku tidak mengingat nya. Aku selalu melakukan kegiatan bersama orang tua ku, terutama Ayah. Kami bernyanyi bersama, bermain piano bersama, memasak bersama, belajar bersama, membaca dongeng sebelum tidur bersama, dan yang paling ku suka, adalah ketika kami berfoto bersama.
Saat berfoto bersama, wajah ayah begitu gugup. Karena ini pertama kali nya kami berfoto bersama. Hidup kami begitu sempurna. Ayah menjadi orang yang sukses dari Ayah yang sebelumnya. Ibu sendiri, menjadi koki di restoran itu, karena dari dulu ibu ingin menjadi seorang koki. Kuakui masakan ibu sangat lezat. Makanan kesukaan ku itu, ayam bakar madu. Uenak!
Perasaan kayak lagi promosi:)
Setelah beberapa tahun pindah rumah. Keluarga ku kini berada di ambang kehancuran. Seperti yang ku katakan tadi, kalau keluarga ku begitu biasa. Bisa jatuh cinta kapan saja. Saat itu umur ku yang ke delapan tahun.
Hari itu, aku baru saja pulang dari toko buku. Di luar pintu, aku dapat mendengar suara teriakan Ayah dan Ibu ku di dalam. Saat itu, aku tak mengerti apa yang mereka teriakkan. Kupikir mereka sedang bernyanyi. Tapi... Di sela-sela teriakan mereka berdua, aku mendengar kata " Cerai".
Aku tak tahu apa itu cerai. Saking penasaran nya aku, malah ku cari dalam kamus. Walau tak terlalu mengerti secara detail, aku tahu kata "Cerai" bukanlah kata yang baik. Melainkan kata yang buruk bagi keluarga ku. Malamnya, aku tak bisa tidur memikirkan teriakan kedua orang tua ku tadi pagi. Hingga aku tahu, mengapa mereka mengeluarkan kata-kata "Cerai". Karena...
Brakk!!!
Ketika Ayah melemparkan vas bunga tepat ke arah ibu.
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
ᵇᵃˢᵉ™ҽᏞíɳ
oo marshal it pr ya thor. ku kira laki". aku baru mampir thor. lanjut ahh
2020-05-31
0
Calista Andriani
broken home
2020-04-18
0
maynchara
yahh jadi broken home dong
2020-04-02
0