Terjebak Cinta Masa Lalu
Wajah Allan tanpak gagah dengan balutan jas hitam yang terpakai rapih di tubuhnya. Nampak juga sepasang tangan manis yang sedang merapikan dasinya. Seorang wanita cantik yang tak lain adalah istrinya.
Allan akan menghadiri sebuah pesta. Tempat ia bekerja, telah mencapai target tahunan yang cukup memuaskan sehingga tuan Smith memutuskan untuk merayakan bersama semua pegawainya.
Allan sedikit menundukkan kepalanya agar dapat melihat istrinya yang cantik walau hanya mengenakan piyama berwarna merah. Dielusnya dagu sang istri serta dipandanginya kedua mata indah itu. terukir senyum dari bibir sang istri yang juga memandang mata suaminya.
“kenapa kau sama sekali tidak berubah, Rianti?” kata Allan, “Setiap garis wajahmu, tetap sama sejak pertama kali kita bertemu.” Sambung Allan semakin merayu.
Rianti tampak melebarkan senyumannya “berhentilah merayu, cepatlah berangkat! Kau pasti sudah ditunggu oleh Tuan Smith.” Rianti menyelesaikan aktivitasnya lalu mundur meninggalkan suaminya.
“Apakah istri yang baik akan membiarkan suaminya pergi tanpa ciuman?” Ucap Allan.
Rianti hampir tertawa mendengar suara suaminya yang terus saja merayu. Ia teringat awal mereka bertemu, Allan begitu pemalu dan gugup saat ingin berbicara dengannya. Mendengar suaminya yang kini sangat mudah melontarkan kata-kata manis, membuatnya benar-benar ingin tertawa.
Allan pergi setelah mendapatkan satu kecupan manis dari istrinya. Dengan mengendarai mobilnya, Allan membelah jalanan kota dengan lampu-lampu jalan yang mulai menyala di sepanjang jalan.
Allan tiba di kediaman Tuan Smith yang sangat megah itu. ia menyaksikan sendiri betapa mewahnya pesta makan malam itu. ada puluhan meja bundar di halaman luas dengan sebuah panggung kecil dengan seorang penyanyi jazz yang terlihat sudah cukup berumur. Allan ingin sekali mengajak Rianti, namun Rianti adalah wanita yang cukup berbeda dengan wanita lainnya yang menyukai pesta.
“Allan, duduk di sini”! teriak seorang pria yang sedang duduk bersama seorang wanita di sampingnya.
Tentu saja Allan tahu siapa yang memanggilnya. Adam, rekan kerja yang cukup dekat dengannya di kantor. Allan tidak menolak ajakan Adam dan langsung menghampiri mereka. Adam dan wanita disampingnya berdiri dan menjabat tangan Allan. Mereka saling melempar senyum dan kemudian duduk berhadapan. Allan kemudian berkenalan dengan wanita itu yang ternyata bernama Lenna.
“Pacarmu?” Tanya Allan sambil menunjuk ke arah wanita di samping Adam.
Adam mengangkat tangannya dan memperlihatkan sebuah cicin emas yang melingkar di jari manisnya. “kami sudah bertunangan.” Ucap Adam yang kemudian Lenna pun ikut menunjukan miliknya. Mereka tersenyum bahagia sambil memamerkan hubungan mereka kepada Allan.
“Wah, aku turut senang. Aku harap kalian tidak lupa mengundangku dengan Rianti ke pernikahan kalian. Ujar Allan bergurau.
“Kalian orang pertama yang akan menerima undangan kami.” Ucap Adam menimpali gurauan Allan.
Setelah cukup lama, obrolan mulai jarang diantara mereka bertiga. Allan sesekali menengok ke beberapa arah. Dia mencari keberadaan Tuan Smith yang belum juga muncul untuk menyampaikan pidato panjangnya yang cukup membosankan itu. Allan memang membenci pidato Tuan Smith, namun ia lebih benci menunggu.
Minuman yang tadi diberikan pelayan kepada mereka bertiga sudah habis. Allan nampak bosan. Berbeda dengan Adam dan Lenna yang saling membisikan kata-kata mesra di depannya. Hal itu membuatnya lebih bosan. Allan mengalihkan pendangannya ke arah panggung kecil di depan sana. Tak ada hal lain yang bisa ia nikmati selain apa yang sedang ditampikan di atas panggung itu. nampak pria tua penyanyi jazz itu sudah selesai dengan penampilannya lalu kini diganti oleh seorang wanita.
Wanita muda yang nampak begitu menarik. Allan cukup terpanah melihat wanita itu. Wanita itu sangat cantik. Bahkan kata cantik saja kurang tepat untuk mendeskripsikan penampilan wanita itu.
“Sempurna.” Ucap Allan tanpa suara.
“Sarah Aletta memang sempurna, dia muda dan cantik. Lelaki yang mendapatkannya pasti sangat beruntung.” Ucap Adam sambil menatap Sarah yang kini mulai melantunkan suara indahnya.
“Asalkan lelaki itu bukan lelaki yang sudah punya cincin di jari manisnya.” Sahut Lenna sinis pada tunangannya itu.
“Aku hanya berkata jujur, sayang.’ Ucap Adam sambil menoleh pada Lenna.
Allan tidak terlalu menggubris perdebatan dua sejoli itu. ia masih terhipnotis pada kecantikan dengan suara merdu bercampur serak yan begitu menggoda milik Sarah. Belum lagi bibir dengan senyuman manis juga mata indah serta rambut gelombang yang digerai lepas itu. sosok Sarah dengan cepat menguasai pikiran Allan.
Sarah mengakhiri penampilannya pada lagu kedua dan digantikan oleh Tuan Smith yang memulai pidato panjang lebarnya. ‘Sangat disayangkan’ begitulah batin Allan kecewa.
Allan sibuk mengalihkan pandangan ke segala arah mencari keman wanita itu pergi alih-alih mendengarkan pidato Tuan Smith.
“Aku akan ke toilet sebentar.” Ucap Allan pada Adam dan Lenna lalu pergi meninggalkan mereka.
Tentu saja Allan tidak benar-benar ingin ke toilet. Itu hanyalah alasan baginya untuk mencari keberadaan Wanita itu. Allan berjalan mengitari rumah yang cukup luas itu hingga dia samai di halaman belakang rumah itu. tampak Sarah dan Nyonya Smith sedang mengobrol di sambil duduk di sebuah bangku. Allan berdiri cukup lama, berharap orolan di antara mereka segera berakhir. Harapan Allan ternyata tidak sia-sia. Tak lama Nyonya Smith meninggalkan Sarah sendirian lalu masuk ke dalam rumah. Kesempatan yang bagus bagi Allan untuk mendekati Sarah.
“Sarah!” Gadis itu menoleh saat mendengar ada yang memanggilnya.
Sarah menatap pria itu. dengan teliti ia memperhatikan penampilan Allan sambil mengingat-ingat siapa pria berparas tampan yang ada di hadapannya ini.
“Allan?” Ucap Sarah dengan nada sedikit terkejut.
“Ah, aku kira kau sudah lupa padaku.” Ujar Allan lega setela Sarah menyebut namanya.
Sarah segera memeluk Allan dengan senang. Mereka seperti sedang reuni setelah sekian lama tidak bertemu.
Sarah melepaskan pelukannya. “Bagaimana kabarmu? Si brengsek yang selalu merusak mainanku.” Tanya Sarah sabil mengungkit kejadian di masa kecil.
Alan Tertawa. “Aku baik-baik saja.” Ucap Allan. “Lalu bagaimana kabarmu? Gadis cengeng.”sambung Allan yang disambut pecah tawa dari Sarah.
Begitu lucu jika mengingat kejadian masa kecil mereka yang sudah cukup lama itu.
“Siapa pria yang tidakberuntung mendapatkan gadis cengeng ini sekarang?” Tanya Allan.
“Aku belum mendapat yang benar-benar cocok untukku.” Jawab Sarah sambil memaksakan senyumnya.
“bagaimana dengan wanita kasihan yang menikahi si brengsek perusak ini?” Sarah balik bertanya.
“Wanita itu benama Rianti, kami sudah menikah hampir lima tahun, dan aku sudah punya bocah laki-laki yang akan merusk mainan teman-temannya, seperti yang dilakukan ayahnya.” Ucap Allan sambil tersenyum senang. Walau ia sadar raut wajah Sarah langsung berubah.
“Kau membawa istrimu?” Tanya Sarah.
Allan menggeleng.
“Sayang sekali yaa. Semoga aku segera bertemu dengan istri dan anakmu.” Ucap Sarah dengan senyuman yang tampak dipaksakan. “Sebaiknya kita ikut bergabung di luar. Tidak baik berada di sini.” Sambung sarah lalu kemudian membalikan badan dan berjalan kembali ke tempat acara.
Allan hanya mengikuti Sarah dari belakang. Dengan Sikap Sarah yang terlihat tidak nyaman saat Allan membicarakan anak dan istrinya, menguatkan pendapat Allan bahwa gadis yang umurnya empat tahun lebih muda darinya itu masih menyimpan perasaan padanya. Allan pun juga harus mengakui bahwa ia juga masi menyimpan perasaan yang sama.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments