Dilema

Allan terdiam, ia merenungkan sesuatu. Adam memesan dua gelas champagne pada bartender yang tengah menyajikan minuman kepada pengunjung lain. Adam memandang wajah sahabatnya yang tampak muram itu. Ia merasa Allan tengah mendapat masalah sehingga menyuruhnya untuk minum bersama.

"Kaubilang kau tak akan minum lagi, Allan? Ada apa denganmu, tiba-tiba menyuruhku ke sini?” tanya Adam.

"Champagne!" ucap Allan pada bartender dengan menunjukkan dua jarinya.

Adam segera menepuk punggung Allan. "Aku sudah memesan tadi!" bisiknya.

"Oh, ya?” tanya Allan di saat Adam mengkonfirmasi pesanannya pada bartender.

"Kau ini kenapa?” tanya Adam lagi.

"Aku bingung, aku benar-benar bingung!" ucap Allan menjadikan telapak tangannya tumpuan bagi dahinya yang mengkerut.

"Gara-gara Jimmy Smith? Dia memang menyebalkan, kalau saja dia bukan adik Tuan Smith aku sudah menghajarnya keras-keras," ucap Adam dengan marah.

"Tak ada hubungannya dengan dia, ini mengenai wanita. Aku menaruh hati kepada wanita lain," ucap Allan memandang sobatnya itu.

"Jangan bilang kau ingin berselingkuh? Rianti itu wanita yang sangat baik, seharusnya kau tidak punya rasa pada wanita lain," kata Adam yang menyaksikan dua gelas champagne datang padanya.

Allan belum menanggapi perkataan Adam. la merasa bahwa Adam tidak perlu tahu siapa yang sekarang selalu ada di pikirkannya beberapa hari belakangan ini. Dengan cepat Allan menghabiskan segelas champagne di depannya. ia menghembuskan napas setelah menelan minuman beralkohol pertamanya selama bertahun-tahun tidak ia rasakan. Pikiran tentang dosa telah melanggar janjinya pada Rianti segera ia kesampingkan.

"Aku bicara sebagai sobatmu, Lan! Kalau aku sendiri juga suka melirik ke wanita yang lebih menggoda. Ya, tapi tetap saja aku tidak akan berpaling dari Lenna." ucap Adam seusai meneguk segelas penuh isi anggur bersoda itu.

"Ini sungguh berbeda Dam! Ini bukan wanita baru, tapi dia dari masa laluku. Rasaku padanya memang tak pernah hilang dan sekarang aku berperang dengan egoku. Aku memang sudah punya segalanya, tapi perasaan ini benar-benar tidak bisa kuubah!" ungkap Allan dengan emosi meluap-luap.

Adam cukup memahami apa yang dikatakan Allan. Ini sesuatu yang rumit, ia sadar bahwa ia tidak bisa berlagak menasehati teman karibnya itu. Tak ada hal lain selain mengatakan bahwa dia akan selalu mau mendengarkan apa yang Allan ingin curahkan. Adam mulai merasa bahwa mereka berdua terlihat sangat sentimen. Memang tak ada salahnya, hanya saja mereka butuh tambahan champagne untuk menemani malam.

...

Allan dalam keadaan setengah mabuk memasuki rumahnya. Ia begitu haus dan segera menuju dapur, meminum beberapa gelas air putih dan melangkah menuju kamarnya. Allan menyaksikan Rianti tengah duduk dengan mata tertutup di sofa dengan buku terjatuh ke lantai.

Terpikir dalam otak Allan bahwa istrinya menunggunya sampai tertidur. Ia segera mendekati istinya dan menata rambut Rianti yang agak berantakan. Setelah itu, Allan mengangkat tubuh istrinya menuju ke kamar, membaringkannya dan menyelimutinya. Sejenak muncul dalam benaknya bahwa suatu kejahatan jika Allan tetap ingin bersama .

Allan merogoh sakunya mengambil ponselnya. Ada beberapa pesan masuk dari Sarah, ia baru menyadari ada pesan yang masuk sejam yang lalu itu. Allan membukanya, dan isinya membuat Allan semakin bingung tak karuan. Dalam pesan itu, Sarah mengutarakan kebahagiannya karena sebentar lagi ia bisa kembali ke kota masa kecilnya bersama Damian. Gadis itu benar-benar tak sabar.

Allan tak membalas pesan Sarah. Gadis itu pasti sudah mengerti jikalau dia tak bisa membalas pesannya. Allan mengarahkan pandangannya pada Rianti, wanita yang selalu menunggunya pulang. Besok dia akan pergi dengan wanita lain, pikirannya cukup kacau untuk memilih setia atau menjalankan perasaannya. Dia sudah memprediksi Pantai Cavanna bukan tempat bernostalgia, tetapi akan menjadi tempat awal keruntuhan rumah tangganya.

la berbaring di sisi lain ranjangnya, mencengkram keras kepalanya yang masih pening akibat cukup banyak meminum champagne. Untung saja dia bisa mengontrol dirinya agar tidak sampai benar-benar mabuk. Sekarang, dengan mata merah dia menengok ke punggung istrinya. Ia mendekat dan memeluk dari belakang tubuh istrinya itu.

"Kau minum lagi, pergilah! Aku tak bisa tidur di samping pemabuk,” ucap Rianti yang tak disadari Allan telah bangun karena mencium bau alkohol.

Allan tentu tak ingin bertengkar, tak ingin ada keributan jika dia mengelak. Ia memilih bangkit dan menuju sofa, terbaring di sana. Rasa bersalahnya kemudian membesar dan semakin besar. Kata-kata istrinya begitu menusuk, walau tetap saja ia bisa tertidur setelah menjalani hari yang cukup buruk baginya ini.

...

Teriakan Saka membangunkan Allan yang tampak pucat. la mengucek mata dan bangkit dari sofanya setelah teriakan Rianti juga ia dengar. Ada sedikit keributan yang pikirnya harus diatasi oleh kepala keluarga. Ia beralih menuju kamar anaknya dan melihat anak lelakinya mencakar wajah ibunya.

Allan terhenyak tak mampu berkata. Rianti berdiri sambilmemandang Saka dengan marah. Allan melihat tangan rianyi sudah bergetar seperti ingin membalas perbuatan anaknya itu. Tentu saja Rianti tak akan tega, dia memilih memalingkan pandangannya dari anaknya dan saat itu ia melihat Damian.

“Aku tak ingin melihat anak itu, bawalah dia bersamamu!" ucap Rianti memandang tajam suaminya.

Allan tak menjawab saat melihat tiga garis merah di leher istrinya yang berjalan melaluinya. Segera ia menuju ke arah Saka yang terdiam di atas kasurnya. Saka menggigit bibir bawahnya sembari menatap ayahnya dengan kedua mata besar yang tampak menggemaskan itu.

“Kamu tidak boleh melakukan itu pada Mama!" ucap Allan duduk di pinggir ranjang anaknya.

Saka hanya mengangguk. Anak kecil ini terlihat mengerti apa kesalahannya. Allan mendapati selimut yang basah dan celana anaknya juga basah. Damian mengerti kenapa Rianti meneriaki anaknya ini. Lagi pula ia tahu bahwa Rianti juga kesal padanya sejak tadi malam, pantas bila dia marah juga karena anaknya mengompol.

“Pilot kecil Papa ingin jalan-jalan?” tanya Allan tersenyum pada anaknya.

Saka mengangguk, ia tampak senang. Allan pura-pura tersenyum pada anaknya. la sebenarnya cukup khawatir membawa Saka ikut serta bersama Sarah ke pantai. Ia harus pikirkan bagaimana caranya agar Saka tidak buka mulut pada Rianti tentang Sarah. Ini sangat menyusahkan.

Rianti dari tadi hanya diam dan memasak sembari mendengar ocehan Saka dan Allan di ruang tengah. Bagaimanapun juga ia masih kesal pada anak dan suaminya, tapi sebagai istri yang baik dia tetap harus memasak agar kedua orang yang disayanginya tidak kelaparan sebelum sampai ke Danau. Danau tempat Allan akan memancing bersama sepupunya. Itu yang Rianti tahu.

Sarapan pagi di rumah itu sungguh sunyi. Saka sama sekali tak menengok ke arah ibunya yang menyantap omelet masakannya. Allan memerhatikan anak dan istrinya, di benaknya ia ingin mengakurkan mereka kembali. Hanya saja ia sadar bahwa ini kesalahannya. Rianti memutuskan pilihan yang tepat menyerahkan Saka padanya sabtu ini.

"Aku akan mandi, berangkatlah segera! Kirim pesan jika sudah sampai di rumah Tommy” ucap Rianti berdiri dan meninggaikan mereka berdua di meja makan.

"Rianti!" panggil Allan walau ia tahu istrinya tak akan menyautinya.

Allan paham betul bagaimana jika Rianti marah. Diam dan dingin, lebih menakutkan dari pada marah yang meledak-ledak. Hanya saja Allan juga tahu sikap Rianti bukan murni kemarahan, istrinya juga kecewa karena dia mengingkari janjinya untuk tidak mengonsumsi alkohol lagi.

Allan sudah membayangkan rasa kecewa Rianti akan berlipat ganda jika ia tahu suaminya tidak menuju rumah Tommy untuk memancing, tetapi akan bersenang-senang bersama wanita lain di tanah kelahirannya. Ironisnya semua itu akan terekam oleh kedua mata bulat menggemaskan anak lelakinya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!