Allan berjalan di samping Sarah dan berkata, "aku tidak bermaksud un-"
Sarah segera memotong dan cepat-cepat mengalihkan topik pembicaraan, "kau salah satu pegawai pamanku, bukan?"
"Maksudmu Tuan Smith? Jadi, kau keponakannya?” tanya Damian sontak. Ia baru mengetahui ternyata Sarah adalah keponakan dari bosnya.
“Apa dia lupa mengatakan bahwa dia punya keponakan cantik sepertiku?” ujar Sarah.
"Wah, sepertinya dia lupa mengatannya. Atau dia sama sekali tidak menganggapmu sebagai keponakan,” sahut Allan.
"Kau ini! Aku keponakan paling disayang Paman! Jangan salah!" kata Sarah dengan nada meninggi.
“Apa Tuan Smith, menyukai keponakannya sendiri? Wah, bisa jadi skandal, nih!" Allan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tentu saja bukan, tolol! Kau ini, masih saja menyebalkan! ujar Sarah tertawa melambatkan langkahnya.
“Walau pun menyebalkan, kau tetap mengagumiku ‘kan?” kata Allan menyeringai ikut melambatkan langkahnya.
"Demi Tuhan, istrimu pasti kenyang setiap hari mendengarkan kata-katamu itu!" Sarah menyindir.
"Tidak juga, dia kenyang kalau melihat brokoli!" sahut Allan.
"Wah, dia sama seperti Paman, tidak menyukai brokoli!" ujar Sarah.
Mereka berdua tidak melanjutkan obrolan kecil itu karena Tuan Smith menghampiri mereka dan menyuruh dua orang itu bergabung dengan meja besarnya. Allan tak bisa menolak, sebenarnya ia tidak enak dengan Adam dan Lenna, namun setelah ia pikirkan lagi mereka berdua pasti lebih senang makan berdua. Allan pun abaikan saja.
“Wah, Allan ternyata sudah mengenalmu, Sarah?” tanya Tuan Smith seusai duduk di depan meja yang telah tersaji banyak hidangan.
Sarah menjawab dengan senang, tentu saja diceritakannya juga tentang bagaimana dia mengenal teman masa kecilnya itu. Gadis itu membicarakan kenakalan anak lelaki sepuluh tahun kepada bocah perempuan enam tahun dengan tawa di sela-sela ceritanya. Saat semua terbahak atas cerita Sarah, Allan ikut tertawa walau dalam hatinya dia juga ingin menceritakan betapa cengengnya Sarah waktu kecil.
Selama pesta makan malam itu, mata Allan selalu tertuju pada Sarah. Gadis periang yang seakan terlihat begitu bahagia. Saat Nyonya Smith menceritakan kucingnya yang hilang berhari-hari dan kemudian muncul kembali di bawah ranjangnya, Allan hanya terdiam dengan mata tetap tertuju pada Sarah yang tertawa mendengar bibinya bercerita.
“Aku benar-benar tak tahu, di mana kucing itu berhari-hari, Johnny memarahiku karena aku meminta kucing lagi,” tambah Nyonya Smith merampungkan ceritanya.
“Paman ‘kan sudah tahu kalau Bibi ini teledor,” ujar Sarah masih saja tertawa.
“Bibimu ini memang pelupa, dia bahkan lupa menaruh cincin kawinnya, padahal kami temukan di laci, dan sungguh aneh dia juga lupa menaruh kucingnya,” sahut Tuan Smith menertawakan istrinya.
Allan berpikir bahwa sangat berbeda antara cincin kawin dan kucing. Bagaimana mungkin itu bisa disamakan? Setidaknya Allan sedikit tergugah dengan topik yang menurutnya sama sekali tidak penting itu. Ingin dia untuk merubah topik, tapi apa gunanya juga. Dia agaknya tidak punya bahan obrolan.
"Kalau masalah cincin, aku masih yakin bahwa aku menaruhnya di atas meja!" sanggah Nyonya Smith bersih keras.
Sejenak Allan mulai memerhatikan Nyonya Smith. Wanita yang sudah menginjak kepala lima itu masih tampak kencang, pipinya tirus dan matanya sayu. Rambutnya diikat dan digulung belakangnya membentuk konde kecil. Nyonya Smith terlihat seperti wanita anggun dengan dagu tegak dan bahu lurus. Tidak dia sangka, Nyonya Smith pandai membuat orang lain tertawa dengan menertawakan dirinya.
Johnny Smith yang jelas terlihat lebih tua lima sampai delapan tahun dari istrinya itu punya wajah tegas dan berwibawa. Allan mengenalnya dari sosoknya yang sangat disiplin di kantor. Sebagai direktur utama, Tuan Smith punya cara cerdas menuntun semua bawahannya. Allan sama sekali tidak ada pikiran negatif terhadap pemimpinnya itu.
Orang yang duduk di samping Nyonya Ross adalah David Rogers, dia adalah pengacara keluarga Smith. Pria berkacamata itu terlihat sebagai seorang yang cerdik, Damian selalu berpikiran bahwa pengacara khususnya dalam menangani kasus di pengadilan adalah sosok pemutar balik fakta. Allan cenderung tidak menyukai profesi yang penuh muslihat itu. Baginya berbohong demi uang sama sekali tidak bermartabat.
"Allan, bagaimana kabar istrimu?” tanya Tuan Smithkepada Allan yang berada di sampingnya.
"Dia baik-baik saja, dia selalu sehat dan tak pernah sakit,” jawab Allan.
“Ibu yang kuat, kalau ada waktu bawalah istri dan anakmu berkunjung ke rumah kami,” kata Tuan Smith.
Allan hanya mengiyakan. Hanya saja, ia yakin Rianti tidak akan mau untuk berkunjung ke rumah Tuan Smith. Apalagi membawa Saka, anak mereka, karena itu akan sangatmenyulitkan baginya. Allan benar-benar bersalah telah mengiyakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
Sarah melihat wajah murung Allan yang terlihat ditutup-tutupi, ia bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan pria itu. Akan sangat menyenangkan
jika ada waktu lebih panjang untuknya mengobrol dengan Allan. Serasa ada jutaan cerita yang ingin diceritakannya pada teman masa kecilnya itu. Lagi pula ia juga ingin mendengar cerita Allan, apa saja kecuali satu hal. Cerita tentang istrinya.
Saat acara pesta makan malam ditutup pidato panjang dari Tuan Smith yang sebenarnya intinya hanya ungkapan berterima kasih itu, Allan dan Sarah memanfaatkan waktu untuk bicara berdua. Apa lagi Nyonya Smith dan pengacara itu sudah pergi, tersisalah mereka berdua saja di meja paling besar itu.
“Akhir pekan ada acara?” tanya Sarah.
"Selain mengantar Rianti belanja, aku benar-benar bebas,” jawab Allan, yang tentu saja harus membatalkan janji memancing bersama sepupunya. Yah, Sebenarnya ia sudah punya janji. lebih tepatnya rutinitas akhir pekan yang selalu ia lakukan dengan sepupunya, Tommy.
“Bagaimana kalau kita ke pantai cavanna? Aku ingin sedikit bernostalgia.” ucap Sarah dengan senyum dan tatapan manis yang tak mungkin Allan tolak. Malah ini adalah kesempatan bagus untuk kembali bertemu dengan Sarah.
Allan mengangguk dan mereka segera mencanangkan semuanya. Dari jam berapa berangkat dan apa yang akan mereka lakukan di sana. Allan sesungguhnya juga rindu pada kampung halamannya itu. Pantai Cavanna adalah sebuah pantai yang ada di kota kelahirannya, kota dimana ia tumbuh, begitupun dengan Sarah. Pantai di mana dua insan itu menghabiskan waktu kecilnya. Akan sangat menyenangkan jika mereka kembali mengulang kejadian-kejadian yang dahulu pernah mereka lakukan.
Rencana Allan setelah ini adalah menelepon Tommy untuk membatalkan rencana memancingnya. Sebagai tambahan Allan juga akan mengatakan pada sepupunya untuk berpura-pura tidak membatalkan rencana mereka. Allan khawatir jika Rianti menelepon Tommy untuk memastikan dirinya sedang memancing di akhir pekan nantinya.
"Apa yang akan kaukatakan pada istrimu, nanti?” tanya Sarah.
"Tentu saja aku akan jujur, aku akan ke pantai bersama temanku," jawab Allan cukup jelas.
Entah apa yang dipikirkan Sarah, ia merasa kata teman tidak mengenakannya. Akan tetapi, yang dikatakan Allan memang benar. Mereka berdua memang teman. Liburan akhir pekan pantai Cavanna juga hanya sebuah nostalgia kecil antara dua teman yang baru bertemu kembali setelah sekian lama.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments